Ida Kholidah, S. Ag.

Wanita sunda ini lahir di kota simping Purwakarta pada tanggal 1 Desember 1976 dari keluarga petani pasangan alm. H. Anwar Ghozali dan Hj. Nunung Robi’ah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENERAPAN TATANEN DI BALE ATIKAN (TbBA) DI  UPTD SMPN 1 BUNGURSARI MELALUI ECOPRINT SEBAGA

PENERAPAN TATANEN DI BALE ATIKAN (TbBA) DI UPTD SMPN 1 BUNGURSARI MELALUI ECOPRINT SEBAGA

PENERAPAN TATANEN DI BALE ATIKAN (TbBA) DI  UPTD SMPN 1 BUNGURSARI MELALUI ECOPRINT SEBAGAI PRODUK LIFE SKILL

Oleh : Ida Kholidah

 

Dalam kondisi gencarnya digitalisasi sekolah yang digulirkan pemerintah Indonesia saat ini terutama saat pandemi walaupun terlihat kondisi pendidikan maju pesat sehingga diharapkan pendidikan di Indonesia tidak ketinggalan dengan negara lain, namun di sisi lain hal ini membuat peserta didik menjadi kurang bergerak dan kurang mengenal lingkungannya karena harus terus berada di depan layar sehingga mereka  dibuat asyik berselancar di dunia maya.  Selaras dengan itu  pemerintahan daerah Purwakarta tahun 2015 lalu telah membuat kebijakan pendidikan berbasis semesta untuk menumbuhkan kesadaran ekologis melalui Tatanan di Bale Atikan (TdBA) yang bisa  mengimbangi kondisi pendidikan saat ini.

Program Tatanen di Bale Atikan diinisiasi sebagai upaya untuk menjadikan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran yang memberi pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik berbasis model pembelajaran pancaniti. Program Tatanen di Bale Atikan bukan hanya sekedar program bercocok tanam di sekolah, namun juga sebagai program penguatan pendidikan karakter yang sejalan dengan kompetensi pembelajaran abad 21, sehingga memiliki karakter yang sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya dan kodrat jamannya.  Bahkan program Tatanen di Bale Atikan (TdBA) bisa dijadikan sebagai pendidikan berbasis penelitian.

Tatanén di Balé Atikan  (TdBA)sebagai bagian dari pendidikan karakter berpijak pada landasan filosofis mengenai konektivitas manusia dengan dirinya, diri dengan lingkungan dan sesamanya, dan diri dengan Tuhannya. Bisa dikatakan bahwa tema sentral dari filsafat pendidikan adalah pemahaman hubungan antara Tuhan (T), Manusia (M), dan Alam (A). Asal dari segala sesuatu adalah Tuhan dan berakhir pula untuk atau pada Tuhan. Manusia merupakan aktor penerima dan pengelola ciptaan Tuhan yang dalam Bahasa lain disebut sebagai khalifah. Sedangkan alam  semesta adalah sarana manusia berbuat untuk menuju kembali pada Tuhan. Ketiganya memuat hubungan yang sinergis, masing-masing ketiga faktor tersebut memiliki peran yang saling berkaitan antara yang menguntungkan atau merugikan.  Hubungan/konektifitas  antara  konektivitas  manusia  dengan  dirinya,  diri dengan  lingkungan  dikemukakan  oleh  E.F.  Schumacher  dalam  bagian  akhir  bukunya  A Guide for the Perplexed (1977) menyebut dua pasang masalah: Saya dan Dunia (lingkungan, ekologi): “Penampilan lahiriah” dan “Penghayatan batiniah”  yang menyebabkan adanya empat bidang pengetahuan manusia, yaitu: (1) Saya - batin. (2) Dunia (engkau, lingkungan, ekologi) - batin. (3) Saya -lahiriah. (4) Dunia (engkau, lingkungan, ekologi) - lahiriah. Selain  itu,  pendidikan  karakter  harus  berpijak  pada  landasan  filosofis  tentang hakikat pendidikan dan manusia. Landasan filosofis ini menelaah pendidikan dan manusia secara radikal, menyeluruh, dan konseptual bersumber dari faktor religi dan etika yang bertumpu pada  keyakinan dan bersumber pada ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran (Tirtaraharja: 2005).

