Rosnani

Lahir:Dumai 20 Desember 1969 Pekerjaan:Guru SMPN 1 DUMAI Alamat:Jl Diponegoro...

Selengkapnya
Navigasi Web
 HIDUPKU SEPAHIT EMPEDU  (Tantangan hari ke 109)

HIDUPKU SEPAHIT EMPEDU (Tantangan hari ke 109)

HIDUPKU SEPAHIT EMPEDU

 

Baru kini aku merasakan begitu susahnya menjadi seorang ibu. Maka Allah memerintahkan kepada mahkluknya agar senantiasa berbuat baik kepada ibu yang melahirkan kita. Melarang durhaka kepada kedua orang tua. Mulai dari pada hamil atau mengandung,dalam lemah dan beban kandungan yang berat,dibawa kemana saja. Kemudian saat saat melahirkan anak ke dunia, nyawa ibu di antara hidup dan mati. Setelah melahirkan ibu menyapihnya sampai umur dua tahun serta dalam keadaan yang tersangat lemah. Kini aku rasakan dan aku jalani,dengan tanpa kehadiran suami di sisi kami berdua. Semua pekerjaan dapur, mulai aku sampai saja ke rumah ini aku lakukan dengan pelan dan hati hati. Aku takut terjadi pendarahan setelah melahirkan. Kalau di daerah kami namanya bentan.

 

Selesai melahirkan,biasanya memang di bekali obat dengan bu bidan. Di samping obat tersebut di minum juga obat obat tradisional. Obat yang di berikan bu bidan hanya untuk satu minggu saja,selebihnya aku minum obat tradisional berupa jamu gendong atau jamu yang aku racik sendiri. Aku lihat dulu ibu ku meracik jamu untuk kakak ku yang paling tua melahirkan anak nya yang pertama. Duh gusti, enaknya melahirkan di tunggui oleh ibunda tercinta. Alhamdulillah...setiap pagi ada jamu gendong yang lewat di depan rumah. Si penjual jamu tau benar,siapa yang melahirkan di daerah kami. Mbak jamu dengan ikhlas mengantarkan satu gelas jamu ke dalam kamar ku. Aku tidak susah ke luar dari kamar hanya untuk minum jamu.

 

Mengenai makanan yang aku makan setiap hari,aku berkirim sayur dan ikan teri serta cabe dengan ibuk sebelah rumah ku ini. Alhamdulillah...dalam pengeluaran aku lakukan seirit mungkin. Aku telah berniat,akan berdagang kembali setelah lepas hari yaitu empat puluh hari setelah melahirkan. Uang yang tersimpan dalam tabunganku tidak aku kutak katik. Uang yang masih di tanganku itu adalah uang sumbangan dari beberapa tetangga dan kerukunan masjid atas meninggalnya suami ku. Alhamdulillah...ada juga uang dari kenalan pasar ku yang menjenguk atas kelahiran anak ku.

 

Aku ikat perut dan pinggang ku dengan stagen sekuat mungkin. Dapat lah aku rasakan tubuh ini kuat dalam bekerja. Aku memasak dan mencuci dengan perlahan lahan. Siapa lagi yang aku harapkan???. Suami sudah tiada,saudara mara pun tiada. Aku sebatangkara di kota ini. Ada sekali sekala ibuk sebelah rumah memberikan sepotong atau semangkuk sayur bayam,yang aku terima dengan hati yang sangat suka cita. Tapi itu kan tidak setiap hari. Perutku lapar terus, karena bawaan diri ku yang sedang menyusui. Bayi ku laki laki, yang sangat kuat menyusu. Makanya selesai anak ku menyusu,perutku keroncongan kembali.

Yang sangat aku letihkan adalah kamar mandi yang jauh dari kamar ku, dan bersama pula dengan tuan rumah. Aku kadang menunggu antrian paling belakang. Setelah keluarga tuan rumah selesai mandi atau keperluan MCK,baru aku menyelesaikan tugas ku mencuci atau mandi. Kalau aku duluan yang masuk kamar mandi, aku selalu di gedor gedor dan di desak supaya cepat. Mereka mengatakan mereka mau pergi kerja,sekolah atau kebelet. Aku harus mengalah. Aku tau diri,aku hanya menumpang. Tapi bukan gratis yaaa?. Aku menyewa lho?. Walaupun sewa yang di kenai tersangat murah kata tuan rumah. Aku tau,di dunia ini tak ada yang gratis kecuali udara dan air dari Allah. Itupun dalam situasi tertentu dapat menjadi mahal.

