Ida Kholidah, S. Ag.

Wanita sunda ini lahir di kota simping Purwakarta pada tanggal 1 Desember 1976 dari keluarga petani pasangan alm. H. Anwar Ghozali dan Hj. Nunung Robi’ah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GENERASI CERDAS, BERAKHLAK MULIA ADALAH ORANG YANG HATI-HATI DALAM BERKATA DAN BERSIKAP
Berakhlak mulia adalah perilaku yang baik dan sopan santun dalam berbicara dan bersikap. Dalam Islam, akhlak mulia bisa ditemukan dalam lima objek yaitu adab kepada Allah, adab kepada Rasulullah, adab kepada sesama manusia, adab kepada orang tua dan adab kepada diri sendiri1.  

GENERASI CERDAS, BERAKHLAK MULIA ADALAH ORANG YANG HATI-HATI DALAM BERKATA DAN BERSIKAP

Kitab Shahih Bukhari no 11 juz 1 hal 11 menuliskan bahwa seorang yang selamat dari perbuatan lisan dan tangan adalah seorang muslim yang baik. Dari Abi Musa ra berkata, “Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah Islam yang paling afdhal itu?” Beliau menjawab, “Seorang muslim yang menyelamatkan orang muslim lainnya dari bencana akibat perbuatan lidah dan tangannya.” (H.R. Bukhari)

Sebagian muslim ada yang berkata buruk, menebar kebohongan ataupun hoax, menebar keonaran atau anarkis, tawuran bahkan melakukan tindakan teroris. Walaupun tindakan tersebut mengatasnamakan mengaku muslim serta membela Islam tetapi dengan perkataan dan perbuatan buruknya yang mereka lakukan, sejatinya mereka bukanlah muslim sesungguhnya. Di dalam hadis juga disebutkan,

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai bagimu tiga perkara dan membenci tiga perkara; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kalian berpegang teguh dengan agama-Nya dan tidak berpecah belah. Dan Allah membenci kalian dari mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (H.R. Muslim dan Ahmad)Rasulullah bersabda: “Setiap kali manusia memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh merendahkan lisan dan berkata kepadanya: takutlah kepada Allah dalam bersama kami, karena kami tergantung kepadamu, jika kamu baik kami ikut baik, dan jika kamu menyimpang kami jadi menyimpang juga”. (HR. At-Tirmidzi). Dalam hadits lain Rasulullah menegaskan diantara kesempurnaan iman dan islam seseorang adalah menjaga lisan dari perkataan keji dan munkar. Sabdanya berbunyi: “Diantara sifat orang mukmin adalah ia menjaga lisannya dari membahas aib seseorang dan perkataan kotor”. (HR. At Tirmidzi). Rasulullah juga bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau berdiam”.(HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga.” (HR. Bukhari).

Penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang. Mulutmu harimaumu. Allah memberi manusia telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu supaya mereka lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Seringkali orang-orang menyesali perkataan yang diucapkan di kemudian hari. Dan perkataan yang terlanjur diucapkan sulit untuk ditarik kembali. Lebih baik menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan. Sebagaimana hati, sejauh mana penjagaan dan pengendalian terhadap lisan, itu menjadi ukuran baik atau buruknya amal seseorang. Maka, antara hati dan lisan saling berkaitan dan mempengaruhi amal perbuatan. Rasulullah saw bersabda: “Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya”. (HR. Ahmad). Menjaga lisan berarti tidak berbicara kecuali dengan baik, menjauhi perkataan buruk dan kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu domba. Menjaga lisan merupakan perkara yang tidak boleh dianggap remeh, karena setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perkataannya. Firman Allah berbunyi: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18).

Perkataan dan perbuatan seorang muslim hendaknya meneladani akhlak Rasulullah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-ahzab/33: 21.

Adab-adab berbicara dalam Islam:

1. Tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang bisa mendatangkan kebaikan dan manfaat atau mencegah keburukan bagi dirinya atau orang lain.

2. Mencari waktu yang tepat, sebagaimana kata hikmah: “Setiap tempat dan waktu ada pembicaraannya tersendiri”

3. Memilih bahasa yang digunakan. Bahasa bisa menjadi tanda dan cermin bagi akal dan adab seseorang

4. Tidak berlebihan dalam memuji dan mencela. Belebihan dalam memuji adalah bentuk dari riya’ dan mencari muka, dan berlebihan dalam mencela adalah bentuk dari permusuhan dan balas dendam.