Tatanén di Balé Atikan sebagai bagian dari pendidikan karakter berpijak pada landasan filosofis mengenai konektivitas manusia dengan dirinya, diri dengan lingkungan dan sesamanya, dan diri dengan Tuhannya. Bisa dikatakan bahwa tema sentral dari filsafat pendidikan adalah pemahaman hubungan antara Tuhan (T), Manusia (M), dan Alam (A). Asal dari segala sesuatu adalah Tuhan dan berakhir pula untuk atau pada Tuhan. Manusia merupakan aktor penerima dan pengelola ciptaan Tuhan yang dalam Bahasa lain disebut sebagai khalifah. Sedangkan alam  semesta adalah sarana manusia berbuat untuk menuju kembali pada Tuhan. Ketiganya memuat hubungan yang sinergis, masing-masing ketiga faktor tersebut memiliki peran yang saling berkaitan antara yang menguntungkan atau merugikan.  Hubungan/konektifitas  antara  konektivitas  manusia  dengan  dirinya,  diri dengan  lingkungan  dikemukakan  oleh  E.F.  Schumacher  dalam  bagian  akhir  bukunya  A Guide for the Perplexed (1977) menyebut dua pasang masalah: Saya dan Dunia (lingkungan, ekologi): “Penampilan lahiriah” dan “Penghayatan batiniah”  yang menyebabkan adanya empat bidang pengetahuan manusia, yaitu: (1) Saya - batin. (2) Dunia (engkau, lingkungan, ekologi) - batin. (3) Saya -lahiriah. (4) Dunia (engkau, lingkungan, ekologi) - lahiriah.

Selain  itu,  pendidikan  karakter  harus  berpijak  pada  landasan  filosofis  tentang hakikat pendidikan dan manusia. Landasan filosofis ini menelaah pendidikan dan manusia secara radikal, menyeluruh, dan konseptual bersumber dari faktor religi dan etika yang bertumpu pada  keyakinan dan bersumber pada ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran (Tirtaraharja: 2005).

Tatanén di Balé Atikan memiliki beberapa prinsip yang harus menjadi patokan dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Berkeadilan; yaitu sebuah penghayatan dan perlakuan manusia terhadap alam secara

 

arif dan cerdas. Alam beserta isinya harus diperlakukan dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Sehingga manusia harus memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh alam (tanah dan tanaman) termasuk proses dan tahapan-tahapanya.

2. Berkelanjutan;   yaitu   memastikan   pengelolaan   potensi   sumber   daya   alam   yang

 

berkesinambungan sehingga alam dapat lestari, langgeng, selaras, dan harmoni.

 

3. Berkearifan   lokal;   yaitu,   menghargai   alam   sekitar   dengan   cara   mengembangkan, memberdayakan, mengoptimalkan, dan mengelola potensi lokal.

 

Kelompok Kerja (Pokja) Tatanén di Balé Atikan pada satuan pendidikan melakukan aksi mulai dari pengolahan lahan, penyiapan bibit, pemanfaatan air, perawatan, evaluasi, dan  berbagai  inovasi  untuk  kesuksesan  program  Tatanén di Balé Atikan. Dalam  proses pelaksanaannya, semua warga sekolah terlibat secara aktif, mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, peserta didik, dan orang tua atau komite sekolah.

Hal penting yang harus diingat oleh semua pihak, bahwa program tatanén ini bukan penghijauan sekolah apalagi memindahkan tanaman. Akan tetapi merupakan upaya penguatan karakter peserta didik sehingga mereka memiliki kepedulian terhadap lingkungan,  pemanfaatan lahan kosong  menjadi produktif,  peningkatan kreativitas,  dan tumbuhnya jiwa enterpreneurship pada diri peserta didik. Tahapan pelaksanaan Tatanén di Balé Atikan dalam struktur lingkungan terdiri tahapan penerapan, rawat, evaluasi, dan oprek (PREO)

