Rosnani

Lahir:Dumai 20 Desember 1969 Pekerjaan:Guru SMPN 1 DUMAI Alamat:Jl Diponegoro...

Selengkapnya
Navigasi Web
  APA SALAHKU KAU MADU AKU (Tantangan hari ke 101)

APA SALAHKU KAU MADU AKU (Tantangan hari ke 101)

HARI KE 101

PART 5

APA SALAHKU KAU MADU AKU

Aku menyetir mobil dengan isak tangis. Air mata ini tak berhenti mengalir. Aku pinggirkan mobil,ku kencangkan bunyi musik di dalammya. Aku tumpahkan semua yang menyesak dalam dada. Aku pukul pukul setir saking kesalnya. “Kamu jahat mas. Apa salahku mas”. “Kurang apa aku selama ini. Bodohnya aku, ya Allah”. “ Kamu jahaaaaaattttt masssss”.Hatiku hancur dan remuk. Setelah capek menangis, aku sandarkan kepalaku. Ku pejamkan mata,tarik nafas dalam dalam. Aku seka air mata ini, aku berdoa semoga aku kuat sampai ke rumah.

Aku perlahan saja membawa mobil. Aku tetap konsentrasi mengatasi jalan raya. Akal sehatku mengatakan,jangan sampai musibah dua kali menghampiriku karena kecerobohanku di jalan raya. Kasihan anak anakku. Alhamdulillah sampai juga aku di rumah. Aku setengah berlari membuka pintu. Sampai saja di kamar, kembali tangisku menjadi jadi. Hati ini begitu luka. Hati ini begitu teriris. Aku betul betul sudah patah semangat. Kehidupanku sepertinya hancur lebur.

Tak lama kemudian pintu kamarku di ketuk. Putri kesayanganku Nadia menghampiriku. Dia sedih melihat muka dan keadaan badanku semrawut. “Mama sakit ya ma?”. Aku diam saja. Mataku sembab dan kepalaku berat. “Maaaa,kenapa maaa?”. “Mama sakiiitt??”. Kecemasan meliputi hati anakku. Ku pandangi Nadia dengan hati iba. Aku berfikir,Nadia harus diberitahu keadaan yang sebenarnya. Mengapa semua kebejatan papa nya harus aku sembunyikan??. Toh suatu saat dia akan tau juga.

Aku bawa Nadia duduk bersamaku di tempat tidur. Aku tenangkan jiwa ini sebentar. Semoga dalam menceritakan olengnya rumah tanggaku kepada anakku air mataku tak jatuh kembali. Aku susun kalimat sebaik mungkin,agar Nadia tidak terkejut mendengar berita yang memalukan dirinya. Belum selesai aku bercerita,Nadia sudah menjerit histeris dan memeluk aku. Aku juga tak tahan. Kami dua beranak bertangisan. Aku tenangkan jiwa anakku. Aku katakan semuanya belum berakhir,masih ada mama di sisi kalian. Kalian adalah tonggak bagi mama untuk bertahan hidup. Nadia tersedu sedu di haribaanku.

Begitu mendengar ayahnya berkhianat dalam kehidupan kami,Revan anak lanangku langsung emosi. Dia mengatakan akan membuat perhitungan dengan papa nya. Aku menahan Revan dengan mengatakan percuma,karena papa nya sudah punya keturunan dari perempuan itu. Revan menahan kepalan tangannya dengan menggigil. “Sudahlah Revan..sudah takdir mama barangkali nak,tak perlu di perpanjang”. “Apa yang perlu bagi mama sekarang adalah kalian berdua”. Tetaplah semangat bersekolah sampai cita cita kalian tercapai. “Tercapainya cita cita kalian adalah obat hati yang luka yang di torehkan papa kalian di dada mama”.

Walaupun langit itu ku rasa runtuh, bumi ku pijak serasa ambruk,aku tetap bertahan menghadapi derita dan pahitnya kehidupan di khianati suami. Semenjak tertangkap basah di rumah istri mudanya, suamiku tak pernah pulang lagi ke rumah. Kehidupanku sudah sama dengan janda, yang tergantung tapi tak bertali. Mengenai kelakuan suamiku sudah aku ceritakan sama mertuaku. Termasuk dia tak pernah pulang lagi ke rumah. Ayah dan ibunya terkejut mendengar penjelasan dari aku mengenai anak lelaki mereka.

