Ibrahim Guntur Nuary

Peraih Penghargaan Golden Generation 2017 dan Wisudawan Berprestasi 2018 yang diselenggarakan oleh IAIN Syekh Nurjati Cirebon, kolumnis diberbagai media massa, ...

Selengkapnya
Navigasi Web

SJM DAN MELI

“Ini musti ganti lahernya mas, kalo diterusin pemakaiannya nanti bisa bahaya” Pak Anto memperlihatkan dan memberikan laher yang sudah mulai rusak kepadaku.

“Owh gitu yah pak, ya udah pak ganti aja, supaya Meli sehat selalu” kataku sambil memberikan laher yang rusak kepada pak Anto

Malam itu selepas isya, Meli sudah mulai tidak enak badan, aku merasakannya. Sudah hampir satu dekade kami bersama. Teriknya panas matahari, hujan lebat yang turun dari perasan awan, jalan berlubang yang tak kunjung diperbaiki, dan juga paku yang tidak sengaja diinjak oleh Meli. Semua itu sudah kami lewati dengan sabar dan ikhlas. Aku menyayanginya lebih dari apapun, ia dengan setia tanpa lelah selalu menemani kemanapun langkah ini melangkah. Tidak ada keluh kesah maupun penolakan darinya. Hal inilah yang membuatku sangat menyayanginya. Malam ini ia tidak enak badan, langsung saja aku bawa dia ke klinik yang tidak jauh dari rumahku.

Pak Anto yang tengah mengurus pasien lainnya melirikku sekelebat dan bertanya keadaan Meli. Dengan helaan nafas ia pun tahu maksudku. Tidak lama menunggu akhirnya Meli bisa dipegang oleh Pak Anto. Dengan lembut ia melucuti apa yang aku suruh, walaupun tidak menggunakan obeng seperti biasanya, tapi dengan gunting, ia mulai membongkar apa yang harusnya dibongkar. Terlihat dalaman Meli yang mulai agak usang dan aku mulai khawatir ketika pak Anto sedang mempreteli satu persatu, serasa percaya tidak percaya Meli diperlakukan demikian. Tapi ini demi kebaikan Meli, aku pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Sambil menunggu Meli yang sedang dipreteli, Pak Anto mulai berbicara banyak hal mengenai Meli dan diriku. Ia sedikit tidak percaya bahwa aku dengan Meli sudah bertahun-tahun lamanya hingga sekarang. Maklum saja, anak Abg lainnya yang seumuran sepertiku pastinya lebih menyukai yang lebih cantik dan bahkan sexy tapi tidak denganku. Aku memilih untuk setia kepada Meli, bukannya tidak ingin mencari yang lain, karena sudah terkumpul banyak memori dengannya dan memori itu yang sangat mahal dan bisa kubilang tidak ternilai harganya dengan yang lain.

“Mas, kenapa gak ganti aja, kok masih mau bertahan?” tanya pak Anto sambil membuka baut oli Meli

“Enggak pak, saya mau sama Meli aja, kenangannya yang gak bisa diganti pak dengan apapun” aku menyaut sambil memperhatikan pak Anto membongkar Meli

“Kalo gak mau ganti, saran saya, perbaiki aja mas, supaya makin sexy” jawabnya serius kepadaku

“Rencana nanti mau saya dandanin pak supaya anggun” sambil mengelus-ngelus body Meli

Ketika pembicaraan kami semakin asyik mengenai Meli, Pak Anto memberitahuku mengenai penyakit yang Meli idap selama ini. Hatiku mencelos mendengarnya dan sudah dari dulu aku merasakan demikian. Tak ada jalan lain untuk memberikan pengobatan yang intensif kepadanya diawal bulan, karena untuk sekarang aku masih kekurangan biaya. Pak Anto memakluminya karena ini hampir dipenghujung akhir bulan, ia tahu bahwa aku seorang pekerja dan setiap awal bulan pasti rekeningku selalu bertambah. Aku berjanji kepada Meli untuk membawanya ke pak Anto di awal bulan supaya sehat kembali.

