MASNIATI,S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ramadhan Kelima

Penulis : Masniati, S. Pd

Tagur ke-112

Kamis, 23-03-2022

Bab : 8 Puasa Setengah Hari

Ditariknya selimut yang menutupi tubuh mungil gadis kecilnya. “Ma_sih_ngan_tuk, Bu.” Syifa dengan suara terputus-putus berbicara kepada ibunya. Karena sepenuhnya belum sadar. Kelopak matanya masih rekat menempel satu sama lain. Namun, gadis itu berusaha bangkit dari peraduan. Perlahan kesadarannya mulai pulih. Syifa melangkah ke kamar mandi membasuh muka. Keluar dari kamar mandi, diambilnya kerudung yang terkait di paku belakang pintu kamar.

“Kemana kita jalan-jalan, Bu?" tanya Syifa sudah berdiri di depan pintu.

"Seputaran trotoar komplek perumahan warga. Hanya sebentar supaya ngantukmu hilang," jelas perempuan itu kepada Syifa.

*****

Sekitar dua puluh menit Aisyah dan putrinya jalan-jalan pagi. Rasa ngantuk yang menyerang Syifa tadi, pun sudah hilang. Tubuh gadis itu menjadi lebih segar. Kemudian sang Ibu memintanya kembali ke rumah. Sebab, hari itu dia sekolah.

Sesampainya di rumah, buru-buru Syifa mandi dan bersiap. “Aku sudah siap, tinggal memasukkan buku, pensil, peraut dan stip ke dalam tas,” gadis kecil itu bicara sendiri. Perlahan diraihnya tas yang menggantung di paku belakang pintu kamar. Semua alat tulis dimasukkan ke dalam tas tersebut. Syifa kemudian melangkah ke kamar ibunya untuk berpamitan.

“Berangkat dulu, Bu." Syifa meraih tangan perempuan itu kemudian menciumnya.

“Mana, Bapak, Bu? Aku mau bersalaman," tanya Syifa masih memegang tangan Aisyah.

“Selesai salat subuh, Bapak langsung pergi ke sawah, sambil jalan-jalan pagi,” terang Aisyah.

“Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam. Hati-hati, Nak,” teriak Aisyah karena gadis itu berlari menghilang dari balik pintu.

Putri Rahmat itu berjalan mengayunkan langkah penuh semangat, walaupun dalam keadaan berpuasa. Terlihat jelas dari pancaran rona senyum di wajahnya. Sambil bernyanyi lagu selawat kesukaannya, Syifa terus melaju. Dengan mengenakan seragam batik warna biru muda, dipadankan rok lipat panjang menjuntai ke bawah. Kerudung hitam penutup kepala berwarna senada dengan roknya. Di tangannya memegang qur’an yang di sedekapkan ke dada. Karena hari itu jadwal membaca surah-surah pendek untuk kelas satu Madrasah Ibtidaiyah tempatnya sekolah. Dari kejauhan, terdengar seseorang memanggil.

“Syifa, Syifa, tunggu!” teriaknya. Seketika langkah gadis kecil itu tertahan.

“Iqbal,” sapa Syifa tersenyum.

“Bagaimana tugas menulis teks cerita dari Bu Guru, apa sudah jadi?” tanya Iqbal mengawali pembicaraan.

“Alhamdulillah, sudah jadi. Pulang sekolah, langsung aku kerjakan.”

“O, sama. Aku juga sudah jadi. Ngomong-ngomong, apakah kamu masih berpuasa?”

“Alhamdulillah, masih. Tapi…,” suara Syifa tertahan.

“Tapi apa?” buru Iqbal penasaran.

“Kami terlambat bangun. Keburu imsak. Jadi, makan sahurnya terlewatkan,” terang Syifa lesu. Bocah lelaki itu pun iba mendengar penuturannya.

“Tapi, kenapa kamu masih berpuasa. Katamu kamu tidak makan sahur, apa masih kuat, Syifa?” tanya Iqbal penuh simpati.

“Aku sendiri ragu. Apa aku mampu atau tidak?"

“Kalau kamu rasa tidak sanggup, sebaiknya berbuka saja." Iqbal memberi saran.

"Benar juga kata Iqbal, mungkin tubuhku tidak sekuat orang dewasa, walaupun mereka tidak makan sahur. Namun, masih kuat untuk berpuasa," gumam Syifa.

Keduanya terus mengayunkan kaki mengukur jalan. Sampai di pertigaan gang, mereka berbelok ke kanan. Setelah beberapa menit kemudian, Syifa dan Iqbal sampai di madrasah. Keduanya bergegas masuk ke dalam kelas meletakkan tas, kemudian berkumpul di lapangan bersama teman-temannya yang lain. Selesai membaca surah-surah pendek dari Al-Qur'an, semua murid berhamburan masuk ke kelas. Termasuk Iqbal dan Syifa. Mereka duduk dengan tertib dan rapi menunggu Ibu Guru datang.

Syifa duduk agak renggang dari tempat duduk Iqbal. Dia termenung sambil memainkan kedua jari telunjuknya, masih kepikiran dengan perkataan Iqbal tadi. Namun, tidak ingin buru-buru berbuka. Karena dirasa dirinya masih kuat. Gadis itu pun terkaget, ketika muncul Bu Siti sudah berdiri di depan pintu kelas. Syifa pun menghentikan lamunannya dan fokus mendengar penjelasan dari Bu Guru. Setelah jam pelajaran usai, Bu Siti meminta Ketua Kelas memimpin doa. Karena hari Jum'at, mereka pulang lebih awal. Selasai berdoa, semua murid berpamitan dan bersalaman. Tak ketinggalan Iqbal dan Syifa, juga mencium punggung tangan perempuan murah senyum itu. Lalu keduanya melangkah keluar.

Dengan berlari kecil, Iqbal meninggalkan Syifa berjalan sendiri di belakang. Karena mengejar temannya Zidan dan Arif yang lebih dulu keluar dari kelas. Syifa terdiam, gadis itu melangkah pelan. Tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat pucat, bibirnya mengering dan tatapannya sayu. Dia terus menyusuri jalan sendiri. Setelah lama berjalan, akhirnya Syifa sampai rumah. Namun, belum sempat menginjakkan kaki di pintu rumah, dia sudah lebih dulu menubrukkan tubuhnya di teras. Aisyah yang melihatnya, terkejut. Perempuan itu berlari menghampiri putrinya.

"Syifa, kamu, tidak apa-apa, Nak?" tangan Aisyah meraba kening putrinya. Perempuan itu pun iba melihat sang putri yang nampak pucat. Aisyah kemudian berlari ke dapur. Segelas air putih dan piring berisi nasi di tangannya dia bawa untuk Syifa. Disuapinya gadis kecil itu perlahan, hingga nasi di piring tak tersisa. "Air minumnya juga di habiskan, Nak, supaya tenagamu segera pulih. Tidak apa-apa, puasamu hari ini setengah hari," ucap Aisyah kepada putrinya. Gadis itu hanya mengangguk pelan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

24 Mar
Balas



search

New Post