Husni Mubarrok

Alhamdulillah, sudah 12 buku solo diterbitkan. Ia mulai tertarik di dunia literasi di akhir tahun 2016. Ketika guru dan siswa saling bercermin (Quanta) adalah k...

Selengkapnya
Navigasi Web

BERHATI-HATILAH, JANGAN GEGABAH Tantangan hari ke-69

BERHATI-HATILAH, JANGAN GEGABAH

Tantangan hari ke-69

Husni Mubarrok

Saat itu sedang berlangsung ujian tengah semester di salah satu ruang kelas, terlihat dari jauh anak-anak sedang sibuk mengerjakan soal dengan ekspresi berjuta warna. Ada yang dengan tenangnya mengerjakan, terlihat sangat khusuk seperti sedang sholat, ada pula yang gelisah, berkali-kali mengusap keningnya sambil menarik nafas panjang, ada juga yang wajahnya mutar-muter, toleh sana toleh sini"curi-curi" jawaban. Hehe..Pokoknya beraneka rupa raut muka anak-anak itu saat sedang mengerjakan soal, persis seperti permen nano-nano.

Meski waktu mengerjakan baru berjalan 30 menit, namun tetap saja ada beberapa siswa yang hampir mau selesai dan sudah tak sabar ingin mengumpulkan lembar jawabannya. Kepada mereka, ibu pengawas ruang ujian itu berkata "anak-anak tak perlu panik, jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan, waktunya masih lama kok, tenang kerjakan saja dengan hati-hati supaya hasilnya bagus, oke" "ibu tidak melarang kamu mengumpulkan, yang ibu khawatirkan nilaimu jelek karena mengerjakannya tergesa-gesa" lanjutnya menasehati dengan penuh semangat.

Lima menit berselang, seorang siswa nampak tak tahan berlama-lama mengerjakan, bergegas ia langsung ke depan kelas sembari mengumpulkan lembar jawaban kepada ibu pengawas tadi. Karena sudah dinasehati berkali-kali agar tak terburu-buru dalam mengerjakan, akhirnya ibu pengawas pun membiarkan ia meninggalkan ruang kelas, "semoga nilaimu bagus nak, meski kamu tergesa-gesa dalam mengerjakan" pintanya dalam hati.

Disudut bangku yang lain. Nampak seorang siswa yang sedang khusuk menatap soal, terlihat ia begitu menikmati, tatapan wajahnya yang teduh, tak mengambarkan ia sedang panik apalagi tergesa-gesa meski hampir sebagian besar temannya meninggalkan ruang kelas karena sudah selesai mengerjakan. Tak tampak sedikitpun kegelisaan dan kepanikan justru ia semakin tenang dan enjoy menumpakkan segala ide jawaban pada soal-soal itu. Beberapa menit kemudian, terdengar bel berbunyi, bertanda waktu ujian telah selesai dan sosok siswa yang tenang tadi pun bergegas mengumpulkan lembar jawabannya dengan tetap santun terbalut senyuman.

Satu minggu berlalu dan tibalah nilai ujian diumumkan. Saat nilai disajikan, sang gurupun bertutup kepada para siswanya dalam kelas. "Selamat ya...untuk Budi, ibu bangga padamu, nilaimu sempurna paling tinggi diantara yang lain."

Perlu diketahui, Budi adalah sosok siswa yang selalu tenang saat mengerjakan ujian. Ia sangat hati-hati, tak ceroboh apalagi gegabah. Terlihat betul ketenangannya. Waktu ujian dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Meski sudah selesai, ia tetap mengecek kembali dengan teliti. Berhati-hati dalam mengerjakan sembari mengunakan waktu yang tersedia seoptimal mungkin adalah salah satu prinsipnya yang pada akhirnya memberikan hasil yang manis, iya hasil yang membanggakan karena nilainya sempurna.

Sikap hati-hati, tidak gegabah dan tidak ceroboh seharusnya menjadi salah satu sikap dan kebiasaan baik yang semestinya tertanam dalam diri. Dalam melakukan aktivitas apapun, tak perlu ceroboh dan gegabah. Berhati-hati itu penting. Setidak-tidaknya, kita mengajak hati dan pikiran untuk berdiskusi terlebih dulu. Saling mengisi dan memahami antar keduanya hingga pada akhirnya sepakat menyatukan langkah berupa tindakan yang setidaknya cukup "matang" untuk dilakukan.

Sahabat, Sikap tergesa-gesa dengan target cepat selesai, yang terkadang dilakukan secara "instan" bukanlah mengambarkan kesemangatan ataupun kegigihan. Justru ini mengambarkan satu sikap ketidaksabaran, menyulut perilaku salah kaprah dan tergolong akhlak tercela.

Ibnul Qayyim pernah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh bahwa tergesa-gesa adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba waktunya yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu itu, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu panennya.

Syariat Islam sesungguhnya telah mencela sifat ini dan melarang pemeluknya untuk memiliki sifat tersebut, sebagaimana Islam juga mencela dan memperingatkan kita dari sifat malas dan berlambat-lambat dalam sesuatu.

Dalam Surat Al Qiyamah: 16-19 Allah berfirman,"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya." Dalam ayat lain Allah berfirman,"Dan manusia berdo'a untuk kejahatan sebagaimana ia berdo'a untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa." (QS.Al Isra': 11).

Karenanya, berhati-hatilah dalam berucap dan berbuat, tak perlu gegabah apalagi ceroboh. Tetap tenang dan sabar, sembari menikmati setiap proses dari apa yang sedang kita lakukan. Istilahnya "Biar lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar" atau istilah jawanya "alon-alon asal kelakon" Jadi, sekarang terserah kita!. Mau pilih yang mana?, berhati-hati atau sebaliknya tergesa-gesa.

Tantangan hari ke-69

#Tantangan MediaGuru

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Koq tidak libur ustadz? Khan waktunya belajarDi rumah

23 Mar
Balas



search

New Post