liyuu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PENGAMEN

PENGAMEN

Karya: Ida Hamidah

“Doa adalah senjatanya umat Islam. Mari kita bersalawat supaya mendapat syafaat dari Rasulullah di akhirat nanti.” Demikian kata-kata yang terucap dari bibir pengamen itu setiap dia akan mengamen. Sudah dua kali Lusi menyaksikan orang itu mengamen. Penampilannya agak berbeda dengan pengamen lainnya yang sudah dia kenal karena setiap hari dia menggunakan bus MGI, Hiba, atau Sangkuriang tempat mereka mengamen. Suaranya lumayan merdu. Tapi yang menarik bagi Lusi adalah penampilannya dengan celana jeans gombrang dan kaus kasual serta postur tubuhnya yang tingi besar dengan wajahnya yang berbeda dengan pengamen lainnya.

Selesai mengamen dia menyodorkan kemasan bekas permen dan hampir semua penumpang bus memberikan uang recehnya, ada yang seribu, dua ribu, bahkan ada yang memberi lima ribu rupiah. Tiba saatnya dia menghampiri Lusi, Lusi pun memasukkan uang dua ribu rupiah ke dalam kantung bekas rokok itu. “ Jazakillah khoiron katsiron, Mbak,” katanya sambil tersenyum. “Ya,” jawab Lusi membalas dengan senyum pula. Ucapan terima kasih itu ia ucapkan pula kepada seluruh penumpang yang memberinya saweran atas aktivitas mengamennya.

Hari Kamis, Lusi bertemu lagi dengan pengamen itu, tepatnya sore hari ketika dia pulang bekerja di sebuah pabrik obat di sekitar Padalarang. Seperti biasa dia membuka kegiatan mengamennya dengan mengajak bersalawat kepada Rasulullah, mendendangkan lagu kesukaannya, lagu religi Opik atau lagu-lagu ST 12. Penumpang bus memberikan uang recehnya, kemudian dia mengucapkan, “ jazakumullohu khoiron katsiron”. Tiba saatnya pula ia menyodorkan cangkang permen kepada Lusi, “Assalamualaikum, Mbak,” begitu sapanya. “Waalaikum salam,” jawab Lusi pula tak lepas dari senyum yang ia lemparkan karena memang Lusi itu baik kepada semua pengamen dan pedagang asongan yang biasa berjualan di bus. Tidak aneh jika hampir semua pengamen dan pedagang asongan mengenal dan baik kepadanya. Lusi pun memasukkan uang kertas dua ribu rupiah kea lam cangkang permen itu. Jazakillah khoir ya Mbak. “Sama-sama”, jawab Lusi.

Setelah selesai menampung semua saweran dari para penumpang bus, kemudian dia menghampiri Lusi. “Mbak, boleh saya duduk di sini?” sambil menunjuk tempat duduk di samping Lusi yang masih kosong. “O, ya, boleh, silakan!” jawab Lusi. Pengamen itu pun duduk, kemudian berbincang-bincang dengan Lusi. Akhirnya mereka pun saling berkenalan satu sama lain. Lusi pun menceritakan tentang tempat tinggalnya dan tempat dia bekerja. Pengamen itu hanya memperkenalkan dirinya sebagai seorang pengamen biasa, bernama Ranto dan tinggal di daerah Bandung.

Sudah seminggu Lusi tidak pernah lagi melihat Ranto mengamen. Ada rasa aneh, rindu juga. “Kenapa Ranto tidak muncul juga untuk mengamen?” bisiknya pada diri sendiri. Minggu berikutnya Ranto tak muncul lagi untuk mengamen. Lusi kadang-kadang bertanya kepada pengamen-pengamen lain yang biasa mengamen di sekitar pintu tol Padalarang itu. Namun, para pengamen itu juga tidak bisa memberikan jawaban. Mereka hanya tahu bahwa Ranto tinggal di Bandung dan bukan pengamen biasa karena teman-teman pengamen yang lainnya pun tidak mengenalnya. Tapi Ranto dikenal sebagai pribadi yang sangat baik, tidak pernah mau diajak merokok, minum minuman keras, apalagi mengonsumsi narkoba. Tapi kalau dia diminta uang untuk makan misalnya, tidak sulit kata mereka. Lusi pun semakin penasaran dengan Ranto.

Setelah dua minggu menunggu, akhirnya pada minggu ketiga Lusi bertemu dengan Ranto. Dia mengamen seperti biasa dengan seremonial mengamennya yang khas. Giliran tiba di tempat Lusi duduk, dia langsung duduk di samping Lusi.” Boleh ya aku duduk di sini?” tanyanya sambil tersenyum. “ Tentu, siapa sih yang melarang?” jawab Lusi.

“Kamu pasti mencari aku kan selama dua minggu ini?” tanyanya agak merajuk.

