Penampilan yang bersahaja, gaya casual anak muda era mileneal. Berbalut kemeja kotak-kotak dipadukan celana jean lengkap dengan sepatu ketnya. Ditambah gaya bicara yang ceplas ceplos dari salah satu peserta pelatihan kelas editor buku media guru Jabar 2. ” Menulis itu seperti kita kebelet ke toilet ,semakin kita tahan semakin kita merasa tidak nyaman “begitu katanya. Sosok laki-laki bertubuh atletis, berambut lurus yang kesehariannya bekerja sebagai widyaiswara ahli madya di Lembaga Penjamin Mutu pendidikan Jabar. Lelaki kelahiran Bandung ,empat puluh tahun silam ini memulai kariernya sebagai guru SMP di tanah Pasundan sela-sela tugasnya dia juga sebagai ketua komunitas penggiat literasi Jabar.

Dia,mulai berkecipung di dunia menulis sejak menjadi staf di LPMP, tepatnya 2014 dia sering membaca opini maupun artiikel di media masa. Sejak itu, tumbuhlah niatnya untuk menulis.Bermula dari menulis artikel di media masa hingga saat ini ada sekitar 800 artikel dan 43 buku yang sudah dia tuliskan .

Pemilik nama lengkap Idris afandi, yang biasa disapa “Idris” mengatakan “ ide menulis bisa didapatkan dimana saja dan kapan saja . Resep dia untuk cari mod yang bisa kita ciptakan menjadi sebuah ide. Karena ide adalah harta intelektual yang sangat berharga , begitu katanya . Bagaimana kita cari ide, dia menambhakan “ ide datang dari berbagai sumber”. Apa yang kita alami, apa yang kita temui dan apa yang kita impikan. Semisal kita sedang berjalan-jalan, di jalan kita temui sederetan spanduk kampanye, akhirnya muncullah ide atau gagasan “Kampanye dan Eksploitasi Pohon” . Disitu kita liat pohon-pohon ditancapi paku. Satu obyek bisa menjadi banyak tulisan

Pembaca adalah hakim bagi tulisan kita ,begitu katanya . Idris ,sangat menginspirasi kami para penulis pemula. Terima kasih inspirasi dan motivasinya .