Siti Zulaikah, S.Pd/Lika

Ridho Allah segalanya, InSyaa Allah qobul segala hajat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Koneksi Antar Materi-Pentingnya Budaya Positif di Sekolah (Tugas 1.4.a.9)

Koneksi Antar Materi-Pentingnya Budaya Positif di Sekolah (Tugas 1.4.a.9)

Tugas 1.4.a.9 Koneksi Antar Materi-Pentingnya Budaya Positif di Sekolah 

Oleh:

Siti Zulaikah

CGP Angkatan 2 Kota Surabaya

 

Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan Guru dan Murid seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidaklah bisa memaksa tanamannya untuk cepat berbuah dengan cara menarik batang atau daunnya. Tanaman akan berbuah jika mempunyai potensi untuk berbuah dan telah sampai waktunya berbuah. Tugas petani adalah menjaga tanaman agar tumbuh sempurna dan tidak terserang hama yang menyebabkan tanaman tidak bisa berkembang dan berbuah. Seorang petani haruslah menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pemberantas hama.

Sesuai dengan nilai dan peran Guru Penggerak, sejatinya Guru haruslah mampu memberikan pendidikan yang berpihak pada murid, mengidentifikasikan murid dengan latar belakang yang berbeda-beda, dan mampu melakukan pendekatan ke murid yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pendekatan dilakukan dengan cara menuntun bukan dengan hukuman. Berkomunikasi aktif dengan wali murid, berkolaborasi dengan bagian kesiswaan maupun bimbingan konseling untuk mencari solusi positif tanpa merugikan masa depan murid sangatlah penting.

Sebagai CGP, Saya mencoba mengkaitkan materi-materi sebelumnya dalam LMS PGP dengan budaya positif di sekolah agar pemahaman dan penerapannya jelas terstruktur. Beberapa pertanyaan muncul di antaranya:

1.      Apakah budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik?

2.      Bagaimana penerapan budaya positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari?

3.      Bagian mana dari modul sebelumnya yang berkaitan dan mendukung budaya positif

Bagaimana peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah?  Bagaimana guru penggerak bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah? 

Filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan itu harus bisa menuntun anak untuk memperoleh kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, pendidikan harus melihat kodrat dan bakat anak, Guru harus mengetahui pengaruh kodrat alam dan kodrat jaman bagi jiwa anak karena pengaruh kodrat jaman tentunya harus selaras dengan kodrat anak. Sebuah sekolah idealnya bisa mengembangkan bakat seorang murid yang sudah ada dalam dirinya. Sekolah wajib memfasilitasinya dengan menerapkan disiplin positif agar murid terbiasa melakukan hal-hal yang positif yang nantinya akan menumbuhkan karakter-karakter yang positif tanpa adanya tekanan dan paksaan. Sebuah budaya akan tumbuh dalam diri murid jika mereka sudah terbiasa.

Penerapan budaya positif di sekolah tidak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa adanya upaya dari seluruh komponen dan pemangku jabatan untuk terus berusaha bersama-sama dalam mempertahankan budaya positif yang sudah ada dan berusaha menjalankan budaya positif lainnya yang berpihak kepada murid.

Dalam penerapan budaya positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari, maka sekolah harus mampu mengakomodir kebutuhan minat murid. Sang pencipta sudah memberikan kodrat masing-masing  anak. Tugas mulia seorang guru adalah menuntun, memperbaiki kodrat yang menyimpang dan membimbing serta membpertahankan kodrat yang sudah baik. Tiap murid pasti akan mampu mengembangkan diri dalam pembelajaran dengan kompetensi dan kemampuan budaya positif  yang akan membentuk karakter murid melalui sebuah pembiasaan tanpa adanya paksaan dan tekanan.

Alhamdullilah sebagai CGP yang sudah mempelajari modul yang  berkaitan dan mendukung budaya positif di sekolah, dalam diri Saya sudah tertanam niatan tulus untuk memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya. Menciptakan budaya positif yang bernilai kebebasan tanpa paksaan, menghormati dan menghargai murid, dan mengupayakan eksplorasi terbimbing sebagai upaya dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Guru juga harus menjadi teladan saat mendidik baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Memberikan semangat dan menjadi  role model saat melakukan dan menerapkan budaya positif, memberikan motivasi kepada murid untuk mencapai impian dan cita-citanya sebagaimana ungkapan Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid, pembelajaran yang menyenangkan tanpa membebani murid akan membentuk kemandirian sehingga lahirlah generasi-generasi yang hebat yaitu generasi yang tidak bersandar kepada yang lain sebagaimana dalam profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, kebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Sebagaimana peran Guru sebagai pendidik maka haruslah mengetahui posisi kontrol Guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Semua aspek tersebut haruslah dimiliki seorang Guru Penggerak dalam mengemban tugasnya berperan di sekolah masing-masing, terutama dalam menularkan kebiasaan-kebiasaan positif bagi rekan sejawat. Guru Penggerak harus mau dan mampu mewarnai sekolahnya masing-masing dengan penerapan budaya positif di sekolah.

Pemberian hukuman dalam penerapan disiplin sangatlah berdampak pada  murid. Hukuman hanya akan mematikan kreatifitas dan menyebabkan rasa minder atau kurang percaya diri. Pemberian hukuman sangatlah bertentangan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Disiplin positif adalah mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (orang tua, Guru, lembaga, dll). Disiplin positif bertujun untuk bekerjasama dengan murid dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan murid, tidak mengkritik kelemahannya. Dengan pendekatan disiplin positif maka Guru bisa mereka jadikan panutan dalam perjalanan tumbuh kembang murid.

Dalam upaya membangun budaya positif di sekolah, Guru harus mampu bekerjasama dengan semua stake holder sekolah.            Disiplin positif yang pertama adalah menciptakan ruang kelas yang berpusat pada murid, selanjutnya bekerjasama dengan orang tua dalam penerapannya. Kepala Sekolah harus memastikan semua Guru mendapatkan dukungan dalam penerapan disiplin positif. Orang tua harus mampu menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga penerapan disiplin positif bisa konsisten. Hubungan yang baik antara pihak sekolah dan wali murid akan mampu mewujudkan disiplin positif.

Budaya kelas yang sudah dirancang melalui kesepakatan kelas, selanjutnya dapat diikuti oleh teman sejawat diharapkan menjadi sebuah visi sekolah yang bisa dilaksanakan secara global oleh warga sekolah. Peran Guru Penggerak sejatinya mampu menggerakkan seluruh komunitas sekolah dalam penerapan budaya positif menjadi sebuah visi sekolah yang akan dipatuhi dan dilaksanakan tanpa adanya paksaan.

Demikian koneksi antar materi pentingnya budaya positif di sekolah yang Saya paparkan.

Semoga manfaat.

Salam Guru Penggerak

Tergerak bergerak dan menggerakkan

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post