Catatan Ramadhan 1438H:

Husain Yatmono

Jum’at tanggal 26 Mei 2017 malam Sabtu adalah awal sholat tarawih di bulan Ramadhan 1438H. Pada malam ini, sejumlah mushola, masjid penuh sesak dengan jama’ah yang mengikuti sholat Isya’ berjamaah dan dilanjutkan dengan sholat tarawih. Sejumlah mushola dan masjid yang telah disiapkan, dibersihkan sebelumnya telah siap menampung luberan jama’ah yang akan mengikuti sholat tarawih ini.

Bahkan ada sejumlah mushola yang harus pasang terop di luar halaman untuk menampung luberan jama’ah ini. Mudah-mudahan suasana seperti ini bisa bertahan sepanjang Ramadhan. Namun biasanya, sebagai mana pertandingan sepak bola, saat masih babak kualifikasi banyak sekali tim yang ikut bermain. Sejalan dengan berlangsungnya turnamen tersebut, satu per satu tim sepak bola tersebut berguguran, hingga hanya beberapa tim saja yang bisa bertahan menuju partai final dan meraih juara.

Pelaksanaan sholat tarawih pun bervariasi, ada yang 20 rakaat sholat tarawih dan 3 sholat witir, ada yang 8 rakaat sholat tarawih dan 3 sholat witir. Hal ini tidak perlu diperdebatkan, karena masing-masing memiliki dasar hukum di dalam khasanah hukum Islam. Anda tinggal memilih pada sholat tarawih mana yang mantab anda ikuti. Janganlah memilih sholat tarawih karena kecepatannya, namun sholat itu adalah ibadah, maka kekhusukan yang harus menjadi prioritas. Coba ikut sholat tarawih di masjid atau mushola yang berbeda agar anda bisa mendapatkan suasana Ramadhan yang berbeda pula. Ada sejumlah masjid atau mushola yang mengisi dengan tausiyah (kultum), disela-sela sholat tarawih. Namun ada juga yang tidak mengisi dengan kultum, mereka fokus dengan memperbanyak rakaat sholat.

Penulis sendiri di bulan Ramadhan, sering sholat tarawih di tempat yang berbeda-beda. Pada awal-awal sholat tarawih biasanya banyak mengikuti sholat tarawih di mushla tempat tinggal berjamaah bersama warga. Di musholla ini, sholat tarawih bisa selesai pukul 19.30, meski 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Namun penulis, sering juga sholat tarawih di tempat lain. Hal ini dilakukan jika malam itu tidak ada agenda lain. Salah satu tempat sholat tarawih yang menjadi favorit penulis adalah Masjid Jami’ Ainul Yaqin Sunan Giri yang letaknya di atas bukit.

Masjid Jami’ Sunan Giri ini lokasinya dekat dengan rumah, meski untuk menuju lokasi harus menaikki tangga yang jumlah sekitar 100 dan dibutuhkan tenaga ekstra. Bagi anda yang tidak terbiasa berjalan di atas bukit, akan terasa enggos-enggosan, namun jika sudah terbiasa nyaman juga. Di Masjid Jami’ Sunan Giri ini, terasa istimewa karena Imam sholatnya seorang Hafidz (Hafal Al Qur’an) setiap malam dalam sholat tarawih membaca 1 juzz sehingga dalam satu bulan puasa Ramadhan khatam 30 juz Al Qur’an.

Teknisnya, setiap malam ada dua orang yang bertugas sebagai imam sholat. Salah seorang bertugas sebagai imam, seorang lainnya berdiri di belakang imam bertugas menyimak bacaan sang Imam jika kemungkinan ada yang lupa, maka ia akan mengingatkan. Ketika sholat tarawih mencapai 10 rakaat, maka dilakukan rolling (pergantian) imam, yang awalnya sebagai penyimak sekarang menjadi Imam sholat. Sholat tawarih di Masjid Jami’ Sunan Giri berlangsung 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Sholat tarawih ini biasanya selesai sekitar pukul 20.30. Bagi anda yang menghendaki sholat tawarih dengan jumlah rakaat banyak dengan bacaan yang tartil dan khusuk, masjid ini bisa dijadikan alternatif. Saya yakin di tempat tinggal anda juga ada masjid yang menyelenggarakan sholat tarawih seperti ini. Meskin saya tidak bisa sholat tawarih setiap malam di Masjid Jami’ Sunan Giri, karena ada kepentingan lain, tapi dalam setiap Ramadhan selalu mengagendakan sholat tarawih disana, terutama jika hari-hari libur.

Bagaimana dengan sholat tarawih di tempat anda? Pasti punya cerita yang menarik juga.

26/5/2017