“Mel yang sabar yah, nanti aku ajak kesini lagi awal bulan yah” mengelus ngelus kepala Meli

Pak Anto hanya tersenyum melihatku mengelus-elus Meli dengan penuh kelembutan. Dengan sangat detail pak Anto mulai menyelesaikan pekerjannya. Mulai dari menggantikan cairan hitam Meli hingga memperlancar jalannya. Aku senang Meli semakin pulih walaupun tidak maksimal, karena nanti akan kubawa ia ke klinik ini lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setidaknya Meli mulai memancarkan senyum dan pesonanya kepadaku lagi. Pembicaraan kami mengenai Meli tidak berhenti, sampai-sampai hampir tengah malam menyapa kami.

“Gimana mas, nanti jangan lupa bawa Meli ke saya lagi yah” pintanya kepadaku

“Siap pak, supaya Meli sehat lagi, gak tega saya liatnya” jawabku sambil menyentuh Meli

Ketika aku dan Meli hendak pulang, Meli kembali ngedrop dan akhirnya disentuh kembali oleh pak Anto. Aku bingung kenapa lagi dengan Meli, padahal pak Anto sudah melakukan hal yang terbaik dan semaksimal mungkin serta menyatakan Meli sehat. Mungkin ada suatu penyakit yang masih hinggap dibadan Meli. Betul saja, tali Meli terputus dan sendinya minta diganti. Ada-ada saja penyakit Meli, aku tidak mengerti kenapa harus terjadi kepada dirinya. Jika rasa sakit bisa dipindah, aku saja yang merasakannya. Pak Anto kembali melucuti Meli dan aku hanya bisa memandanginya sambil sesekali melihat pak Anto memainkan perannya. Beberapa kali aku menanyakan keadaan Meli dan pak Anto dengan tenang menjawab bahwa Meli baik-baik saja.

“Pak, Meli kenapa lagi, ada yang salah” tanyaku penasaran dengan raut wajah khawatir

“Tenang aja, gak ada yang salah, harus ada yang diganti, jangan khawatir yah” pak Anto menjawab lembut menenangkan hatiku

“Iyah pak, yang penting Meli sembuh” jawabku percaya kepada pak Anto

Meli terlihat seperti tertidur dengan nyenyak karena biusan oleh pak Anto, aku menunggu lagi pak Anto yang sedang mengobati Meli. Seperti biasa, ia mulai nyerocos bagaimana cara merawat Meli dengan baik, aku yang kurang paham, memperhatikan dengan seksama penjelasan dari pak Anto. Jika masuk SKS perkuliahan, penjelasan pak Anto ketika mulai dari awal hingga sekarang, kalau dihitung-hitung setara dua SKS. Sudah seperti layaknya dosen yang sangat ahli dibidangnya.

“Jadi gini mas, Meli harus dibawa kesini setiap bulan yah untuk peremajaan, supaya Meli enak selalu dipakenya” pak Anto menjelaskan sambil mencari sesuatu di tool boxnya.

“Iyah pak siap, sebenarnya saya udah bawa Meli setiap bulan ke klinik lain tapi hasilnya malah makin parah” jawabku sambil mengerenyutkan dahi

“Lain kali bawa kesini aja yah mas, supaya Meli ditangani oleh satu orang aja, supaya gak kadung” saut pak Anto yang masih mengobok-obok tool boxnya.

“Owh iyah pak, nama klinik bapak apa yah, saya lupa” tanyaku sambil mencari nama klinik disekitarku

“Itu mas namanya, nengok aja keatas” pak Anto menunjuk kearah atas

Lalu kudapati tulisan “SJM Bengkel Motor”, aku bertanya-tanya mengenai singkatan SJM dikepalaku tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Karena aku masih was-was dengan keadaan Meli, semoga dengan sentuhan pak Anto, Meli dapat sembuh kembali dan penyakitnya tidak kambuh. Ada sedikit sentuhan yang cukup keras kepada Meli, pukulan menggunakan palu hingga menimbulkan suara yang keras membuatku seakan tidak percaya apa yang dilakukan pak Anto kepada Meli. Aku ingin marah kepada pak Anto tapi tidak mungkin karena ia ahli dalam bidang ini dan aku hanya tahu beberapa. Aku hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Meli. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Meli tersadar, hatiku kembali ceria, dan kami berdua pun pulang. Meli sehat kembali walaupun belum maksimal, aku dan Meli pamit kepada pak Anto dan berlalu. Belum beberapa meter kami berlalu, teriakan pak Anto membuat telingaku penging, ia meneriakan untuk rutin membawa Meli kesini. “Jangan lupa bawa Meli kesini setiap bulan yahh” teriak pak Anto

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post