 

Setelah anak ku berumur satu bulan dan badanku mulai agak kuat,aku sudah membawa anak ku keluar untuk jalan jalan menghirup udara luar. Entah karena berkurung di rumah selama satu bulan,entah karena memang efek baru melahirkan,wajahku semakin putih dan kata mbak jual jamu semakin cantik. Semakin cantiknya aku bukan membuat hidupku semakin beruntung,justru membuat nestapa yang baru. Ibu tuan rumah ku semakin menjadi jadi cemburu nya kepada aku. Suaminya di larang menegur sapa aku. Suaminya di larang memandang ke arah aku. Sekarang aku selalu mendengar pertengkaran di antara mereka berdua. Sudah jelas,yang mereka pertengkarkan adalah aku. Seiring dengan cemburu nya isteri tuan rumah,rezeki aku pun tak ada lagi. Isteri tuan rumah tak pernah lagi memberikan sayur atau makanan lain kepada aku.

 

Yang membuat hatiku miris adalah bukan hanya suami tuan rumah. Tapi adalah anak lelakinya yang baru satu tahun tamat SMK. Dia yang aku anggap adik,setelah status ku janda,sudah mulai ngomong dan bertingkah laku yang kurang sopan terhadapku. Semula aku nasehati bahwa aku ini kakak,aku minta tolong sama dia untuk menghormati aku. Dia hanya ngakak dan mencibir ke arah ku. Astaghfirullah...aku pendam semua apa yang menyakitkan ini. Dalam doa senantiasa minta perlindungan kepada Allah. Aku kadang kadang dengan anak ku sedang tidur sering terkejut,karena rumah sebelah sudah mulai bertengkar. Si isteri karena tidak puas memarahi suami dan anaknya melempar apa saja ke arah lantai dan dindng. Praktis membuat kami di sebelah terkejut kejut. Ada rasa tidak enak dalam hati ini.

 

Begitu juga aku selalu memarahi anak lelakinya yang seenaknya tanpa mengetuk pintu masuk ke kamar ku. Aku terkejut,tiba tiba dia sudah ada di dalam kamar. Aku mengatakan jangan sampai menjadi fitnah di antara mereka berdua. Aku tau ujung ujungnya aku yang di salahkan. Pernah aku tanya,apa tujuannya masuk. Dia mengatakan mau lihat Hafis. Yaaa kalau mau lihat Hafis kamu ketuk pintu dulu. Dia mengatakan aku jangan sok sombong. Ini rumah dia,terserah dia mau melakukan apa. Sebenarnya aku sudah tau apa maksudnya masuk ke kamar aku. Dia bukan melihat Anakku,tapi mencari uang. Setelah dia keluar dari kamar kepergok dengan aku,aku lihat semua lipatan kain aku sudah berubah dan sedikit teracak. Aku sudah waspada dari awal,semua uang dan atm aku selipkan di pinggang dalam stagen yang aku pakai atau dompet kecil yang selalu terselip di saku celana pendek hawaii ku.

 

Seperti biasa setelah anak ku mandi,aku memakaikan pakaiannya serta menaburkan bedak ke seluruh tubuhnya sambil bercerita dengannya. Walaupun aku tau anakku tak akan membalas ucapanku, tapi aku yakin anakku paham dengan apa yang aku ceritakan. Setelah anakku bersih dan wangi,aku susui dia. Aku pun menyusuinya sambil menceritakan langkah apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Aku ceritakan bahwa besok bunda sudah mulai berjualan di pasar. “Hafis sehat sehat terus ya nak? Besok ikut bunda jualan”. “ Uang bunda sudah hampir habis,jadi kita harus bekerja”. “Hafis sudah empat puluh hari,Hafis harus kuat dan sehat ya nak?”. Anakku mengedipkan mata nya dan sekali kali melepaskan mulutnya dari puting payudaraku. Dia seolah olah mau menjawab. Aku cium berulang kali permata hati ku ini. Setelah itu Hafis tertidur,aku letakkan kembali ke kasur yang hanya tergeletak di atas lantai. Anak ku tidur dengan pulas.