Ayah mertuaku langsung jatuh sakit. Beliau terbaring lemah di rumah sakit. Sudah dua kali suamiku dijemput saudara nya dengan mengatakan ayah nya terbaring di rumah sakit,namun suamiku tak pernah menjenguk ayahnya. Entah karena malu,entah karena takut dengan saudara saudaranya. Aku lah yang rajin membesuk beliau. Dengan ke dua orang tua ku aku mengadu. Hanya mereka lah tempat aku mencurahkan keluh kesah.

Ayah ku memang lelaki yang bijaksana. Dia mengatakan,bahwa rumah tangga itu ibarat sebuah kapal di tengah lautan yang penuh gelombang. Tergantung nakhoda agar penumpang sampai dengan selamat. Jika nakhoda pertama sakit, atau mati,maka nakhoda pengganti harus siap menjalankan kemudi. Bukankah kapal itu yang membuatnya kalian?. Sampai hatikah kalian menenggelamkan atau membakar kapal tersebut?. Aku hanya terdiam mendengarkan nasehat ayah ku.

Sore ini aku termenung di teras depan. Aku berfikir apa kira kira untuk aku lakukan sebagai penghasilan meneruskan kehidupan ini. Kami perlu makan, anak anak perlu biaya sekolah. Aku sekarang single parent. Otakku perputar putar,apa yang paling baik aku kerjakan. Melamar bekerja di kantor jelas tak mungkin. Mana ada kantor yang mau mengambil karyawan bekerja se tua aku ini. Melakukan dagang dengan online seperti kemaren,aku rasa memang bisa,tapi aku ragu,takkan dapat menutupi kebutuhan rumah tanggaku. Lama aku bermenung di teras itu. Sampai kepala ini terasa berdenyut.

Dua hari kemudian,aku mendapat telepon dari kawan sekantor ku dulu. Dia menawarkan pekerjaan dengan aku. Mengelola usaha dagang yang katanya dia tidak sanggup lagi. Nantinya atas usaha tersebut bagi hasil saja. Semula aku sangat tertarik dengan tawaran temanku. Aku kompromikan dengan anak anakku. Ternyata anak anakku menolak dengan mengatakan,biasanya dengan usaha seperti itu ujung ujungnya nanti pasti recok. Berakhir dengan pertengkaran. Lama aku memikirkan nasehat anakku. Anak anakku mengusulkan untuk usaha mandiri saja. Mereka siap membantu.

Rumah kami berada di pinggir jalan yang strategis. Atas usulan anakku aku di sarankan membuat jualan makanan yang lagi di gemari masyarakat dan anak anak muda. Ayahku juga mengatakan sedemikian. Atas usulan ayah,garasi rumahku di sulap menjadi warung nyentrik. Ayah bersedia mengeluarkan modal untuk itu semua. Ayah inginkan aku tetap semangat,walaupun tanpa suami di sampingku. Akhirnya warung makanan sehat di samping rumahku telah jadi. Dengan bacaan bismillah,aku memulai usaha makanan sebagai usaha penyambung hidup aku dengan anak anakku. Bersyukurlah mereka yang masih memilki ke dua orang tua. Orang tua tak akan pernah rela melihat kehidupan anaknya hancur. Kasih sayang orang tua tak ada tandingannya di dunia ini, sampai dia menutup mata.

BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu...perjalanan hidup penuh liku..

18 Jul
Balas

ya ... ada yang manis dan ada yang sepahit empedu

19 Jul

Keren sangat... Tak sabar menunggu lanjutannya bu, bagaimana nasib ayah mertuanya, dan bagaimana si pengkhianat itu akhirnya.. Duhh jadi kepo juga... Mantap cerita bu Rosnani, sangat memukau.. Sukses ya bu

18 Jul
Balas

terima kasih trisna sesriyenti ,salam literasi ya say?

19 Jul

Lanjut bunda, keren ceritanya

18 Jul
Balas

in sya allah nurprawita Ratni,salam literasi

19 Jul

Sedih ya Bu, hidup kalau di madu, ee baper aku . lanjut say.Udah aku follow say.

18 Jul
Balas

makasih say

19 Jul



search

New Post