Tahukah anda pemeran buku terbesar di dunia? Ada dua tempat di dunia ini yang menjadi surga bagi pecinta buku, yaitu Frankhurt International Book Fair di Jerman dan Cairo International Book Fair di Mesir. Bagi anda pecinta buku, rasanya belum lengkap jika belum hadir di pameran buku internasional ini. Tahun ini Pameran Buku Internasional Kairo dilaksanakan mulai tanggal 26 Januari sampai dengan 10 Pebruari. Pameran di buka sejak pukul 10 pagi hingga 10 malam. Setiap hari orang berjubel mengunjungi pameran buku, tidak hanya melihat-lihat tetapi juga belanja buku. Di Indonesia kita melihat orang bawa troli biasa dijumpai saat belanja di plasa atau super market untuk membeli bahan-bahan kebutuhan pokok atau barang konsumtif. Sementara kalau di pameran buku, hanya beberapa orang saja yang belanja dan cukup pakai tas kresek. Namun anda akan mendapati kondisi berbeda yang berbeda saat menghadiri pameran buku internasional ini. Dan tiket masuknya juga murah hanya 1 pond Mesir atau sekarang setara dengan Rp. 800,- Betul anda nggak salah baca, biasa kalau kondisi normal 1 pond Mesir sekitar Rp. 1.300. Dhiya'uddin, salah satu mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar Kairo, menceritakan: "Minat orang untuk beli buku di sini berbeda dengan Indonesia. Di sini orang belanja buku bawa troli sudah biasa. Ada ribuan judul buku, baik itu buku agama islam karya para ulama,buku ilmu pengetahuan,buku teknologi, buku bahasa Inggris, dan lain-lain." Dhiya'uddin yang sudah 3 tahun tinggal disana, selama mengagendakan hadir di pameran ini. Apalagi saat ini, pameran bersamaan dengan liburan kuliah, jadi bisa berlama-lama, bolak balik ke pameran untuk baca dan beli buku. Tak jarang pula, orang tuanya menitip untuk beli buku, khususnya buku literatur Islam, yang susah didapatkan di Indonesia. Cairo Internasional book fair ini diselenggarakan setiap tahun dan diikuti oleh seluruh negara di dunia. Tahun ini Indonesia tidak menggirimkan wakilnya. Di Mesir, masih kondisi relatif bergejolak, membaca sudah menjadi kebutuhan. Dimana-mana kita jumpai orang rajin membaca, entah itu di bis, di terminal dan tempat-tempat umum. Di bis umum ada orang tartil Al Quran itu sudah biasa. Kalau di Indonesia, kita bisa lihat sendiri. Wajar kalau kemudian hasil survey yg dilaksanakan oleh Central Connecticut State University, menempatkan Indonesia diurutan ke 60 dari 61 negara di dunia. Di negeri Kinanah ini, gudangnya ulama-ulama Islam lahir, yang mengahsilkan ribuan kitab yang dipakai masyarakat muslim hingga kini, menulis sudah menjadi kebiasaan para intelektualnya. Jika ada persoalan baru, perbedaan dalam memandang sebuah kajian, mereka menanggapinya dengan menulis sebuah buku. Jadi tulisan/opini itu dijawab dengan tulisan juga ini tradisi yang berkembang disana. Sehingga setiap minggu bisa terbit buku baru. Dan setiap buku baru tulisan seorang ulama atau intelektual selalu menjadi rebutan untuk membelinya. Semoga gerakan literasi yang digagas beberapa kalangan bisa berubah mindset masyarakat Indonesia. Sekolah sebagai pabriknya para intelektual harus bisa menciptakan lulusannya memiliki budaya baca dan menulis. Inilah esesnsinya gerakan literasi sekolah. Jika di sekolah anak-anak sudah dibiasakan membaca dan menulis, maka akan terbentuk kebiasaan dalam hidupnya. Semoga dengan budaya membaca dan menulis bisa merubah kondisi masyarakat Indonesia. Buku adalah gudangnya ilmu pengetahuan, membaca adalah kuncinya.