Kebijakan Disdik Purwakarta Menyesuaikan dengan Aktivitas Sekolah, Purwakarta Post – Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Purwakarta, Dr. H. Purwanto, M. Pd. menegaskan, semua kebijakan Dinas Pendidikan harus diselaraskan dengan praktik di sekolah. “Mulai dari kebijakan 7 Hari Pendidikan Istimewa, lalu Tatanen di Bale Atikan harus betul di pahami secara holistik. Penguatan pendidikan karakter harus terintegrasikan dengan pendidikan tinggi,” Kata Purwanto pada kegiatan Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Tatanen di Bale Atikan, Senin 18 Oktober 2021.  Ia mengingatkan bahwa Kebijakan  ini harus terus berjalan, siapapun nanti kepala daerah dan Kepala Dinasnya. “Jika ini tidak berjalan dengan baik, maka kebijakan akan terus berubah dan tidak membuahkan hasil.  Semuanya harus berjalan simultan, bergerak semuanya diterapkan tematik 7 Poe Atikan Istimewa, mulai dari hari senin ajeg nusantara, salasa mapag buana, Kemis nyanding wawangi, Jumaah nyucikeun Diri, Sabtu-Minggu betah di Imah,” katanya’

Kebijakan yang digagas Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, sambungnya, tidak lepas dari visi kemajuan Purwakarta. Untuk bisa maju, dibutuhkan karakter, cita rasa, dan keunggulan lokal. “Yang menjadi keunggulan sebuah negara adalah lokalitas, kearifan lokalnya, Sekolah- sekolah yang menjungjung tinggi nilai-nilai tradisional. Setelah pertemuan ini, harus ada giroh semangat yang tumbuh dalam jiwa para pengawas, penilik.  Harus terus konsisten laksanakan pembiasaan di sekolah 7 Poe Atikan Istimewa. Program ini Penting untuk semua aspek kehidupan, nantinya akan terbangun kepercayaan  diri yang tumbuh dalam diri peserta didik,” jelasnya. “Kemudian, perubahan kultur sekolah, TdBA itu materi, content, ini harus semua dilakukan oleh sekolah mulai dari jenjang TK, SD dan SMP. Kadisdik berharap kepada pengawas agar semua sekolah melaksanakan kebijakan dinas pendidikan  kabupaten purwakarta,” pungkasnya.

Sedagai landasan hukumnya program Tatanen di Bale Atikan (TdBA) tercantum pada (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); (3) Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah (4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (6) Perbup No. 69 Tahun 2015 Tentang Pendidikan Berkarakter (7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 52 P.52/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019 tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah; (8) Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup; (9) Peraturan Bupati Purwakarta No. 69 Tahun 2015 Tentang Pendidikan Berkarakter. (dikutip dari buku Panduan Tatanen di Bale Atikan)

 

Dalam pelaksanaannya Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Dr. H. Purwanto, M. Pd. menetapkan beberapa sekolah sebagai sekolah Model Tatanen di Bale Atikan (TdBA) jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) dengan SK Nomor : 420/ 114/ Disdik-2021 pada tanggal 05 April 2021. Berikut ini adalah kutipannya :

Jenjang Sekolah Dasar (SD) :

1. SD Negeri 1 Nagri kidul Kecamatan Purwakarta

2. SD Negri 1 Pasawahan Kecamatan Pasawahan

3. SD Negeri Ciwangi Kecamatan Bungursari

4. SD Negri 2 Cimahi Kecamatan Campaka

5. SD Negri 1 Cilandak Kecamatan Cibatu

6. SD Negri 1 Ciwareng Kecamatan Babakancikao

7. SD Negri Salem Kecamatan Pondoksalam

8. SD Negri 1 Nagrog Kecamatan Wanayasa

9. SD Negri Parakan Kecamatan Kiarapedes

10. SD Negri 1 Sindangsari Kecamatan Bojong

11. SD Negri 1 Nagrak Kecamatan Darangdan

12. SD Negri Cijantung Kecamatan Sukatani

13. SD Negri Palinggihan Kecamatan Plered

14. SD Neri 2 Batu tumpang Kecamatan Tegalwaru

15. SD Negri 1 Sinar galih Kecamatan Maniis

16. SD Negri 2 Ciririp Kecamatan Sukasari

17. SD Negri 5 Kembang kuning Kecamatan Jatiluhur

Jenjang Sekolah MenengahPertama (SMP) ;

