Ibrahim Guntur Nuary

Peraih Penghargaan Golden Generation 2017 dan Wisudawan Berprestasi 2018 yang diselenggarakan oleh IAIN Syekh Nurjati Cirebon, kolumnis diberbagai media massa, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menengok Masa Lalu Denganmu
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fblue.kumparan.com%2Fimage%2Fupload%2Ffl_progressive%2Cfl_lossy%2Cc_fill%2Cq_auto%3Abest%2Cw_640%2Fv1552513112%2Fvtiwl4n9sgqnesdmnyp0.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Flifehack%2F7-cara-berdamai-dengan-masa-lalu-dan-memulai-hidup-yang-lebih-bahagia-1552512883954183235&docid=Ti_q0weKMzyRSM&tbnid=5A5uNr7BI2kWkM%3A&vet=10ahUKEwiu-6jW8J_lAhVSfX0KHRJcBsYQMwiOASgyMDI..i&w=640&h=427&safe=strict&bih=654&biw=1366&q=Masa%20lalu&ved=0ahUKEwiu-6jW8J_lAhVSfX0KHRJcBsYQMwiOASgyMDI&iact=mrc&uact=8

Menengok Masa Lalu Denganmu

Udah gak usah hubungin aku lagi, bye

“Jangan gitu dong, kan kamu yang mintaku cerita. haloo.....haloo.....” sambungan telpon diputusnya

Seperti malam-malam sebelumnya, April menunjukkan sikap egoisnya. Namanya juga perempuan yang beranjak menjadi wanita, kadang dewasa pada umumnya, kadang seperti anak-anak yang selalu manja, dan kadang juga sikapnya yang membuatku malas dengannya. Aku mencoba memaklumi karena masa peralihan dari perempuan ABG ke dewasa. Ketika aku salah bicara seperti malam ini, selalu sama yang dilakukannya, mematikan telponnya dan juga menonaktifkan telponnya supaya aku tidak bisa menghubunginya. Padahal aku tidak tahu apa yang salah dari ceritaku. Yah, kalau sudah seperti ini dapat kupastikan, ia sekarang dalam mode anak-anak. Aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam supaya tidak terpancing emosi, bisa bahaya jika terpancing emosi, akan terjadi perang dunia ketiga. Hehehe

Selama menjalin asmara dengannya selama kurang lebih hampir satu tahun, aku sudah kenal betul apapun yang dilakukannya. Sebagai pria dewasa, tentunya harus banyak mengambil sikap yang baik dan bijaksana, supaya hubungan kami tidak rusak begitu saja. Kalo kata Mario Teguhnya “Pria itu layaknya batu besar hitam, yang diatasnya ada wanita kecil menari-nari dengan asyiknya” kurang lebih seperti itu pernyataan beliau. Bukan berarti harga diri pria diinjak-injak oleh wanita, tapi ini adalah salah satu cara untuk menghargai dan membahagiakan wanita. Sama seperti yang kulakukan, hanya diam jika ia mulai ngambek dan bersikap seperti keanak-anakan.

Hal yang membuat dia menjadi ngambek malam ini, ketika aku harus menceritakan pengalamanku dengan wanita sebelumnya. Tentu hal ini membuatku merasa tidak suka karena aku harus mengingat jauh ke masa lalu yang tidak menyenangkan. Dan mungkin penyebab masalah yang timbul di masa lalu dengan wanitaku yang terdahulu memang hampir seratus persen salahku. April memintaku untuk menceritakannya secara detil dan aku memintanya untuk bersikap biasa saja dan jangan sampai marah kepadaku. Namun semuanya diluar dugaan, benar saja, ini seperti jebakan batman yang terkena adalah batmannya sendiri.

Mulanya aku bercerita tentang hubunganku dengan Tamara yang kandas pada tahun lalu, kami berdua sudah cukup lama berstatus pacaran sekitar kurang lebih dua tahun. Sebenarnya sih hanya masalah sepele, aku yang mulai bosan terhadapnya karena beberapa hal. Meski harus ku akui bahwa ia adalah wanita yang baik dan keluarganya pun sangat menerimaku dan baik sekali. Hampir jika mampir kerumahnya, selalu dimasakkan oleh mamahnya. Masakan mamahnya selalu enak dan lezat untuk disantap. Aku bisa katakan masakan mamahnya sama seperti restoran ternama dan makanan yang berada di hotel bintang lima.

“Mamah kamu kalo masak pake borak yah, enak bener sih?” candaku sambil mengunyah

“Enak aja, mamahku masak pake cinta, makanya enak” jawabnya mencubit pipiku

“Iyah iyah yang masakan mamahnya enak” sambil memasukan sesuap sop ayam ke mulutku

Aku mengingat kembali masakan mamahnya Tamara, sungguh nikmat sekali dan aku kangen sekali dengan masakannya. Ingin sekali mampir kerumahnya jika ada waktu, tapi aku tidak tahu yang dilakukan Tamara sekarang, apakah ia sudah menikah ataupun masih meratapi keputusanku untuk meninggalkannya selamanya. April yang dari tadi mendengarkan ceritaku hanya diam saja dan sesekali berucap “Hmmm”, mungkin ini suatu kode yang tidak menyenangkan bagiku. Tidak ada respon sama sekali yang terucap dari bibir manisnya. Apakah aku keterlaluan menceritakan masa laluku, ataupun dia yang lebay tidak bisa menerima cerita masa laluku.

