MENCINTAI DALAM DIAM
Tantangan Menulis Ke-187
Suasana kantin sepi, mungjkin karena sudah jafwal murid masuk kelas. Raysa masih betah melantai. Aku lihat Fajri menyuruhnya tetap duduk dan makan di lantai.
Hahaha..Fajri masih tertawa sambil memandang remeh Raysa.
"Ayo kamu kan sudah ungkapkan perasaan padaku. Aku akan menerimamu kalau patuh dengan perintahku", Aku kaget dengan suara Fajri yang tidak bersahabat dan terkesan meremehkan.
Fajri menyuruh Raysa makan sambil duduk di lantai. Meskipun pakai karpet plastik tapi tidak pantas duduk melantai sementara ada meja dan kursi yang disediakan untuk pembeli.
Fajri masih betah menghardik Raysa. Bahkan roknya sudah kotor karena debu lantai
"Aku tidak suka cewek cengeng. Cantik- cantik tapi cengeng, apalagi centil dan suka tebar pesona", kalimat pedas Fajri membuat Raysa terisak bahkan tersedu- sedu. Aku cukup paham rasa sakit yang diderita Raysa. Namun rasa cinta membutakan hatinya. Padahal wajahnya cantik, bahkan cowok- cowok banyak yang mengidolakannya. Banyak yang patah hati karena Raysa memilih dekat dengan Fajri.
Aku tidak suka sikap kasar Fajri. Bagaimanapun Raysa tetap teman kelasku. Setiap perempuan yang sedang jatuh cinta akan melakukan apapun asalkan perasaanya berbalas.
Dari jauh Aku tetap amati tingkah mereka berdua, bahkan saat pelayan kantin membereskan meja, Raysa masih terisak. Fadli berpura- pura menjatuhkan sendoknya.
"Raysa, kenapa duduk dibawah. Ayo ke kelas. Bu Ami mencari kalian", Aku pun enggan menoleh kepada Fajri yang terkesan angkuh. Keduanya cukup terkejut dengan kedatanganku. Bahkan Fajri langsung membayar makanan ke kasir dan berlalu. Raysa ku sarankan segera mencuci wajah sebelum ke kelas.
Sesampainya di kelas, teman- teman masih asyik berdiskusi seperti instruksi Bu Ami. Aku langsung menjelaskan tugas kepada Raysa dan Fajri. Kamipun berdiskusi namun tatapan Fajri mulai tidak bersahabat kepada Raysa. Sementara Raysa berusaha tersenyum seolah- olah tidak terjadi apapun, malah Fajri beberapa kali kepergok sedang memperhatikanku. Aku mencoba bersikap biasa saja agar tidak menimbulkan persoalan baru.
Saat bel pulang berbunyi, Aku yang dapat jatah piket kelas melakulan tugas seperti biasa. Airin dan Anita juga ikut membantu. Saat semuanya sudah selesai, tiba- tiba di luar kelas Fajri masih duduk sambil membaca buku. Aku agak gugup setelah beberapa kali pandanganku bertemu mata hazelnya.
Aku mencoba bersikap biasa. Namun panggilan Fajri membuat langkahku berhenti.
"Apa sebegitu tercuekinnya penantian seorang teman ?", kalimat Fajri membuatku membatu. Mungkinkah itu ditujukan padaku. Jelas- jelas selama ini Aku yang terlalu berharap padanya, kenapa hari ini seolah- olah Aku cuekin dia. Apakah ini salah satu caranya agar Aku melupakan kejadian di kantin.
Aku terus melangkah, keheningan menyapa. Aku berusaha melupakan semuanya. Keesokan harinya saat belajar, Fajri memilih duduk di depan arah ke dinding sejajar dengan kursiku, namun dia sering menyandar ke dinding sehingga Aku bisa tahu kalau dia sering memperhatikan gerak gerikku. Bahkan beberapa kali pandangan kami bertemu. Dia tersenyum ke arahku. Aku berusaha bersikap cuek karena Raysa duduk di sampingku.
Bahkan saat pulang sekolah Fajri masih melakukan hal yang sama. Menunggu dan menyindirku dengan beberapa kalimat. Aku berusaha tenang, bagaimanapun Fajri orang yang ku suka. Meskipun temanku Raysa juga mengidolakannya namun tidak ada niatku untuk merebut perhatiannya. Biarlah rasa ini ku simpan dan pendam sendiri sampai saatnya tiba.
Tamat
Padang, 29 Oktober 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ceritanya bun Idra. Lanjut berkarya bun...
Luar biasa mantap ceritanya bu id sukses selalu