5. Tidak menyenangkan manusia dengan cara mengucapkan apa-apa yang membuat Allah SWT murka. Sabda Rasulullah saw berbunyi: “Siapa yang membuat manusia senang dengan melakukan perkara yang mendatangkan amarah Allah SWT, maka ia dan urusannya akan diserahkan kepada manusia, dan siapa yang membuat manusia marah karena ia melakukan perkara yang membuat Allah ridha, maka Allah akan menjamin baginya perlindungan dari perlakuan manusia”.(HR. At-Tirmidzi).

6. Tidak mengobral janji-janji yang sangat sulit ditepati. Allah SWT berfirman: “"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As Shaff:2-3).

7. Tidak berbicara keji dan kotor, dan tidak menyimak orang yang berbicara keji dan kotor.

8. Menyibukkan lisan untuk berzikir.

Beberapa contoh perbuatan yang tidak menjaga lisannya/perkataannya:

1. Gosip/Gibah. Gosip atau dalam bahasa Islam adalah ghibah pada dasarnya merupakan diantara penyakit lisan yang sangat berbahaya, sehingga Allah SWT mengumpamakan siapa yang menjelekkan dan membicarakan aib seseorang dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).

Rasulullah pernah menerangkan maksud dari ghibah: “Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Sahabat menjawab: Allah dan rasulNya yang mengetahui itu. Rasul bersabda: engkau menyebut tentang saudaramu dengan apa yang ia benci. Sahabat bertanya: Jika pada dirinya benar apa yang aku katakan. Rasul menjawab: jika yang engkau sebutkan benar-benar ada pada dirinya, itulah ghibah, dan jika apa yang engkau sebutkan tidak ada pada dirinya itu adalah kedustaanmu atasnya”. (HR. Muslim).

Ghibah menghantarkan kepada permusuhan, terputusnya hubungan silaturahim, menanam benih kebencian dan iri hati. Ghibah bisa merusak ibadah seorang Muslim. Muslim yang berpuasa namun melakukan ghibah, pahala puasanya akan lenyap, begitu juga dengan ibadah lainnya. Diriwayatkan bahwa dua orang perempuan berpuasa pada zaman Rasul saw membicarakan aib seseorang. Rasulullah mengetahui hal itu dan berkata tentang mereka: “Mereka berpuasa dari apa yang dihalalkan, tetapi berbuka dengan apa yang diharamkan”. (HR. Ahmad). Maksudnya mereka berdua berpuasa dari makan dan minum yang hukum awalnya adalah halal, tetapi ketika membicarakan aib seseorang yang haram dilakukan, Allah SWT tidak menerima ibadah puasa tersebut, seakan mereka membatalkannya.

2. Menghina orang Tua orang lain. Sebagaimana Baginda Rasululllah S.A.W. menyebut bahwa apabila kita menghina orang tua orang lain, maka sama halnya diri kita ini memaki orang tua kita sendiri, Nabi Muhammad S.A.W. bersabda saat ditanya ; Bagaimana apabila seseorang tersebut memaki ayah dan bundanya ? Baginda Rasulullah S.A.W. tercinta menjawab ; “Ia yang memaki ayah seseoarng pria Lalu pria itu balas dengan memaki ayahnya. Ibu orang lain ia cela kemudian orang itu balas mencela ibunya.”

3. Berbohong/tidak jujur

ياَيُّهَا الَّذَيْنَ امَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [QS. Ash-Shaff : 2 - 3]

Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari berbohong, karena sesungguhnya bohong itu membawa kepada kedurhakaan, dan sesungguhnya durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seseorang berbohong dan memilih yang bohong sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pembohong ”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2013]a

4. Mengejek dan Memanggil Orang lain dengan panggilan yang buruk. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Quran, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS.Al-Hujurat:11) Rasulullah saw. beliau bersabda: “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan meremehkan orang lain.”

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al Humazah: 1)

5. Berkata kasar dan tidak sopan. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

“Bukanlah seorang mukmin orang yang suka mencela, orang yang gemar melaknat, orang yang suka berbuat/berkata-kata keji, dan orang yang berkata-kata kotor/jorok” (HR Bukhori, Ahmad, Al-Hakim, dan Turmudziy dari Ibnu Mas'ud).

Rasūlullāh SAW bersabda: "Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat ditimbangan kebaikan seorang mu'min pada hari kiamat seperti akhlaq yang mulia, dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allāh benci dengan orang yang lisānnya kotor dan kasar."_ (Hadīts Riwayat At Tirmidzi

Mukmin atau muslim yang baik tidak akan berkata keji, kotor, melaknat, mencela, dan sebagainya yang buruk-buruk. Muslim sejati akan berbicara sopan, santun, tidak menyakiti hati orang lain, dan selalu mengenakkan dalam berbicara atau berkomentar, baik dalam pergaulan sehari hari atau di media sosial.

Wallaahu a'lam

Baarakallah lanaa wa lakum

#Salam Literasi: Indonesia_Berkarya!!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post