#257#

Jalanan yang ramai kendaraan, debu jalanan di panas terik matahari.

" kacang goreng pak, 1 liter 5000 aja pak", suara seorang anak perempuan di lampu merah.

Lama juga menawarkan dagangan akhirnya ada juga yang tanya. " berapa dek", seorang pria dengan sepeda motor.

" 5000 bang" gadis kecil itu jawab dengan semangat dan senyum manis, haparan akan dibeli.

"kita ke pinggir ya", pria tadi menunjuk ke pinggir jalan yang ada pohonnya. "baik bang" gadia kecil itu berlari ke tempat yang dituju.

"sudah lama jualan kacang goreng, tidak sekolah" abang iru terseyum. Siadek hanya melihat. " abang pesan 4 liter ya".

"berapa bang, 4 liter, alhamdulillah" seolah tidak percaya. " dek pertanyaan abgang belum dijawab".

" sebelumnya sekolah bang, tapi sekarang tidak ada biaya, adek juga butuh uang untuk beli susu, ibu sakit".

Si abang terdiam " bapaknya" , tatapan mata gadis kecil itu sendu dan tertunduk sambil menyelesaikan leteran kacang.

"bapak pergi, belum pulang tidak tahu kemana, katanya akan balik, tapi sudah lama tidak pulang" suaranya serak tertahan,

Pasti adek kecil ini menahan tangis. Aku jadi tidak tega tatapannya begitu penuh kerinduan. Wajahnya sangat jelas terlihat lelah tapi tetap berusaha tersenyum.

" berapa usianya sekarang dek". " 14 tahun bang". tersenyum getir.

Hatiku terenyuh, aku punya adek seumuran dia. Saat ini sudah bukan hal baru kita temui anak kecil dijalanan. Tapi ini terasa beda. Keadaan mengharuskan dia bertahan di cobaan ini.

"siapa namamu dek" ,

" Mawar bang",

" ini uangnya, ambil kembaliannya"

" ini besar sekali bang, harganya cm 20 ribu bang"

" abang sudah bilang ambil kembaliannya". Abang bisa merasakan ratapan hatimu adek kecil, Semoga itu bisa menghiburmu". lalu berlalu dengan motornya.

Gadis kecil itu hanya bisa menatap. "ratapan hatiku, kenapa abang itu bisa merasakan, iya bang ini ratapan mawar yang orang lain tidak ada yang pendengar.

"