Melestarikan Budaya Tedak Siten
Melestarikan Budaya Tedak Siten
By. SR
Pagi hari ini tampak tidak begitu cerah. Awan hitam bergelayut di atas angkasa. Namun aku sudah berada di lokasi rumah saudara yang akan mengadakan acara Tedak Siten sekitar pukul 07.30 WIB. Dan akupun ikut membantu terselenggaranya acara tersebut.
Tepat pukul 10.00 WIB semua undangan telah hadir. Lantas acara ini dimulai. Kebetulan pada kesempatan ini, aku diminta bantuan oleh tuan rumah sebagai pranata acara. Dengan senang hati, kujalani amanah itu dengan lancar.
Acara ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Karena Mas Diyan dan Mbak Ika sebagai tuan rumah sudah dikaruniai buah hati yang ganteng yaitu yang bernama Azka Husain Ramadhan. Dimana sekarang sudah tumbuh besar dan berusia 7 bulan. Dan saatnya untuk proses turun tanah atau mudhun lemah. Atau kita kenal istilahnya dalam bahasa Jawa Tedak Siten
Tedak artinya melangkah dan siten berarti bumi/tanah. Artinya sang buah hati siap melangkah bumi.
Susunan acaranya adalah :
1. Pembukaan
2. Prosesi acara Tedak Siten. Diawali dengan berjalan di atas 7 warna jadah.
Even ini menggambarkan kesiapan seorang anak untuk menghadapi kehidupan yang sukses di masa depan, dengan berkah Tuhan dan bimbingan dari orang tua, sejak masa kecilnya.
Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.
Hal ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan dalam hidup.
Acara selanjutnya anak dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu "Arjuna" dan kemudian turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.
Diharapkan ke depannya, anak itu berperilaku seperti Arjuna, yang merupakan seorang pejuang sejati dan berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh percaya diri.
Berikutnya kaki si bayi di tumpukan ke pasir. Anak harus melakukan "Ceker-Ceker", yaitu ia bermain pasir dengan kedua kaki.
Dalam bahasa Jawa, ritual ini memiliki makna bahwa ceker-ceker artinya bekerja dan mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Selanjutnya, sang anak kembali dipandu untuk memasuki kandang ayam yang sudah didekorasi. Dalam prosesi ini anak dimasukkan dalam kurungan ayam. Di dalamny terdapat berbagau benda seperti perhiasan, alat sholat, buku tulis, pensil dan sebagainya. Maknanya ialsh kurungan ayam menggambarkan kehidupan nyata yang akan dijalani kelak oleh anak. Lantas benda yang diambil oleh anak menggambarkan suatu kegemaran atau profesi yang kelak dijalani keti dewasa nanti.
Ternyata si anak yang dipanggil Azka ini sudah mengambil pensil. Semoga kelak dia tekun dalam mencari ilmu demi masa depan yang gemilang.
Acara terakhir adalah doa. Doa dipanjatkan agar sang buah hati selalu sehat, cepat besar, menjadi anak yang Sholih siap serta sukses dunia akhirat. Aamiin...
Salam Literasi
Mojokerto, 04112022

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar