Tessie Permata

Lulusan S2, PIPS, Unindra Jakarta, alumnus geografi unj 1995,dan sekarang adalah seorang guru IPS di SMP Negeri 161 Kebayoran Lama. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Don't judge from the cover
Kreativitas para siswa

Don't judge from the cover

Iya bu, dont judge from the cover. Dia berkata seperti itu tatkala saya memanggilnya karena ada masalah pelanggaran dalam pembelajaran. Sebagai wali kelas saya panggil anak tersebut, dan cari tahu akar permasalahan versi si anak. Setelah anak tersebut selesai bercerita, muncullah kalimat tersebut,, yang terus terang menghentakkan saya seakan tak percaya bahwa yang saya hadapi adalah anak didik saya. Begitu dewasanya pola pikir si anak, begitu nalar saya bermain. Dan saya berikan tepukan dipundaknya seraya berkata, iya nak memang kita tak boleh menilai seseorang hanya dari penampilan luar saja. Tapi tetap saya yakinkan si anak bahwa tak mungkin guru akan marah dan mengambil tindakan bila kamu tak melakukan kesalahan. Teguran guru tersebut adalah untuk menyadarkanmu bahwa yang kamu lakukan itu salah. Si anak tersenyum dan berkata iya sih bu, tapi kan.....Kembali saya jelaskan untuk meyakinkan kepada si anak bahwa semuanya demi kebaikannya.Saya tahu si anak masih tetap pada pendiriannya yaitu walau dia melakukan kesalahan toh jangan lantas digeneralisir semua kesalahannya. Itu maksud si anak. Terkadang walau sebelumnya si anak pernah melakukan kesalahan tapi bila dia berniat berubah, hendaknya kita guru melihat niat baik ini. Memang semua membutuhkan proses. Menjadi pintar memerlukan proses. Menjadi tidak nakal juga membutuhkan proses. Pengalaman terkadang tanpa kita sadari mampu membuat mereka lebih dewasa. Seiring berjalannya waktu image kita sebagai guru juga akan tertanam dibenak mereka. Memang tak dapat dipungkiri selama mereka mengenyam ilmu di sekolah, disitulah mereka punya banyak versi tentang kita para pengajarnya. Apa yang sudah kita berikan, bagaimana perlakuan kita kepada mereka, bagaimana kita memberikan pelayanan kepada mereka dan bagaimana kita merangkul mereka tatkala mereka membutuhkan. Kita sebagai guru hendaknya mencermati terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan bahwa itu adalah sepenuhnya kesalahan siswa.Meskipun itu adalah kesalahannya alangkah bijaknya bila kita tidak menggeneralisir kesalahan kesalahan yang telah diperbuat selama ini, karena bisa jadi sudah ada niat baik untuk berubah dalam diri si anak. Tugas seorang guru disekolah tak hanya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran saja .Namun, tugas berat seorang guru adalah bagaimana mendidik dan menumbuhkan karakter positif pada diri setiap siswa. Tatkala ada siswa bermasalah, kita juga turut membimbing , menasehati dan mendidik agar tidak mengulangi kembali., disanalah peran kita sebagai guru sangat dibutuhkan agar mampu mendidik para siswa menjadi pribadi yang lebih kuat. Sebagaimana kita ketahui bahwa guru yang profesional adalah harus menguasai 4 kompetensi guru seperti yang tertera dalam Permendiknas nomer 16 tahun 2007, salah satunya adalah kompetensi pedagogik yang antara lain kita sebagai guru harus dapat menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional dan intelektual .Pada saat awal tahun ajaran baru, tentunya kita para guru dihadapkan dengan karakteristik peserta didik yang beraneka ragam. Sebaiknya tak ada beban dalam menjalankan tugas ini, karena kita harus menyadari bahwa mereka adalah anak didik yang harus kita bina, kita bimbing dan kita didik.Selain itu kita juga harus menyadari setiap tugas yang diberikan adalah suatu amanah tatkala kepercayaan menghampiri. Disitulah kita sebaiknya berusaha optimal mengemban amanah tersebut. Apa yang kita lakukan adalah untuk ibadah. Hidup didunia ini tak hanya mencari ketenangan dunia semata tapi kita harus ingat bahwa kita pun tinggal didunia untuk mencari dan membekali diri untuk dunia sebenarnya. Sama halnya dengan mendidik mereka yang juga merupakan ibadah pula. Tak hanya masalah akademis yang perlu diselesaikan tapi juga masalah perilaku dan lainnya sehingga mereka dapat menjadi anak yang cerdas, berakhkak baik dan mempunyai kepercayaan diri sebagai bekalnya nanti di masyarakat. Sesuai anjuran Bapak pendidikan kita Kihajar Dewantara dalam bukunya Tut Wuri Handayani yang menyatakan bahwa buatlah sekolah itu seperti taman untuk tempat belajar dan bermain sehingga akan menyenangkan buat peserta didik, jangan buat kesan sekolah itu tempat menakutkan.Play, learn, and grow together, itulah sebaik Image sekolah.Bila sekolah sebagai tempat menyenangkan maka mereka akan belajar tanpa tertekan dan stress, justru motivasi dan pengembangan pembelajaran yang akan muncul. Contohnya, Finlandia adalah negara dengan predikat pendidikan terbaik didunia. Mereka menerapkan sistem belajar di sekolah ibarat taman untuk bermain dan belajar untuk tingkat dasar . .Bila kita sebagai tenaga pendidik belum dapat berbuat lebih untuk negara maka berbuat lebihlah untuk lingkungan sekitar kita dalam mencerdaskan anak bangsa.

Mengajarlah dan mendidiklah dengan hati , karena peserta didik pun akan merasakan kasih sayang gurunya . Mengajar dengan penuh kasih sayang akan membuat kita dekat dengan mereka, sehingga mereka akan menjadi pribadi yang penuh kasih sayang juga terhadap sesama.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post