Ibnu Rusdi Handono

Lahir di desa Pajaran, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1969. Lulus SDN Genengwaru Rembang th 1981, SMPN 1 Gondang Wetan P...

Selengkapnya
Navigasi Web

CEMAR DI SARUNG SANTRI

Hari yang cerah. Angin semilir, mengalir di sela-sela reranting pokok beringin nan rimbun. Matahari berbinar, pendar menghangatkan suasana di waktu duha. Bayang pokok beringin di halaman lapang berdebu bagai raksasa pulas. Beberapa anak dengan riang melewati halaman sekolah menuju mushala, tempat ternyaman dalam lindung rindang si perkasa. Saya betah berlama-lama di terasnya, melepas lelah saat gerah dan membaca menelisik berita.

Sekarang saat giliran siswa kelas tujuh. Para santri belia itu berdatangan , ceria dan gembira. Mereka berceloteh riuh bercanda,langkah mereka menebarkan debu searah semilir angin. Waktu untuk shalat duha. Inilah kegiatan rutin anak-anak di waktu istirahat, mereka bergilir perkelas melakukan shalat duha berjamaah.

Saya lipat koran pagi, bergegas menuju kran air berjajar. Saya bersama mereka, berbaur antri wudlu berkecipak air jernih, merasakan segar berkah tiada tara. Barakallaahu. Saya masuk barisan depan, melepas ‘beban’. Allaahuakbar. Alhamdulillaah.

Saya sedang mengamati gambar di bawah headline “Kedung Larangan Jadi Lautan Popok” yang menohok indra pangrasa. Selanjutnya, saya hanyut dalam arus tanpa suara. Tia-tiba seorang sahabat duduk di samping saya.

“Ada berita menarik, Pak?” Suaranya datar, lirih tertelan riuh suara anak-anak bersicepat mengambil sepatu.

Saya sodorkan Jawa Pos. Radar Bromo memberitakan pencemaran air sungai oleh sampah. Popok bayi mengapung memenuhi hampir separuh badan sungai.

“Itu pampers bayi, banyak sekali.” Sergahnya bernada heran.

“ Ya, Kedung Larangan penuh popok bayi.” Saya menangkap ekspresi ganjil, wajah yang biasa tampak damai itu sedikit memerah dengan dahi berkerut.

Pantas saja teman saya ini terusik. Kedung Larangan itu ibarat urat nadi kota kelahirannya, Bangil kota santri peraih adipura. Pak Adi, guru muda yang santun dan sabar, serius memandang gambar menelusur berita. Matanya naik turun memungut setiap kata, jemarinya mengetuk-ngetuk tanpa irama.

“Andai bisa memungut cemar itu.” Gumamnya. Saya menangkap bersit galau di matanya. Ia peduli kebersihan, seperti kebiasaannya sabar mengambil sampah tercecer di halaman sekolah. Saya pun terimbas galaunya.

“Heran. Kok bisa-bisanya mereka begitu.” Gerutunya, sesali perilaku pencemar di hulu.

“Pernah, saya tertegun ketika melihat suami istri, berseragam dinas dan seorang anaknya berseragam SD berbonceng motor, tanpa sungkan melempar sekresek besar sampah ke sungai.” Pak Adi geleng-geleng. Batinnya keluh, penat akalnya.

“Ayo, bersarung bersih-bersih sungai.” Goda saya. Pak Adi tersenyum kecut, memendam rasa. Pegiat bersarung ini pun tercenung.

Pak Adi, pendukung pemangku kebijakan kabupaten Pasuruan yang getol tebar program ala santri. Ia sering terlibat aksi-aksi bersarung. Bersarung identik dengan santri? Cukup banyak aksi-aksi dengan tema santri bersarung . Gelar Upacara Bendera Bersarung, Jalan Bersama Bersarung, Bersepeda Bersarung, semua serba bersarung andai bisa.

Sayup terdengar lantunan hip hop dangdut, lagu ‘Jaran Goyang’ seakan menjadi sajian wajib dalam hingar bingar perhelatan mantu orang-orang di kampung. Lirik lagu dan irama yang akrab di telinga, jaran goyang… jaran goyang.., semar mesem… semar mesem….

Alunan lagu itu membawa saya menggalih, melompat-lompat menelusur relung emosi.Tiba-tiba, sosok lain berkelebat dalam pikiran. Sosok santri sesungguhnya, alumni madrasah pesantren beken. Seorang pemuda sederhana, usia belum genap kepala tiga. Pemuda sabar, terlahir dan dibesarkan dalam keluarga penyabar. Pemuda berperawakan sedang, muka tirus, agak kurus. Perkataanya jarang, bahkan senyumnya enggan terkesan sungkan. Tetapi, ia memiliki jiwa besar. Tetangga sebelah yang ramah dan peduli lingkungan.

Suadi, bapak satu anak balita yang bekerja sebagai PTT di SD Negeri di kampung kami. Para tetangga menjulukinya sebagai si pemungut popok. Pagi-pagi sekali ketika gelap masih menelungkup, Suadi sudah menelusur tepi sungai kecil samping rumah berteman tongkat dan karung bekas wadah pupuk. Sabar dan telaten ia jimpit cemar sungai; pampers bayi, bungkus deterjen, botol dan kaleng, bangkai binatang, pakaian usang, bahkan tampon perempuan. Barang-barang bekas menjijikkan untuk sebagian besar orang. Ia masukkan barang-barang itu dalam karung dan membawa mereka ke penampungan, di pekarangan belakang rumah. Barang-barang yang dapat didaur ulang disisihkan untuk dijual, itupun tidak seberapa. Pampers dan tampon sampah dominan, dikubur dalam liang-liang yang sudah disiapkan sebelumnya.

“Untuk apa kamu lakukan ini?” Suatu saat bibinya, seorang guru PAUD-TK, menegur protektif. Ia merasa heran keponakannya melakukan hal yang menurutnya tidak ekonomis, kontra produktif.

“Air sungai kotor, kasihan mereka yang butuh.” Suaranya datar, sesungging senyumnya memantik empati.

Sang bibi tidak mampu berkata-kata, geleng-geleng lalu pergi. Suadi melanjutkan aktivitas pagi, mengubur cemar sampah peradaban industri.

Cerita aktivitas pagi Suadi menjadi buah bibir tetangga kanan kiri sepanjang aliran sungai.Ibu-ibu yang biasa mencuci, petani-petani dan para ulu-ulu (petugas irigasi sawah) menghatur apresiasi. Ibu-ibu ketika mencuci tidak jengah oleh sampah. Para petani berterima kasih lahannya bersih. Para ulu-ulu tak perlu pikir-pikir merogoh saluran air ngendon tersumbat tampon. Air bersih mengalir…, masih jauh.

“Bel masuk, pak.” Ajak Pak Adi. Saya tergagap hingga lupa menjawab. Kami beranjak menuju ruang kelas merajut komunitas bernas, menabur asa bersama anak bangsa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post