MASNIATI,S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ramadhan Kelima

Penulis : Masniati, S. Pd

Tagur ke-114

Jum'at, 25-03-2022

Bab 9 : Hati-Hati, Pahala Puasa Berkurang

“Aku mau pergi bermain bersama teman-temanku, boleh, kan, Bu?” Iqbal mengawali pembicaraan saat duduk bercengkrama dengan sang Ibu di teras depan rumahnya, sehabis jalan-jalan pagi.

“Masih pagi, Nak. Sekarang hari Minggu, waktunya Ibu potong kukumu. Tunggu sebentar,” ujar Fatimah, kemudian melangkah ke kamar.

Bocah itu mengangguk dan duduk dengan sabar menunggu sang Ibu. Tak lama, perempuan itu kembali dengan memegang alat pemotong kuku di tangannya.

"Coba lihat, kuku tangan dan kakimu sudah panjang. Beberapa jari kukumu juga menghitam. Tahu tidak, ini sarang kuman, Nak.” Perempuan itu menunjukkan Iqbal kukunya yang menghitam dan memanjang. Fatimah pun memotong mulai dari kuku tangan Iqbal.

“Cepat, Bu. Aku mau pergi bermain. Nanti aku ditinggal sama teman-temanku,” rengek bocah lelaki itu.

“Sabar, Nak. Tinggal sedikit saja,” bujuk Fatimah.

Setelah selesai memotong sepuluh jari kuku tangan Iqbal, dia kemudian pindah ke kuku kakinya. “Kemari, kakimu, Ibu bersihkan sekalian. Ingat, Nak, Kebersihan sebagian dari pada iman, lho. Bukan kebersihan pakaian dan tempat tinggal saja yang harus diperhatikan, lebih-lebih kebersihan badan juga sangat penting,” terang Fatimah kepada putra semata wayangnya.

“O, begitu. Terima kasih, Bu. Sekarang aku faham. Kebetulan kemarin di sekolah, materi pelajarannya tentang kebersihan,” ungkap Iqbal memberi tahu ibunya.

“Sudah selesai, sekarang kamu boleh pergi. Mainnya jangan jauh-jauh, Nak. Ingat, kamu sedang berpuasa.” Perempuan itu mengingatkan. Iqbal mengangguk sebagai jawaban.

Dalam waktu sekejap, bocah lelaki itu sudah menghilang dari pandangan Fatimah. Dia berlari mengejar temannya yang sudah menunggu di pertigaan gang. Dari kejauhan, terlihat oleh Iqbal. Zidan, Arif dan Adi berdiri. Langkahnya semakin dipercepat, karena khawatir ketiga bocah itu meninggalkannya.

“Maaf, membuat kalian menunggu,” sapa Iqbal ketika sudah berdiri di depan hidung ketiganya.

“Tidak apa-apa,” timpal Adi.

“O, ya. Sekarang, dimana tempat kita bermain?” tanya Iqbal pada ketiganya.

“Bagaimana kalau kita main sepak bola di lapangan madrasah,” usul Zidan penuh antusias.

“Setuju!” jawab ketiganya serentak.

Keempat bocah tujuh tahun itu pun pergi meninggalkan pertigaan gang tempat mereka bertemu tadi. Sesuai rencana, Iqbal, Zidan, Adi dan Arif berjalan menuju madrasah. Karena di sana lapangannya sangat luas dan mereka lebih leluasa bermain sepak bola. Sesampainya di sana, mereka tidak menemukan siapa-siapa, lapangannya lengang. Hanya mereka berempat yang akan bermain sepak bola.

“Ngomong-ngomong, bola plastiknya mana? Katanya mau main,” tanya Iqbal pada ketiganya memastikan.

“Astaga! Kenapa kita sampai lupa?” Zidan sembari menepuk dahinya kaget.

“Terus, kita harus bagaimana,” tanya Adi.

“Kita beli bolanya di kios yang ada di depan gang sana.” Iqbal dengan jari tangan menunjuk tempat kios yang dimaksud.

“Baiklah, kalau begitu, biar aku saja yang pergi membeli bola. Tapi, uangnya kita kumpulkan dulu sama-sama dua ribu rupiah.” Zidan kembali menawarkan diri.

“Setuju!” ucap semuanya kompak.

Setelah uangnya terkumpul, Zidan buru-buru melangkah meninggalkan ketiga temannya. Dengan berlari kecil, dia terus melaju. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah kembali dari kios. Sebuah bola plastik berwarna biru di tangannya, Zidan kemudian menyerahkan bolanya.

“Sebelum bermain, supaya adil kita suit dulu,” usul Iqbal. Ketiganya pun setuju. Selesai suit, mereka mulai bermain. Baru beberapa saat menendang bola, terdengar dari gerbang madrasah suara segerombolan anak-anak menuju ke arah lapangan tempat mereka bermain bola. Benar saja, enam orang anak laki-laki yang masih seumuran Iqbal, datang menghampiri. Mereka juga dengan tujuan yang sama, yakni ingin bermain sepak bola.

“Iqbal, kemari!” salah satu dari enam orang anak tadi memanggil dengan melambai-lambaikan tangannya. Anak Sodik itu menghentikan menendang bola, lalu menghampiri anak tersebut.

“Ada apa kamu memanggilku?” Tanya Iqbal penasaran.

“Boleh tidak, kita berenam gabung main sepak bola?” Tanya Rosid menyelidik.

“Sebentar, aku tanya Zidan, Arif dan Adi dulu,” Ucap Iqbal. Belum sempat bocah itu membalikkan badan, tiba-tiba di belakang Iqbal sudah berdiri ketiga temannya, Zidan, Arif dan Adi. Katanya mereka penasaran sehingga ketiganya menghampiri Iqbal.

“Ada apa ini?” Zidan memastikan.

“ini, Rosid dan teman-temannya mau gabung bermain sepak bola dengan tim kita.” Seketika Zidan menampakkan wajah kecut. Sepertinya dia kurang berkenan dengan niat Rosid.

“Tidak bisa. Yang membeli bola kita bertiga, masak orang asing yang ikut main,” serang Adi.

“Aku juga tidak setuju. Kalau kalian mau main sepak bola, silahkan beli bola sendiri dan cari lapangan sendiri,” timpal Arif dengan ketus.

Suasana mulai memanas. Rosid dan teman-temannya bersikukuh mau main sepak bola. Begitu juga dengan Arif, Adi dan Zidan, ketiganya tidak mengizinkan. Sementara Iqbal hanya terdiam memandangi mereka yang saling berdebat sengit. Pertengkaran pun tak dapat dielakkan. Iqbal panik, dia mencoba melerai dan menangkis tangan Zidan yang akan mendarat di pelipis kanan Rosid.

"Stop! Kalian tidah boleh bertengkar," teriak bocah itu menarik tangan keduanya." Semua terdiam dan kepala tertekuk.

"Hati-hati pahala puasanya berkurang. Kalian hanya dapat haus dan lapar saja," lanjut Iqbal, kemudian membalikkan badan dan melangkah pergi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang luar biasa keren

25 Mar
Balas

Alhamdulillaah, keren tulisannya, sehat dan sukses selalu bu Masniati

25 Mar
Balas



search

New Post