1. SMP Negri 2 Purwakarta Kecamatan Purwakarta

2. SMP Negri 2 Pasawahan Kecamatan Pasawahan

3. SMP Negri 1 Pasawahan Kecamatan Pasawahan

4. SMP Negri 1 Bungursari Kecamatan Bungursari

5. SMP Negri 2 Campaka Kecamatan Campaka

6. SMP Negri Cibatu Kecamatan Cibatu

7. SMP Negri 1 Babakan Cikao Kecamatan Babakan Cikao

8. SMP Negri 2 Pondok salam Kecamatan Pondok salam

9. SMP Negri 2 Wanayasa Kecamatan Wanayasa

10. SMP Negri 2 Kiara pedes Kecamatan Kiara pedes

11. SMP Negri 2 Bojong Kecamatan Bojong

12. SMP Negri 1 Darangdan Kecamatan Darangdan

13. SMP Negri 1 Sukatani Kecamatan Sukatani

14. SMP Negri Plered Kecamatan Plered

15. SMP Negri 2 Maniis

16. SMP Negri 1 Maniis Kecamatan Maniis

17. SMP Negri 1 Sukasari Kecamatan Sukasari

18. SMP Negri 1 Jatiluhur Kecamatan Jatiluhur

Saat ini selain sekolah sasaran  Model Tatanen di Bale Atikan (TdBA) yang ditetapkan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta yang berjumlah 17 sekolah jenjang Sekolah Dasar (SD) dan 18 sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), selain dari itu Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta juga menetapkan SD negri 8 Ciseureuh sebagai sekolah Ekologi Kahuripan Pajajaran dan SMP Negeri 10 Purwakarta sebagai Sekolah Ekologi Kahuripan Pajajaran.  Baru-baru ini bersama-sama kedua sekolah tersebut  antusias menanam pohon petai sesuai dengan Program tanam pohon petai yang di-inisiasi Dinas Pendidikan (Disdik) Purwakarta diterapkan secara antusias di lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Se-Kabupaten Purwakarta. Sekolah lainpun sudah mulai menerapkan Tatanen di Bale Atikan (TdBA) bahkan sudah menetapkan brand sekolahnya masing-masing. Misalnya UPTD SMP Negeri 3 Pasawahan serta UPTD SMP Negeri 3 Campaka. Sekolah-sekolah tersebut giat memproduksi dan mempromosikan bahkan memasarkan produksinya berupa makanan dan minuman khas lokal yang dibuat dari daun dan bunga-bunga yang berada di lingkungan mereka sebagai brand sekolahnya seperti keripik bayam brazil, jus bunga telang yang ungu dan macam-macam teh seduh seperti teh rosella dan lain sebagainya.

 

Sekolah-sekolah modelnya bahkan ghiohnya sudah menggaung dan memperlihatkan hasilnya. Contohnya saja di UPTD SMP Negeri 1 Bungursari dengan brand sekolahnya Ecoprint yaitu tehnik membuat motif dan pewarnaan dengan memanfaatkan alam (daun, bunga, ranting ataupun kulit kayu) sudah bisa dikatakan sebagai pendidikan life skill produk Ecraft. Di sekolah ini kepala sekolah, guru-guru, peserta didik, tenaga administrasi, staf perpustakaan bahkan para penjaga aktif bersama mendukung dan melaksanakan kegiatan ecoprint, dari mulai menanam tanamannya, mencari daun-daun yang belum tersedia di lingkungan sekolah maupun terus menggali dan berbagi keilmuannya, sehingga Tatanen di Bale Atikan (TdBA) yang dimotori oleh guru seni budaya Ina Rosiantina, S. Pd. Ini memperlihatkan keberhasilannya walaupun harus memulai dari nol tapi dengan mendapat dukungan penuh dari semua pihak terutama Kepala Sekolah sebagai pimpinan maka semua kendala yang ada bisa teratasi. Hasil karya ecoprint UPTD SMP Negeri 1 Bungursari sudah mulai diakui oleh bupati pimpinan daerah kabupaten Purwakarta Ambu Anne Ratna Mustika, begitu beliau biasa disapa saat kunjungan khususnya bersama Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta Dr. H. Purwanto, M. Pd. pada kamis, 13 Januari 2022 lalu yang mendapat cindera mata dua helai kain 1 dan kain 2 hasil  ecoprint berbahan katun primisima dengan zat pewarna alami dari kayu secang. Kedatangannya untuk melihat secara langsung bagaimana cara pembuatan batik ecoprint yang dilaksanakan di sekolah ini baik metode pounding (pukul daun pada kain) maupun metode steaming (kukus kain). Sebelum masuk proses pembuatan diawali dengan pengenalan kain apa saja yang bisa “dieco” karena tidak semua jenis kain bisa cocok diaplikasikan untuk ecoprint. Kain yang bisa adalah kain yang terbuat dari material serat alam mulai dari serat selulosa dan serat protein yang tidak mengandung bahan kimia seperti kain katun, kain rami, kain linen, kain goni, kain dobby, kain katun paris, kain sari, kain sutra dan kulit sedangkan kain polyster tidak bisa diaplikasikan untuk ecoprint. Proses diawali dengan scouring (pencucian kain untuk membersihkan dari kotoran dan bahan kimia yang menempel pada kain), mordant (membuka pori-pori kain agar mudah menyerap dan daun berjejak), colouring ZWA (pewarnaan Zat Pewarna Alam), “ngeco” (penataan daun pada kain), steaming (pengukusan) dan fiksasi (penguncian warna) .

