MASNIATI,S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pasangan Halal

Oleh : Masniati, S. Pd

Tagur ke-119

Rabu, 30-03-2022

Bukan tanpa alasan memilih lelaki yang hingga saat ini menjadi imamku. Namanya Dzul Fadlli. Kami tinggal sekampung, hanya beda gubuk yang jaraknya juga tidak jauh-jauh amat. Dia Kakak kelasku semasa duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Namun, saat itu hanya sebatas tahu nama dan orangnya. Andai pun kami berpapasan, pasti tidak saling bertegur sapa, karena memang tidak begitu kenal dekat.

Setelah menamatkan sekolah di Madrasah Aliyah di tahun yang berbeda, kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yakni melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Dia memilih kuliah di STAIN Mataram kala itu. Sedangkan aku melanjutkan kuliah di STKIP Hamzanwadi Selong.

Pernah pada satu hari, sepulang mondok dari Mataram, dia mampir menjenguk adiknya ke Pancor. Kebetulan tempat Kost kami satu lokasi, hanya beda Wali Kost dengan sang Adik. Saat Dzul duduk di kursi ruang tamu, tetiba aku menerobos masuk ke Kost adiknya. Alangkah malunya diriku ketika mendapati ada tamu duduk. Aku langsung kabur dan bersembunyi di kamar adiknya hingga dia pulang. Sejak saat itu, kami tidak pernah bertemu lagi.

Setelah meraih gelar sarjana, dia mengabdikan diri di Madrasah Ibtidaiyah, tempatku sekarang menjadi tenaga pengajar. Selang setahun, aku pun mengabdi di sana. Diminta mengisi kekosongan guru oleh Kepala Sekolah, karena salah satu guru Madrasah pergi berhijrah ke Sumbawa pada saat itu. Mungkin karena setiap hari bertemu, akhirnya kami dekat dan menjalani masa pacaran selama tiga setengah tahun, sebelum memutuskan untuk menikah.

Semasa pacaran, kami pun tak lepas dari masalah. Seperti pasangan-pasangan lain pada umumnya. Hubungan kami tak semulus jalan tol. Dzul pernah menghilang secara tiba-tiba dan itu berlangsung selama hampir setahun. Entah, apa sebabnya. Meskipun kami bertemu setiap hari di Madrasah, dia seperti orang asing. Jauh seratus delapan puluh derajat berubah.

Di tengah keterpurukanku dan bersama kesedihanku kala itu. Aku membuat sebuah keputusan dan bertekad untuk melupakannya. Namun, aku sempat berpikir, melupakannya apakah keputusan yang tepat? Ahkirnya, aku memutuskan untuk Istikharah. Supaya keputusan yang aku ambil bukan datang dari setan. Akan tetapi, benar-benar petunjuk itu datangnya dari Allah, inginku.

Aku pun memulai salat Istikharah, hingga tiga bulan lamanya setiap malam tanpa henti memohon petunjuk. Dengan keridhaan Allah SWT, aku mendapat jawaban dari doa-doaku itu. Namun, berbanding terbalik dengan perasaanku yang medekati sembilan puluh lima persen sudah move on darinya saat itu.

Qadarullah, jodoh, maut dan rizki asrar Ilahi.

Singkat cerita, sengaja pula aku singkat biar nggak baper. Sehari setelah pembagian raport. Aku berangkat ke Suralaga-Lombok Timur, mengikuti Kursus Mahir Lanjutan Pembina Pramuka, selama sepuluh hari. Aku ingat waktu di dalam ruangan ketika menerima materi. Tetiba HP bututku berdering. Jantungku rasanya mau copot, detaknya pun kian kencang, setelah tau siapa yang menelpon. "Hampir setahun, suara itu kini terdengar lagi," gumamku. Hatiku rasanya di aduk-aduk dan di campur tak karuan. Kutarik napas dalam-dalam, lalu mencoba bicara. Aku minta izin ke panitia keluar ruangan dan mencari tempat aman. Supaya percakapanku tidak di dengar tetangga sebelah.

Dalam percakapan HP tersebut, aku menceritakan istikharahku selama ini dan bagaimana petunjuk yang aku dapat. Di akhir ceritaku aku bilang padanya, "Semua terserah kamu, kalau mau sampai di sini, juga tidak apa-apa, aku pun hampir di gerbang move one."

Hampir habis setengah hari menelponku, untung saja Panitia Kursus saat itu tidak marah-marah. Padahal malam hari sebelum dia menelpon, aku hanya berkirim SMS yang isinya menanyakan "kapan anak-anak kelas enam berangkat pesiar" dari situlah hubungan kami kembali membaik seperti sedia kala sejak percakapan hari itu.

Alasanku memilihnya menjadi pendamping hidupku, karena itu tadi, hasil dari istikharah panjang. Dia datang padaku dengan berpakaian serba hijau, saat dia berdiri di depan rumahku, aku terperanjat. Sebab, kulihat seluruh tubuhnya mengeluarkan cahaya yang menyilaukan pandanganku. Selain itu, dia termasuk tipeku. Lelaki pendiam yang selalu menjaga lisan dan tangannya untuk tidak menyakitiku.

Akhirnya, tiga bulan kemudian kami menghalalkan hubungan atas nama agama. Tepat hari Senin, 19 Oktober 2008 dan sudah dikaruniai tiga putra. Semoga ikatan ini menjadi sirat ke syurga kelak, amin.

Wassalamualaikum.

Lombok, 29 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

salam literasi

30 Mar
Balas

Semoga ikatan ini menjadi sirat ke syurga kelak, amin.... aamiin yra

30 Mar
Balas



search

New Post