Icha Hariani Susanti

Icha adalah alumni Unesa yang sekarang menjadi guru bahasa Inggris di SMPN 4 Bojonegoro. Sebelumnya, selama belasan tahun dia pernah mrngabdi di SMPN 2 Kedungad...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kumis oh Kumis

Kumis oh Kumis

Aku mematut-matut diri di depan cermin. Tanpa sadar, aku tersenyum sendiri. Aku puas dengan penampilanku kali ini. Bayangan di cermin itu...oh tidak.... alangkah gagahnya lelaki itu. Seorang lelaki tinggi semampai berkulit kuning langsat. Ahayy...lihatlah sesuatu yang sangat istimewa yang bertengger di atas bibirku. Kumis tebal yang sungguh menawan. Hhmm...aku merasa menjadi semakin tampan sejak kumis tebal itu nangkring dengan manis di atas bibirku. Macho, aku rasa akan menjadi diksi yang paling tepat untuk menggambarkan penampilanku sekarang.

Ah, kalau bukan karena Marni tak mungkin aku seperti ini. Sebenarnya sejak dulu aku selalu berpenampilan klimis, tanpa kumis. Aku memang tidak memelihara kumis. Bagiku bibir yang halus mulus akan selalu nampak seksi dan menarik. Aku juga tidak perlu repot-repot merapikannya. Buang-buang waktu saja. Tapi semua itu berubah sejak Marni bertemu Yo. Yo, seorang lelaki gagah berkumis tebal telah berhasil menyita perhatian Marni. Kini, setiap kali kami bertemu, Yo mendominasi topik pembicaraan Marni. Apalagi yang dia puja kalau bukan kumis Yo yang menurutnya menawan. Seolah aku tidak ada apa-apanya.

Cemburu? Tentu saja iya. Lelaki mana yang tidak cemburu jika kekasihnya selalu membanding-bandingkan dirinya dengan lelaki lain? Huff... Yo memang benar-benar menyebalkan. Berani-beraninya dia menggoda Marniku dengan kumis brengseknya itu. Dan kini....karena besarnya cintaku padanya, aku harus bertransformasi menjadi lelaki berkumis. Hal yang sebelumnya tidak pernah terlintas dalam benakku, dalam mimpi sekalipun. Ah, begitulah cinta. Selalu saja buta dan membutakan.

Namun kini, aku bisa tersenyum lega. Kumis ini benar-benar menjadi penyelamat biduk cinta kami. Terbayang dalam benakku bagaimana histerisnya Marni melihat penampilan baruku.

“Mas Pras! Benarkah itu kau? Aihh...kumis itu...” jerit Marni setengah histeris.

“Iya Marni, ini masmu, mas Pras. Bagaimana? Sukakah kau dengan penampilan baru mas?”

“Saya suka...saya suka....” sahut Marni menirukan logat May May di film kartun Upin Ipin.

“Mas Pras tampan banget. Macho. Yo mah, lewaatt...”

Begitulah kira-kira dialog imajiner yang menari-nari dalam benakku. Alamakk....aku tidak tahan untuk bisa segera bertemu dengan Marni. Segera aku menelpon Marni untuk memberitahukan surprise yang aku siapkan untuknya.

“Halo Marni, ini mas.”

“Iya, ada apa mas? Suaranya bersemangat banget?”

“Mas punya kejutan untukmu. Kejutan yang akan membuatmu bahagia” jelasku antusias.

“Wah, apaan nih? Jadi penasaran...”

“Tunggu kehadiran mas Pras ya di malam minggu.” Klik. Aku menekan tombol off di Hpku. Usai menelpon Marni, aku kirimkan fotoku via whatsapp. Tentu saja foto pose terbaruku dengan kumis gagah nan menawan. Beberapa menit kemudian aku terima pesan dari Marni.

“Mas Pras ganteng bingittss....” Oemji....aku tidak bisa tidur semalaman, ingin segera jumpa dengan Marni.

Sabtu malam minggu pun tiba. Segera kupacu motor ninjaku, menuju rumah Marni sang pujaan hati. Ting tong....kutekan bel rumah Marni setelah aku parkir motorku di halaman rumahnya. Sembari menunggu sang tuan rumah membuka pintu, aku rapikan rambut dan bajuku. Tak lama, kudengar suara gagang pintu dibuka. Marni berdiri tepat di hadapanku.

“Assalamu alaikum Marni...” sapaku dengan ramah dan sok tampan.

Marni kaget melihat kehadiranku. Melongo, menutup mulutnya dengan telapak tangan sembari mundur beberapa langkah.

“Kenapa Marni? Terpesona dengan abang?”

“Ku...kumis...kumis...” jawab Marni terbata-bata.

“Ganteng kan mas Prasmu dengan kumis tebal ini?”

“Kumisnya mana?” jerit Marni setengah putus asa.

Aku kaget luar biasa. Spontan aku raba bibirku. Halus, mulus dan lembut. Segera aku masukkan jari jemariku ke dalam saku celanaku. Aku merasa ada sesuatu di dalam sakuku. Alamaaakk....kumis itu...kumis palsuku....karena terburu-buru, aku lupa memasang kumis itu di atas bibirku. Marni marah dan kecewa. Di lari masuk ke dalam rumah sambil membanting pintu. Tinggal aku terkulai lemas di kursi teras. Sayup-sayup di luar sana aku dengar penjual nasi goreng memutar lagu dangdut Evi Tamala.... kumis...oh kumis...kumismu....

Dan malam mingguku menjadi kelabu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hahaha...saknone reek. lemnya kurang kuat cha... guuud

05 Apr
Balas

Wkwkwkwkwk...

04 Apr
Balas

Ssttt...jgn keras2 ketawanya...

04 Apr

Kerrrreeeennnnnn, nyindirnya, hahaha

04 Apr
Balas

Ngefans hahaha...

04 Apr

Hehehe... Asiiik

04 Apr
Balas

:D :D :D

04 Apr

ndak berkumispun hidupku terasa macho buk.

04 Apr
Balas

Ihh..pak yanto blm punya kumis aja...cb kl pnya...

04 Apr

Ihh..pak yanto blm punya kumis aja...cb kl pnya...

04 Apr

Buk Icha Apa iya ada lagu Evi tamala yg kayak gitu,,? Kirimin dong teks lagunya

04 Apr
Balas

Ada tapi sy gak tau liriknya...prnh dgr aja...

04 Apr

Sip-sip top banget

15 Apr
Balas

Saya penasaran dg lanjutanx,ternyata endingx begitu memgecoh pembaca.awesome,that's such funny and entertaining story.gud job mom!

15 Apr
Balas

Aduhhh... bu icha khayalan kelas tinggi...heheee

15 Apr
Balas

Aduhhh... bu icha khayalan kelas tinggi...heheee

15 Apr
Balas



search

New Post