“ Eh, kata siapa? jawab Lusi malu-malu, mukanya memerah.

“ Ah, jangan pura-pura. Aku tahu dari teman-teman pengamenku di sini.”

“ Iya, iya. Memang kamu ke mana selama dua minggu ini?” tanya Lusi lagi

“Hm, ke mana ya? Mau tahu?”

“Ya, iyalah, mau tahu. .Makanya saya nanya.”

“Ah, rahasia. Nanti kamu akan tahu sendiri, kalau sudah tiba saatnya.”

“Ah, kamu ini bikin penasaran saja! Kabari aku dong.”

“Tentu, satu waktu. Sudah dulu ya, jangan kangen aku!”

Ranto pun pergi meninggalkan Lusi ketika bus memasuki terminal Leuwi Panjang. Ada hampa yang dirasakan Lusi pada saat itu. Sejak pertemuan pertama dengan Ranto, hatinya sudah mulai terpaut.

Dua minggu berlalu sejak pertemuan itu. Ada rindu yang Lusi rasakan, sedih, dan harap-harap cemas. Minggu ketiga Ranto muncul lagi, mengamen seperti biasa dengan gaya khasnya. Biasa, bertemu saat Lusi pulang dari tempatnya bekerja yang letaknya tidak jauh dari pitu tol. Ketika menghampiri Lusi, Ranto pun mengajak Lusi untuk duduk di belakang karena di samping Lusi ada penumpangnya. Lusi pun mengalah, mengikuti Ranto duduk di kursi paling belakang.

“ Kamu mau ikut dengan aku sekarang?” tanyanya.

“ Ikut ke mana? tanya Lusi penasaran.

“ Lihat saja nanti!” seru Ranto membuat Lusi lebih penasaran lagi.

“ Ah, aku takut dibawa ke tempat yang menakutkan!” kata Lusi lagi.

“Enggak lah, masa sih aku mau membahayakan kamu!”

“Lalu ke mana?”

“Sudah, ayo, ikut aku! Ajak Ranto ketika kondektur memberitahukan bahwa bus sudah sampai di daerah Pasir Koja.

Tanpa bisa menjawab, Lusi pun mengikuti Ranto seperti yang dihipnotis saja.

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah, persisnya gedung dengan pelataran yang luas. Di depan rumah itu terdapat pos satpam.

“ Dari mana Den? Itu siapa yang dibawa sama Den Ranto?

“ Biasa dari tempat penelitian, di Padalarang. Perempuan ini? (sambil menunjuk pada Lusi) Teman Pak.”

“Sebelum bertemu dengan orang tuaku, kita ngobrol di sini dulu sebentar,” kata Ranto sambil mengajak Lusi ke sebuah gazebo yang terletak di sebelah kiri rumahnya

. “ Kamu mau tahu apa sebenarnya, mengapa aku suka mengamen selama ini?”

“ Ya, pastinya.” jawab Lusi.

“Aku mengamen sebenarnya hanya aktivitas terselubung saja. Sebenarnya saya sedang mengadakan penelitian tentang cara hidup dan kebiasaan para pengamen, pedagang asongan, dan orang-orang yang hidup di jalanan untuk penelitian skripsiku. Alhamdulillah penelitian itu sudah selesai. Itulah sebabnya beberapa minggu yang lalu saya tidak mengamen, karena saya sedang mengikuti sidang skripsi. Terima kasih ya kamu sudah memberiku dukungan. “

Lusi hanya bengong mendengarkan cerita Ranto.

“Eh, jangan bengong begitu dong!” ucap Ranto seperti mau mengusap muka Lusi.

“Wah, hebat ya kamu bisa nyamar begitu!” kata Lusi kagum.

“Lebih hebatnya lagi kamu bisa menyelesaikan studimu dengan baik,” lanjut Lusi.

“Alhamdulillah, berkat dukunganmu juga,” jawabnya

“Lus, boleh gak aku mengatakan sesuatu padamu?” tanya Ranto lagi dengan harap-harap cemas.

“Dari tadi kan kamu berkata-kata sama aku, jadi, ya, bolehlah!” jawab Lusi santai.

“ Maukah kau menjadi istriku? Karena sejak pertama aku bertemu denganmu, aku sudah jatuh hati padamu.” “Kamu benar-benar perempuan yang baik karena tidak membeda-bedakan orang karena status sosialnya.”

“Apa, kamu suka sama aku? tanya Lusi terkejut.

“Ya, betul.” jawab Ranto lagi

“Emh, gimana ya? Iya, iya, aku mau,” demikian jawaban Lusi begitu saja melesat dari bibirnya antara sadar dan tidak sadar karena semua itu di luar dugaannya.

======================***======================

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

19 Sep
Balas

Alhamdulillah, masih belajar. Salam literasi. Terima kasih atas apresiasinya

19 Sep



search

New Post