Kamu kok diem aja sih aku cerita” tanyaku penasaran

Terus aku harus respond apa, cerita mah cerita aja” jawabnya ketus

Iya dech, aku cerita lagi nih” jawabku dengan penuh canda

Hmmm” jawabnya singkat

Baru beberapa menit cerita, responnya sudah tidak mengenakan, apa boleh buat, memang ini cerita yang tidak mengada-ngada. Pure cerita asli yang masih tersisa dalam ingatanku, memang sulit bagiku untuk melepaskan dan membuat setiap ingatan yang sudah terekam jelas hilang dari ingatanku, mungkin butuh waktu. Bercerita masa lalu yang sebenarnya tidak kuinginkan, karena menyetel kembali kaset dalam pikiranku yang belum usang. Sepertinya malam ini akan menjadi malam drama bagi April, yang sudah mulai menunjukkan ketidaksukaan ceritaku. Dengan kuat hati, aku mulai bercerita kembali mengenai masa laluku dengan Tamara.

Kami berdua sama-sama menggemari cokelat, hampir setiap minggu setelah pulang kuliah, kami dengan sengaja mampir ke toko es krim yang jaraknya tidak jauh dari kampus. Membeli es krim cokelat dengan butiran chocochips diatasnya, tidak jauh juga dari tempat kami membeli es krim, ada tempat tongkrongan mahasiswa yang kami singgahi untuk menyantap es krim ini. Tempat duduk favorit kami diujung dekat dengan pemandangan alam yang terbingkai rapi menjadi sebuah lukisan. Sering kali kami berfoto bersama dengan latar belakang pemandangan tersebut. Dan hasil foto kami berdua kucetak dan kusimpan rapih didompetku.

Aku dan Tamara mencoba untuk berbincang sedikit mengenai masa depan kami, yang ternyata ia mendapat tekanan dari orang tuanya untuk segera menikah secepatnya dengan diriku. Awalnya aku mengiyakan apa yang orangtuanya Tamara inginkan, aku memang sudah sangat sayang sekali dengan dirinya. Namun semakin kesini-sini, aku mulai tidak betah dengan dirinya yang kerap kali berbicara mengenai pernikahan. Pernikahan yang belum terbesit dalam pikiranku, wajar saja, disisi lain aku yang masih kuliah belum mempunyai uang sepeserpun untuk meminangnya. Aku butuh waktu untuk mencapai semuanya. Yang paling utama adalah mendapatkan pekerjaan dan menabung untuk menikah.

Itu semua yang harus segera kulakukan, kadang tidak habis pikir apa yang ada dipikiran mamahnya Tamara. Mungkin mencegah anaknya dari perbuatan dosa, tapi aku tidak sedikitpun berbuat dosa kepadanya. Berpegangan tangan mungkin sudah hal yang lumrah dalam berpacaran, tidak sampai berciuman ataupun berhubangan badan. Walaupun hasrat sudah siap, tapi harus kupikir matang-matang karena banyak sekali hal negatif yang akan terjadi. Maka dari itu, karena ketidaksiapanku untuk menikahinya, aku mulai mundur dan membuat diriku untuk bosan dengannya, mungkin terlihat sangat jahat, namun harus kulakukan demi kebahagiaannya.

Ceritaku dengan Tamara memang tidak sedramatis cerita cinta pada umumnya, bahkan kuanggap biasa saja. April menyimak dengan baik, saking baiknya hingga diam seribu bahasa, yang kuketahui jika ia sudah begini berarti tandanya ngambek dan marah padaku. Aku sedikit tidak memperdulikannya, toh, ia juga yang memintaku untuk bercerita jujur apa adanya. Memang jika cerita itu dibalik dan diarahkan kepadaku, aku juga akan bersikap hal yang sama dengan April, diam seribu bahasa dan cemberut. Hingga pada akhirnya ceritaku ini membuatnya benar-benar marah dan ngambek, sepertinya jika semua wanita mendengar cerita masa lalu prianya dengan wanita yang pernah ia cintai, akan bersikap sama. Ngambek lalu mematikan telponnya.

Benar saja, kebiasaannya pun berlanjut malam ini. Ia dengan sengaja mematikan telponnya lalu menonaktifkan telponnya. Aku membiarkannya berkutat dengan isi kepalanya yang penuh ke egoisan. Besok pagi akan kutemui dan meminta maaf dengan cara yang elegan, disinilah letak hebatnya laki-laki, padahal yang salah adalah wanitanya, namun yang meminta maaf adalah laki-laki. Jika tidak demikian akan selalu perang dingin dan diem-dieman, disisi lain wanita tidak akan meminta maaf sebelum prianya meminta maaf duluan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wanita maha benar (hahaha...)

16 Oct
Balas

Hahaaha.....begitu yahh wanita

16 Oct
Balas

Logika terkikis oleh rasa(hati). Mungkin ada benarnya

26 Nov
Balas



search

New Post