Ida Nur Faozi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku Sibuk!!!

“Aku sibuk.”

Itulah kalimat yang selalu terngiang dalam pikiranku. Aku bukan sibuk menghitung uang. Aku bukan sibuk memikirkan hutang. Apalagi sibuk memikirkan urusan negara layaknya presiden yang sering diberitakan di televisi.

Eh, aku kan jarang melihat televisi. Cuma delapan jam listrik di rumahku menyala. Itu pun ketika aku sedang sibuk. Jadi mana mungkin aku bisa menonton televisi seperti orang lain??

Aku adalah seorang anak pemanen yang tinggal di lingkungan perkebunan sawit. Ibuku juga bekerja membantu ayahku di areal. Lingkungan di sini cukup sempit bagiku. Di afdelingku, kira-kira hanya ada 30 rumah. Itupun tidak terisi semua. Mau kemana-mana jauh.

“Sam, Sam, bangun. Lampu sudah menyala”. Terdengar suara ibu di telingaku membangunkanku dari tidurku ini. Ibu memang selalu membangunkanku ketika lampu sudah menyala sekitar jam 3 dini hari. Aku segera bangun karena aku tahu dua jam lagi listrik mati. Aku harus memanfaatkan waktu dua jam ini dengan baik.

Aku bangun lalu membereskan tempat tidur. Kulihat ibu sudah sibuk di dapur dengan kompor menyala, pisau di tangannya mengiris berbagai benda di depannya, dan harum masakan pun mulai tercium dari hidung ini.

Aku beranjak mengambil sapu, menyapu rumah ini yang cuma terdiri dari dua kamar. Aku membereskan semua peralatanku untuk sekolah nanti, menyiapkan buku, seragam, dan juga perlengkapan adikku yang masih duduk di kelas 1 SD. Tak lupa juga aku menyiapkan bekal untukku dan adikku yang biasa disebut bontot. Aku memang sudah biasa membawa bontot dari kelas 1 sampai sekarang aku sudah duduk di kelas 6. Selain disuruh Ibu, sekolahku juga mewajibkanku untuk membawa bontot setiap hari. Aku pun sadar, aku bukan anak orang kaya yang bisa dengan gampang meminta uang saku banyak kepada ibuku. Jadi ketika aku membawa bontot, setidaknya uang sakuku tidak akan habis dan bisa kutabung untuk kebutuhan masa depanku nantinya.

Kulihat ayahku di luar sedang menyapu halaman dan mengurus kebun sayur kecil kami. Ya, ayah menanam berbagai sayuran di samping dan belakang rumah. Mulai dari cabe, daun bawang, seledri, sawi, kangkung, terong, buncis, dan bayam. Ayah sangat telaten mengurus kebun sayurnya itu. Maklum, di sini harga sayur sangat mahal. Jadi dengan adanya kebun kecil ini setidaknya setiap hari ibu hanya tinggal membeli lauk seperti tahu, tempe, ikan asin, atau kadang-kadang ayam.

Jam dinding menunjukkan pukul 04:30. Kudengar suara azan di masjid afdeling kami. “Ah itu pak ustadz sudah adzan. Saatnya aku membangunkan adikku dan mandi”. Kulihat ayahku sudah mandi dan berangkat ke masjid. Ibu sudah selesai memasak dan sedang bersiap untuk pekerjaannya hari ini bersama Ayah.

Setengah jam berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukkan pukul 05:00. Listrik pun sudah mati. Terdengar suara kenteng “teng teng teng” dari tengah lapangan tempat para pekerja apel pagi. Ayah ibuku dengan semangat berangkat ke tengah lapangan.

Aku dan adikku juga berpamitan kepada mereka karena kami pun juga sudah harus berangkat ke halte untuk menunggu bus jemputan sekolah kami. Kami harus disiplin seperti ayah dan ibu karena telat sedikit saja aku dan adikku akan ketinggalan bus. Jika itu terjadi, aku tidak akan berangkat sekolah. Tidak ada yang mengantarkanku. Ayah dan ibu akan kecewa jika tahu hal itu sampai terjadi.

Sesampainya di halte, kami bertemu teman-teman lain. Tak lama kemudian bus yang disupiri oleh Om Rudi pun datang. Kami berangkat sekolah dengan semangat berharap bahwa aktivitasku ini kelak akan mengubah masa depanku menjadi lebih baik dan bisa membahagiakan orang tuaku.

Sesampainya di sekolah, aku sudah disambut oleh dua orang temanku yang menjadi polisi lingkungan yang sedang bertugas. Aku bersalaman dengan mereka kemudian masuk ke dalam kelas. Kuletakkan semua peralatanku, lalu ku ambil sapu dan mengerjakan tugas yang sudah diberikan wali kelasku setiap hari. Ya, setiap pagi kami harus membersihkan ruang kelas dan taman di sekolah kami. Setelah itu kami menyiram tanaman.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07:00. Listrik menyala. Waktunya sholat dhuha berjamaah di masjid. Setelah itu, kami berbaris rapi di depan kelas untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian kami makan bontot bersama wali kelas kami. Di saat inilah biasanya wali kelasku mengajak aku dan teman-temanku mengobrol tentang kegiatan kami di rumah. Bahkan tak jarang juga kami saling bertukar isi bontot.

Kegiatan belajar di sekolah berlangsung cukup cepat dan aku sangat menikmatinya seperti biasanya. Tak terasa sudah pukul 15:00. Listrik mati dan itu saatnya aku pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukkan pukul 15:45. Aku langsung mandi, ganti baju, sholat ashar dan mengantar adik mengaji di masjid. Adikku jadwal mengaji sore hari sementara aku malam hari. Setelah mengantar adik mengaji, aku membereskan rumah, memasak sebisanya untuk ayah ibu yang sebentar lagi pulang, dan mencoba membaca kembali buku pelajaranku tadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Listrik sudah menyala dan ayah ibuku sudah pulang. Ketika terdengar adzan maghrib, aku langsung bergegas pergi ke masjid. Aku di masjid sampai pukul 20:00. Setelah pulang dari masjid, aku mengerjakan PR kemudian melihat televisi sebentar lalu tidur. Listrik pun mati pukul 23:00 dan biasanya aku sudah tertidur. Aku tidak boleh tidur terlalu malam karena besoknya aku harus bangun pagi mengerjakan aktivitasku seperti biasanya.

Kalau hari Minggu atau libur sekolah, biasanya kugunakan waktu itu untuk pergi ke areal mencari jamur tangkos atau memancing di kali bersama ayah. Kadang-kadang kalau kali sedang bening airnya, aku berenang bersama teman-temanku.

Itulah kesibukanku. Itulah kehidupanku. Kesibukan dan kehidupan seorang anak pemanen yang tinggal di perkebunan sawit. Aku bukan orang kaya tetapi aku punya cita-cita. Apapun yang kulakukan ini semoga dapat mengantarkan aku menjadi orang sukses yang dapat membahagiakan orang tuaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerpennya keren. Alurnya runtut dan enak dibaca. Aku suka.

27 Jul
Balas

"Aku bukan orang kaya tetapi aku punya cita-cita." Ini prinsip yang hebat. Membangun.

27 Jul
Balas

Kereeeen Mamake!

27 Jul
Balas

Hihihihi

30 Jul
Balas



search

New Post