 

 

Ambu Anne Ratna Mustika dan Pak Pur, begitu sapaannya bahkan mencoba  langsung secara bersama-sama meratakan daun turun menggiling kain dengan paralon berukuran besar yang diisi dengan coran semen agar daun berjejak sempurna. Dalam wawancaranya di sekolah dikatakan   “kami sudah diminta Ambu Anne dalam sambutannya serta secara resmi lewat protokolernya yang datang agar membuat karya ecoprint untuk mengisi galeri menong Purwakarta dalam upaya pemasarannya dan sudah pesan kain ecoprint berbahan sutra dan dobby untuk buah tangan sebagai cindera mata bagi tamu kehormatan daerah kabupaten Purwakarta, bismillah bi idznillah semoga bisa sesuai pesanan” Begitu keterangan yang disampaikan Ina Rosiantina , S. Pd. guru seni budaya sebagai ketua team TdBAnya dengan bangga bercampur haru.

 

 

Pemilihan brand ecoprint ini asal mulanya saat Pa Rizal sang penggiat TdBA menemukan seorang guru bahasa Indonesia Samiuji, S. Pd. yang memperlihatkan karya ecoprintnya pada saat kegiatan  IHT (In House Training) Tatanen di Bale Atikan (TdBA) yang kemudian langsung direspon dengan mengukuhkan sebagai brand sekolah UPTD SMPN 1 Bungursari. Keputusan menjadikan brand sekolah ini melalui hasil pemikiran serta diskusi yang matang dengan warga sekolah karena ini akan membutuhkan kerja keras serta kesadaran yang kuat  dari semua pihak untuk mengaplikasikannya. Semua harus belajar dan berkarya bersama. Selain program Tatanen di Bale Atikan (TdBA) ini memerlukan biaya yang tidak sedikit juga membutuhkan kerja keras serta pemikiran yang tidak main-main. Pada pelaksanaannya “Selain berkarya di UPTD SMPN 1 Bungursari juga mengelola lahannya di beberapa zona yang menyediakann tanaman-tanaman Ecoprint salah satunya sehingga konsep Tatanen di Bale Atikan (TdBA) bukan hanya menumbuhkan kesadaran ekologi tetapi lebih dari itu sudah menjadi penghasil produk Ecraft yang bisa mensejahterakan warga sekolah” Begitu ungkapan Kepala sekolah Ir. Wawan Setiawan kepada penulis di sela-sela kegiatan rutinnya mengontrol dan terjun langsung di kebun sekolah. Tanaman-tanaman ecoprint yang tersedia di UPTD SMP Negeri 1 Bungursari misalnya pohon jati, jarak kepyar, jarak wulung, jarak hijau, p ohon bethadine, suren, afrika, red panama, ketepeng, ketapang, eucaliptus, pakis, vintek, biden,  tabebuya, arbei/ murbei, kunyit, krisan, kenikir, insulin, kersen, rose, jambu biji, belimbing, dan lain sebagainya walaupun belum semuanya siap digunakan tapi kesungguhan yang mengarah profesional sudah terlihat memadai.

