Namanya Karti. Kami memanggilnya mbak Karti. Dia ART di rumahku dulu, belasan tahun yang lalu. Kala itu, tahun 2001, aku baru menikah ketika dia datang untuk bekerja di rumahku. Umurnya masih belum genap 17 tahun. Masih hijau dan lugu.

Setahun kemudian aku melahirkan putra pertamaku, Faras Agiel. Mbak Karti dengan telaten membantuku merawatnya. Kadang dia menggantikan tugasku menyuapi dan meninabobokan Agiel. Oya, mbak Karti punya suara yang empuk dan merdu sehingga Agiel nampak nyaman dininabobokan.

Ada satu hal spesial antara Agiel dan mbak Karti. Setiap kali menidurkan Agiel, mbak Karti selalu melantunkan ayat alqur'an atau suara adzan. Agiel jadi terbiasa dengan lantunan ayat-ayat suci. Bahkan, Agiel tidak bisa bobo sebelum didendangkan ayat-ayat alqur'an atau adzan di telinganya. Subhanallah, mungkin kebiasaan masa bayi ini yang akhirnya mencetak watak Agiel seperti sekarang ini. Wallahu a'lam.

Time goes by. Setelah bertahun-tahun bekerja di rumahku, mbak Karti tumbuh semakin dewasa. Tiba saatnya menikah. Tahun 2009 mbak Karti bertemu dengan jodohnya. Menikahlah dia dan sekaligus berhenti bekerja di rumahku. Tugasnya dilanjutkan oleh Ratmi, adiknya.

Kini, sudah sembilan tahun mbak Karti tidak ikut dengan kami. Karena kesibukan, kami jarang mengunjunginya. Terlebih kami sudah pindah rumah ke luar kota, semakin jauh saja. Terakhir kami mengunjungi rumahnya di kabupaten Rembang tahun 2010 lalu.

Pulang mudik kemarin kami lewat kota Rembang. Sejak berangkat Agiel memang merengek minta ke rumah mbak Karti. Kami pun menurutinya. Jadilah kami mampir ke rumah mbak Karti dalam perjalanan pulang dari kota Bogor.

Subhanallah, akhirnya Agiel bertemu juga dengan mbak Karti, pengasuhnya ketika bayi. Ternyata, mbak Karti sedang hamil besar (setelah sembilan tahun menikah, akhirnya dia dapat amanah hamil anak pertama).

Senang sekali kami bisa saling jumpa. Mbak Karti cerita bahwa ketika kecil Agiel pernah berjanji akan mencari mbak Karti bila mbak Karti sudah tidak tinggal bersama kami. Dia akan mencari mbak Karti sampai ketemu ketika dia sudah SMA. Agiel tidak pernah ingat janji itu karena hal itu diucapkannya ketika masih kecil banget. Namun rupanya ikatan batin antara mereka telah menggerakkan hati Agiel untuk benar-benar datang mencarinya ketika dia sudah SMA. Subhanallah....

Mbak Karti.... Terimakasih telah banyak membantuku merawat Agiel. Terimakasih telah membantu menanamkan aqidah yang baik pada Agiel lewat lantunan suara mengajimu. Terima kasih.... It's unforgettable. Semoga Allah SWT membalasnya berlipat ganda dan mengaruniamu anak yang sholeh/ah.

Mbak Karti.... We owe you much...

Bojonegoro, 22 Juni 2018 (8 Syawal 1439).