 

Besok aku berencana mau jualan kembali di pasar. Aku persiapkan semua peralatan yang akan aku bawa besok. Keranjang,tali ,karung goni putih dan beberapa kantong kresek bekas. Aku hitung hitung uang modal untuk aku memulai belanja daganganku. Aku tulis apa saja dulu yang akan aku jual dan berapa saja. Dalam perhitungan dagang ku,aku mulai dengan stok kecil kecilan saja dulu. Target aku nanti kembali menarik langganan aku yang lama. Semoga saja meereka mencari aku kembali setelah aku libur beberapa bulan. Aku hitung uang modal ku kembali. Aku lipat dan aku simpan di pinggang kanan ku. Aku harus waspada,karena keadaan rumah ku yang gampang di congkel orang,aku takut dan selalu waspada. Itu lah modal hidupku semua nya.

 

Aku gendong anakku ke pasar. Hari ini aku memastikan lapak kios ku masih kosong atau tidak. Ternyata lapak ku sudah di isi oleh pedagang yang lain. Kepada pemilik lapak aku menanyakan apa ada lapak yang masih kosong. Pemilik lapas meminta maaf karena lapak aku dia kasi sama orang lain. Aku mengatakan aku paham,aku tidak marah. Dia menunjukkan kepada aku ada lapak kosong tapi di ujung los,jadi agak di sudut. Aku mengarah ke sana. Aku lihat memang di ujung los,yang prediksi aku tentu pembeli sudah malas datang ke lapak itu. Itu yang membuat lapak tersebut tak ada yang menempati.

 

Melihat muka aku yang sedang berfikir,pemilik lapak mengatakan,jika mau silahkan. Dia mengatakan bayarannya setengah sajalah.Mengingat letak lapak tersebut memang tidak strategis. Sepi jual beli di ujung los tersebut. Aku mengerinyitkan alis bukan karena masalah sepi nya pengunjung. Aku berfikir lapak ini sangat cocok dengan aku yang memilki bayi. Otakku sudah berfikir,buaian Hafis akan aku buat pas di ujung dinding. Jadi Hafis tidak mengganggu kegiatan dan pemandangan orang lain. Aku katakan aku ambil dan mengucapkan terima kasih karena telah memberikan kepada aku setengah bayaran sewa lapak. Aku minta tolong kepada pemilik lapak untuk memasang sepotong broti melintang di atas atap lapak. “Untuk ayunan anakku pak”,begitu penjelasanku. Pemilik lapak mengerti dan berjanji akan membuatnya nanti sore.

 

Aku pulang dari pasar. Sampai di rumah sudah banyak orang di depan rumahku. Aku sedikit pucat,apa gerangan yang terjadi. Ternyata beberapa orang polisi sudah berada di depan rumah kami. Isteri pemilik rumah bicara dengan suara histeris dan tak tau ujung pangkalnya. Ternyata aku tanya sama orang yang berdiri di situ,anak pemilik rumah sedang dicari polisi karena terlibat dalam penjambretan tadi malam. Orang yang di jambretnya mengalami luka serius karena terjatuh dari motor. Anak pemilik rumah ketahuan terlibat karena satu orang temannya sudah tertangkap. Lutut aku menggigil. Jantung ku tak karuan berdetak. Ya Allah...musibah apa lagi yang aku dengar. Aku mulai ngeri tinggal di rumah itu. Anak pemilik rumah yang selalu menggoda aku ternyata seorang buronan. Aku masuk ke kamar. Aku masih menggigil dan tak karuan. Aku letakkan Hafis yang sedang tertidur pulas ke kasurnya. Aku tutup dengan kelambunya. Aku kembali ke luar. Ternyata beberapa pak polisi dan orang di depan sudah pada pergi. Aku tutup pintu kamar dengan hati kecut. Di balik pintu aku berfikir. Ada rencana mau pindah,tapi kemanaaaaa??..

BERSAMBUNG  

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Apik ceritanya, seandainya cerpen atau novel pasti dibaca degan cucuran air mata.

26 Jul
Balas

iya bu ,terima kasih sudah membaca. Untuk membuat cerpen atau novel nanti belajar dulu sama pak CEO. ini hanya menyalurkan hobbi menulis bu,setelah hobbi menanam bunga,he he he

26 Jul

Sedih sayank ceritanya..

26 Jul
Balas

iya,makasih udah baca tulisan saya

26 Jul
Balas



search

New Post