 

Kegiatan ini memang tidaklah mudah semudah membalikkan tangan bagi warga sekolah, baik untuk kepala sekolah, peserta didik yang belum terbiasa berkebun ataupun aktif berkarya, maupun untuk para guru, Staf Tata Usaha dan Perpustakaan maupun bagi Para penjaga sekolah yang juga tidak terbiasa bercocok tanam atau bahkan tidak pernah mengenal tanah apalagi kalau harus mengelola tanah menjadi kebun, apalagi lahan yang ada di UPTD SMP Negeri 1 Bungursari mayoritas berupa barangkal atau bongkahan runtuhan pembungan bangunan yang secara kasat mata tidak mungkin disulap menjadi kebun yang subur serta harus juga berkarya membuat batik ecoprint yang baru dikenalnya. Tapi dengan menyamakan niat bersama memajukan sekolah UPTD SMP Negeri 1 Bungursari yang didukung sepenuhnya oleh Kepala sekolah yang handal  mau terjun secara langsung ke lapangan maka terlihat hasil yang di luar ekspetasi awal. Hal ini juga tidak akan terjadi apabila tidak ada orang-orang yang mau belajar terus tiada henti dengan istiqomah mempelajari pertanian dan bergerak mempraktekkannya sekaligus mendalami ecoprint dari beberapa master ecoprint selain master yang sudah ada baik secara online maupun secara offline berkunjung untuk praktek langsung ke pusat ecoprint di daerah sekitar maupun di daerah jawa tengah dan timur yang merupakan daerah pusatnya ecoprint sehingga bisa lebih memahami prosesnya dan bisa  mempraktekkan di sekolah kepada para peserta didik. Melihat geliat pergerakan para guru dan staf kepegawaian yang rajin praktek membuat kain didampingi master yang ada di sekolah sendiri serta guru lain para pencari ilmu ecoprint dengan berbagai resepnya menjadikan euforia tersendiri yang positif di UPTD SMP Negeri 1 Bungursari. Semua menjadi aktif menanam dan berkarya sehingga tidak ada waktu terbuang sia-sia pada saat pandemi yang belum juga berahir sampai detik ini selain itu bisa bersikap lebih arif dalam kehidupan salah satunya dengan menjadikan sampah yang tadinya merupakan sesuata yang tidak berguna dan kotor menjadi sesuatu yang lebih berharga sehingga semuanya perlu adanya perencanaan, penerapan, evaluasi dan tindak lanjut.

 

Seluruh warga sekolah UPTD SMPN 1 Bungursari dituntut untuk belajar dan mempraktekkan ecoprint sehingga diharapkan mereka bisa dengan bangga memakai produk sendiri dan bahkan bagi mereka yang berkeinginan untuk ikut memajukan ekonomi daerah seperti yang dilontarkan Ambu Anne saat berjunjung untuk melihat proses pembuatannya langsung dalam penggalan wawancanya semua warga sekolah bisa membuat dan menjual hasil karyanya lewat koperasi sekolah yang akan disampaikan ke galeri menong setelah melalui quality control terlebih dahulu tentunya. Suasana sekolah menjadi lebih harmonis yang menjadikan sekolah sebagai tempat kerja ataupun belajar mengajar dijadikan sebagai rumah kedua sehingga hubungan kekeluargaan lebih terasa apalagi sekarang sudah mulai dilaksanakan pembelajaran yang berangsur normal kembali.

 

Dalam penerapannya materi Tatanen di Bale Atikan (TdBA) melalui Ecoprint sudah terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah terutama dipraktekkan ke dalam mata pelajaran Seni budaya dan Prakarya. Peserta didik diberikan pendidikan baik materi maupun prakteknya oleh guru-guru prakarya dan seni budaya yang didampingi guru lain yang sudah mahir. Semua fasilitas disiapkan oleh sekolah dengan pembiayaan bersama. Alat yang disiapkan adalah kain, ember, daun, kuas, tali rapia, plastik, gunting, paralon, dan kukusan. Sedangkan bahan-bahan yang harus disiapkan adalah tawas, detergen khusus, soda ash, tunjung, tawas, dan Zat Pewarna Alam (ZWA) diantaranya kayu/ bubuk secang, tinggi, akasia, myrobelan ataupun yang lainnya.

 

Dukungan pemerintahan daerah kabupaten Purwakarta yang disampaikan lewat sambutaannya saat berkunjung walaupun belum berupa MOU tapi sudah menumbuhkan rasa percaya diri semua warga sekolah untuk lebih giat lagi belajar dan berkarya agar menghasilkan karya terbaiknya sesuai dengan pangsa pasarnya. Hal yang harus dipikirkan ke depannya adalah bagaimana bisa memasarkan dan bersaing secara sehat di masyarakat luas. Misalnya saja dalam manageentnya dibuatkan wadah unit produksi yang berfungsi sebagai quality kontrol lalu bergabung dengan UMKM dalam pemasarannya.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post