TANPAMU ( Pergilah Sayang…Gapailah Impianmu…Biarlah Aku di Sini..)
Tantangan Menulis Gurusiana hari ke- 1
Tepatnya dua belas tahun yang lalu..
Sebuah pengalaman…
Ya, sebuah pengalaman yang paling berharga dalam hidupku. Air mataku menetes ketika mengenangnya kembali. Betapa berat perjuangan yang kurasakan ketika itu meniti hari demi hari tanpa dirimu.
Tiba-tiba pada saat itu aku mendengar berita dari mulutmu. Kulihat matamu berbinar-binar ketika menceritakan bahwa dirimu lulus dalam seleksi beasiswa penuh untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi bergengsi di Jakarta. Ya, suatu hal yang telah kamu impikan sejak lama. Bisa mendapatkan peringkat kedua dari dua puluh lima orang yang diusulkan oleh beberapa instansi pemerintah di seluruh Indonesia, itu sudah sangat luar biasa menurutku. Bangga sekaligus salut aku kepadamu.
Jauh di dasar hatiku sebenarnya ada rasa kekhawatiran dan ketakutan dalam diriku. Apakah aku sanggung berpisah dengan dirimu?. Apakah aku sanggup engkau tinggalkan?.
Sementara, waktu itu aku sedang hamil buah hati kita yang ketiga. Apakah aku bisa menjaga dua orang buah hati kita yang masih kecil-kecil tanpa dirimu?. Tapi semua rasa itu kutepiskan. “Demi kau dan si buah hati”. Terngiang-ngiang bunyi syair lagu lawas di telingaku.
Singkat cerita, dengan mengucap Bismillah ku lepas dirimu untuk berangkat menggapai cita-cita ke negeri seberang. Semua kuserahkan kepadaNya. Semoga engkau selamat dalam perjalanan dan dapat menggapai semua impianmu.
Dalam hati ku berdo’a semoga akupun sanggup melalui semua ini. Buat sementara waktu biarlah aku menunggu kedatanganmu di kampung halamnku. Kan kunanti kehadiran dirimu di sana dengan membawa segala impianmu nantinya.
Usia kehamilanku sudah genap sembilan bulan. Itu artinya tinggal menunggu hitungan hari saja aku akan melahirkan anak kita yang ketiga. Tetapi takdirku berkata lain. Hari-hari yang ditunggu itupun belum juga kunjung tiba. Ketika kuperiksakan ke dokter, katanya kehamilanku tidak bermasalah. Ada kalanya ada beberapa kasus kehamilan yang berlangsung lebih lama melebihi batas normal, bahkan ada yang sampai dua belas bulan. Keterangan dokter ini membuat ku sedikit lebih tenang dan tidak merasa khawatir sedikit pun.
Anak kita yang kedua demam tinggi dan harus dirawat di rumah sakit. Tak terbayangkan sebelumnya olehku, dalam keadaan hamil tua aku harus tidur di rumah sakit untuk menemani buah hati kita yang tergeletak lemas tak berdaya. Di tangannya dipasangi infus dan di hidungnya dipasangi oksigen. Ku hanya bisa pasrah pada Yang Kuasa dan berdoa agar anak kita bisa pulih kembali.
Dari seberang sana kudengar suaramu melalui telepon genggamku. Aku menceritakan bahwa anak kita akan segera pulih. Aku menguatkan hatimu pada waktu itu.
Ada perasaan khawatir dalam diriku jika nanti kuceritakan yang sebenarnya kepadamu, kuliahmu akan terganggu. Biarlah semua ini kujalani dengan hati yang tabah. Apalagi masih ada saudara-saudaraku yang menemaniku di saat-saat sulit seperti itu.
“Apakah yang terjadi?, Bagaimana kelanjutannya?, Tunggu episode berikutnya, ya?”.
Husna Herawati, S.Pd (Guru MIN 3 Padang)
#Tantanganmenulisgurusianake-1-17Februari2020#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar