Husain Yatmono

Husain Yatmono fb:husain.yatmono email: [email protected] Blog: http://menulisdimedia.blogspot.com http://duniapendidikanchannel.blogspot.com ...

Selengkapnya
Navigasi Web
YANG TERSOHOR

YANG TERSOHOR

Bak artis yang baru naik daun, kini namanya selalu muncul dalam pemberitaan media. Tak tangung-tanggung media cetak maupun elektronik menempatkannya sebagai headline di pemberitaan mereka. Memang sejak kedatangan tamu tak diundang di rumahnya, dia kini menjadi trending topik. Dialah Julaekah, wanita separo baya pejabat negara, digiring Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena terjerat Operasi Tangkap Tangan (OTT).

Julaekah pun merasa aneh, dari mana mereka bisa tahu dengan rencana transaksi proyek di rumahnya. Padahal hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti akan rencana ini. Pikiran itu terus mengelayutinya, sepanjang perjalanan dia digelandang oleh petugas KPK. Dalam benaknya terus berkecamuk mencari tahu, siapa dalang dibalik OTT ini. Mungkinkah orang-orang yang iri dengki dengan posisi saya, berusaha menjebak saya sehingga saya bisa lengser begitu saja, ungkap Julaekah dalam hati. Sepanjang naik kendaraan yang mengantarnya ke penjara, Julaekah bergumam, “Saya nggak akan menyerah begitu saja, saya akan melakukan perlawanan hukum atas kasus ini. Saya tidak bersalah. Saya akan menyewa pengacara untuk membela kasus ini”, tandasnya dalam hati.

Sesampainya di Gedung KPK, Julaekah pun kaget. “Kok banyak sekali awak media yang sudah berkumpul”. Mereka berusaha mengambil gambar dengan sudut terbaiknya dan mengejar-ngejar untuk mengajukan pertanyaan. Para awak media berusaha mencarai tahu kasus yang menimpanya. Namun tak satupun pertanyaaan dan sapaan awak media itu yang diresponnya. Wajahnya nampak wajah sewot kepada awak media. “Enak saja kalian dapat berita, naik rating, dapat duit, sementara saya menderita”, gerutunya dalam hati. Hatinya semakin mendongkol. Dia yakin, ini benar-benar jebakan!. Sudah didesain!.

Sejak hari penangkapan itu serta hari-hari berikutnya, wajahnya selalu menghiasi media cetak dan elektronik. “Hancur reputasi saya. Hancur karir saya. Hancur harga diri saya dan keluarga. Tak ada lagi yang bisa dibanggakan”. Gerutunya. Karir dan keluarga yang dirintis selama bertahun-tahun, kini jatuh hanya dalam hitungan jam. Tak ada lagi semangat hidup, sementara dia mau menuntut tidak bisa. Siapa yang mau dituntut atas kasus ini pikirnya. Julaekah pun mengikuti arahan petugas saja, sambil memikirkan strategi yang akan digunakan untuk keluar dari kasus yang menimpanya ini.

===

Hari pertama di penjara dilaluinya dengan penuh penderitaan. Tidak pernah sekalipun Julaekah merasakan hidup di lingkungan seperti di panjara ini. Praktis dalam seharian dia tidak punya nafsu makan. Paling sekali-kali dia hanya minum air untuk membasahi kerongkongannya agar tidak mengering. Dia pun tak bisa tidur, udara panas, nyamuk membikin dia tersiksa. Biasanya dia tidur di kamar yang bersih, ber AC tanpa ada seekor nyamuk pun yang masuk. Kondisi ini benar-benar membuatnya tidak tahan, ingin segera bebas.

Keesokan hari, barulah keluarga diijinkan untuk menemuinya. Setelah melewati pintu penjagaan dan melapor, dua orang keluarga diberikan kesempatan untuk menemui sesaat. Suami dan anak tertua, Josse menemuinya. Sementara anggota keluarga lain, istri Josse serta anaknya harus menunggu di ruang tunggu. Saat keduanya sampai di ruang besuk, Julaekah pun menangis sejadi-jadinya. Sambil menangis dia pun berkata: “Kalian harus mengeluarkan saya dari tempat ini secepat-cepatnya”. Pintanya “Kalian harus cari pengusaha, ee.. ee.. pengacara untuk menyelesaikan kasus ini. Enak saja, kamu di rumah, leha-leha, sementara saya digigit nyamuk, panas, nggak kolu mangan (mau makan)”. Hardik Julaekah kepada keluarga yang membesuknya. “Saya bekerja ini juga untuk kalian, masak saya yang harus menderita sendiri. Ayo cepat keluarkan saya”. Tukas Julaekah. Pendek kata, kesempatan bertemu dengan keluarga dicurahkan semua isi hatinya, agar mereka segera bertindak menyelesaikan kasus yang menimpanya.

Suaminya, Pardian, pun berusaha menenangkannya. “Saya pasti akan mengeluarkan Mama. Saya kan juga kangen sama Mama. Bersabarlah Ma, kita masih menghubungi pengacara”. Saya sedang meminta pengacara mempelajari kasus ini, untuk melakukan penangguhan penahanan.” Hibur suami Julaekah yang seorang penguasaha, kepada istri tercintanya.

Sementara Josse, anak tertua yang bekerja di instansi penegakkan hukum, mengatakan: “Mama tenang dulu, sabar, saya pasti akan selesaikan urusan ini”. “Saya dan Papa sudah berbicara dengan penggacara untuk menyelesaikan kasus ini”. “Kami berkunjung untuk memastikan kondisi Mama di sini seperti apa”. “Saya akan minta kepada petugas agar Mama diberikan tempat khusus, agar bisa nyaman sambil menunggu proses pemeriksaan perkara ini”. “Kamu ini orang hukum, masak tidak bisa mengeluarkan saya dari sini”. “Tega sekali kamu sama Mama yang telah membesarkan kamu”. Umpat Julaekah yang merasa kesal dengan anak tertuanya.

Waktu pun harus memisahkan mereka, meski masih banyak hal yang harus disampaikan, terpaksa mereka mencukupkan kunjungan pertama ini. Dengan berat hati dan sedih mereka harus berpisah. Sementara Julaekah, harus kembali ke kamar, Josse langsung menghubungi pengacara. “Selamat siang Pak Fredy, barusan saya besuk Mama, ada hal-hal yang perlu kita diskusikan untuk kasus Mama saya. Kapan kita bisa bertemu?. Pinta Josse. “Siap Pak Joss, kebetulan malam ini saya masih belum terjadwal agenda, bagaimana kalau nanti malam saya ke rumah Bapak”. “Ok” jawab Joss menyanggupi.

===

Tepat pukul 20.00 mereka bertemu di sebuah rumah kawasan elit Jakarta Utara. Setelah saling bertegur sapa, mereka langsung membicarakan kasus yang sedang menimpa Julaekah. “Begini Pak Fredy”, Joss mengawali pembicaraan. “Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, Mama Saya lagi kena OTT, Saya minta Pak Fredy menyelesaikan kasus ini untuk melakukan penangguhan penahanan atas kasus Mama, Saya akan bayar biayanya”. Kata Joss dengan penuh semangat. “Ada orang yang sengaja menjebak Mama dalam kasus ini. Saya tidak bisa terima”. Tambah Joss meyakinkan. “Siap Pak Joss! Kita akan selesaikan secara adat” Jawab Fredy menyanggupi.

Setelah mendiskusikan panjang kasus ini, mereka sepekat untuk menggunakan Pak Fredy sebagai pengacara Mama Joss, dalam proses persidangan dan meminta melakukan penangguhan penahanan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post