IDA DWI LESTARI

aku seorang istri, seorang guru, juga seorang ibu dari dua anak. tapi masih harus banyak belajar. harus semangat... semoga bisa manjadikan manfaat bagi semua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kakak sama siapa

Sore itu seperti biasa kami sekeluarga berkumpul menonton televisi. Acaranya menampilkan anak-anak yang punya bakat. Saat salah seorang anak ditanya tentang ayahnya, dia menjawab “ ayahku sudah meninggal”...anak sulungku sontak menangis dan memelukku sambil bertanya” ma, kalau ayah dan mama meninggal kakak ikut siapa?”

Bagai tersambar petir mendengar pertanyaan putri pertamaku ini. Aku memeluknya erat. Aku menahan air mata. Aku harus menampakkan ketenangan di depan putriku.

“kok kakak bertanya kayak gitu? Kenapa?”

“kakak nggak mau kayak anak itu (sambil nunjuk di TV), ayahnya meninggal” jawabnya

“ kakak harus rajin mendoakan ayah dan mama. Semoga ayah dan mama sehat dan panjang umur, supaya bisa nemani kakak sampai besar, sampai kakak mandiri” aku berusaha menenangkan dia. Tapi tangisnya tak kunjung reda.

Dalam hati aku bingung. Bagaimana bisa kakak bertanya seperti itu. Memang takdir seseorang tidak ada yang tahu. Aku berusaha mendidik anak-anaku mandiri. Memang supaya tidak tergantung kepada orang tua. Jaga-jaga kalau aku atau ayahnya ada keperluan ke luar kota dan meninggalkan dia dan adiknya.

“ayah dan mama sayang sama kakak dan adik. Adik juga harus sayang sama ayah, mama, dan adik ya” jelasku padanya

“iya ma, kaka sayang sama mama, sayang sama ayah dan adik”, jawabnya sambil menangis dan memelukku erat.

“mama bangga pada kakak, sudah banyak bantu ayah dan mama, bisa bantu momong adik, kakak anak mama yang baik”, aku berusaha menghiburnya.

“iya ma...”jawabnya lirih

“sudah kak, jangan menangis lagi. Ingat kata mama tadi, kakak harus jadi anak baik, doakan ayah dan mama sehat dan panjang umur, supaya bisa menemani kakak sampai mama dan ayah tua nanti” ucapku sambil kuusap rambutnya dengan lembut.

“iya kak, kakak kan anak ayah. Anak baik akan mendoakan ayah dan mamanya kan? Jangan menangis nak, ayah jadi ikut sedih” sambung ayahnya.

“ baik yah..” jawabnya sambil mengusap air mata

“ayo kasih senyum manis buat ayah dan mama” kata ayahnya

Dia memberi senyum manis, pertanda dia sudah mengerti dengan yang kami jelaskan. Walau dalam benakku masih saja heran dan bingung. Aku masih memandangi sulungku yang telah bermain dengan adiknya lagi. Dalam hati, aku memohon pada Allah untuk diberi umur yang panjang biar bisa menemani anak-anaku hingga dewasa dan mandiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post