Menghitung segala kebaikan yang pernah kita lakukan menjadikan amal sia-sia. Namun demikian rasa itu selalu menggelitik tatkala kita merasa kecewa dan marah karena kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Merasa tidak diperlakukan secara adil. Niatkan semua itu untuk kebaikan bukan sebaliknya, agar kita menjadi manusia yang ikhlas. Kebaikan dan keburukan akan selalu menemukan muaranya.

Allah itu memberi yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Tapi alangkah indahnya apabila kita bisa memilih. Allah memberi yang kita inginkan dan yang kita butuhkan. Kalaupun semua yang kita inginkan dan butuhkan sudah ada apakah akan tetap sama pengabdian kita padaNya. Dalam hal ini manusia tidak berhak memilih tapi harus menjalani.

Allah Maha lembut ketika mengingatkan manusia, tapi manusia lebih terbebalkan dengan segala aluamah . Seperti busur yang melesat tak terintang meski belum tentu menyasar. Busur-busur yang tak menyasar itu hanya terpuruk dengan berbagai alasan. Selalu sesal terbit belakangan. Meski berulang kali perintangMu mengingatkan. Tapi hati nurani adalah ruh yang lemah, tak berdaya oleh kesilauan fana.

Allah mencintai orang berpikir, dengan berpikir manusia bisa membedakan mana baik dan mana buruk. Tugas manusia memilih kemana kaki harus dilangkahkan dengan segala resikonya. Haruskah menukar kemuliaan dengan kesenangan sesaat atas nama apa sekalipun.

Cobaan dan ujian yang kita hadapi adalah salah satu perintang untuk menundukkan diri. Karena manusia pendongak tidak disukaiNya. Tapi virus itu tanpa sadar telah merasuk dan menjadi nadi. Sehingga kita lupa apalah butiran debu yang menjadi peran kita. Tafsirkan segala isyaratNya, karena itulah perintang agar kita tidak meyelisihiNya.