Idra Putri

Bertugas sebagai Guru di MTsN 1 KOTA PADANG sejak 2009 berasal dari nagari dingin Tanjung Bonai Lintau - Kabupaten Tanah Datar - Sumbar...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENCINTAI DALAM DIAM

Tantangan Menulis Ke-186

Sudah sering ku lihat Raysa kedapatan sedang memperhatikan Fajri yang merupakan siswa berprestasi di kelasku. Bahkan satu bulan terakhir Raysa terang - terangan meminta kepada Bu Ami agar dimasukan dalam kelompok yang sama. Jujur saja Aku cemburu dan sakit hati. Tapi apa boleh buat, Raysa jauh lebih cantik dariku. Meskipun otakku encer, namun tidak merubah keadaan bahwa Raysa bisa merebut perhatian Fajri, lelaki yang merupakan the crushku sejak duduk di kelas ini.

"Ray, ke kantin yuk", ajakku siang itu. Tapi Raysa masih betah di kelas karena Fajri juga sedang menulis bersama temannya.

"Kalau mau ngantin, pergi aja. Aku masih ada urusan', jawaban Raysa membuatku bingung,

Akupun berlalu karena memang cacing diperutku sudah pada demo. Sesampainya di kantin Aku memesan nasi goreng. Memang nasi goreng merupakan makanan terenak yang ku suka. Dua piring ludes. Untunglah tidak ada teman- teman yang lain. Kalau mereka tahu Aku menghabiskan dua piring nasi goreng dalam waktu dua puluh menit, barang kali ini bakal jadi trending topik seantero. Mungkin Aku bakal dijuluki cewek mungil tapi makan banyak.

Saat beranjak dari kantin, dari jauh Aku melihat Raysa berjalan beriringan dengan Fajri. Aku mencari lorong yang berbeda sehingga tidak berpapasan langsung dengan mereka. Jujur saja, Aku merasa cemburu melihat kedekatan mereka.

Sesampainya di kelas, Aku mulai tenggelam dengan novel yang biasa menghiasi waktu senggangku. Bel tanda masuk pun berbunyi. Semua siswa sudah duduk diposisi masing- masing, hanya Raysa dan Fajri saja yang belum muncul. Aku hanya diam saat Bu Ami menanyakan keberadaan mereka.

Pelajaranpun dimulai, Bu Ami sudah menginstruksikan kami untuk duduk di kelompok masing- masing. Aku hanya duduk bersama Fifah karena hanya dia anggota kelompok yang ada. Sementara Raysa dan Fajri tidak muncul- muncul.

Satu jam berlalu. Raysa dan Fajri masih belum muncul. Aku was- was kalau mereka merencanakan bolos belajar.

"Hana, silahkan panggil Raysa dan Fajri. Suruh mereka segera masuk, jangan suka bolos belajar", bu Ami menyuruhku mencari mereka.

Aku pun keluar kelas menuju kantin. Alangkah terkejutnya Aku melihat pemandangan di sana. Raysa duduk di lantai sambil menangis sementara Fajri hanya diam sambil memegang cangkir makanannya.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post