Fiuh!!! Akhirnya sampai juga di kota Cirebon! Serasa mimpi saya bisa duduk di ruang Patran Cordela Hotel Cirebon. Duduk di tengah-tengah para pejuang literasi yang wajah-wajahnya memancarkan berjuta semangat. Uh, wajahku sendiri bagaimana ya? Kuambil gawai di hadapanku. Alhamdulillaah, semangat juga terpancar dari sana! Semangat ’45 untuk mengikuti pelatihan Sagusabu ini. Dibalik itu, tak kupungkiri, guratan rasa lelah menggores ke sana ke mari di sana. Perjalanan dari kotaku, kota nanas Subang ke kota udang ini sebenarnya singkat saja. Perjalanan darat melalui jalur tol yang kutempuh dengan 1,5 jam saja. Perjalanan yang ringan. Lha, terus mengapa sang lelah menggoreskan begitu banyak garis di wajahku? Hmm, baiklah saya katakan bahwa menghadiri pelatihan dengan membawa bayi tanpa ditemani the nanny bukanlah hal sepele. Terlebih, saya adalah seorang astheneia sufferer!

Hahaha...! Jenis bunga macam apakah itu, ya? Astheneia. Nama yang cantik menurutku, tetapi sungguh dirinya itu tak secantik namanya. Bisa dibilang dia adalah sosok yang kejam! Seorang penderita astheneia akan bisa merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga bahkan pada saat ia diam! Rasa lelah yang tak berlatar aktifitas fisik tersebut bisa sangat betah dan bertahan berhari-hari, lho! Ya, susah hilang!

Sulit ya hidup jadi seorang astheneia sufferer? Heu, kalau dikatakan sulit ya sulit. Jikalau dikatakan mudah ya mudah! Yups, semuanya memang kembali lagi pada diri si penderita. Apakah dia mau menikmati kelainan tersebut, ikhlas menerimanya, berusaha bertahan, hingga akhirnya keluar dari zona si asthenia ataukah sebaliknya. Saya ingat satu kutipan yang entah siapa penulisnya, saya lupa. Kurang lebih kutipan itu berbunyi seperti berikut. “There is no something to solve, there is something to know.”

Ya, seorang penderita asthenia harus tahu hal-hal apa saja yang bisa mengundang “si cantik kejam” kembali datang bertandang. Pertama, hal yang utama yang harus selalu terkontrol adalah pikiran! Berusahalah untuk tetap tenang dan nyaman. Bagiku ini adalah kesempatan dari Allah untuk terus memperluas zona nyaman. Take a deep breathe, keep calm, and enjoy your moments!

Ke dua, percaya diri. Yups, percayalah kepada kekuatan diri kita sendiri! Kelelahan dan rasa lemas ini sesungguhnya semu belaka! Rasakanlah perbedaan rasa lemas itu. Apakah ia sebuah rasa lemas yang menyenangkan, seperti rasa lemas saat kita mendaki gunung atau jogging? Ataukah ia sebuah rasa lemas yang menyebalkan, datang begitu saja tanpa sebab yang jelas?

Ke tiga, tetaplah fokus! Jika ada banyak hal yang harus kita pikirkan, kita lakukan, kita pertanggungjawabkan, buatlah to do list sebagai acuan kita. Hal ini akan cukup membantu kita untuk fokus pada satu hal terlebih dahulu tanpa terlalu direcoki oleh riuhnya pikiran-pikiran lain yang memancing bertandangnya si asthenia.

Pada akhirnya, semua ini akan membawa kita untuk selalu ikhlas menerima segala hal yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Membuat kita selalu mensyukuri apapun yang ada dan terjadi dalam hidup ini. Seperti kata d’Masiv, “Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik.” Semangat!

Cordela Hotel Cirebon, 9 Oktober 2017

*Penulis adalah peserta pelatihan Sagusabu Kelas Cirebon