Ihah Parihah

Lahir di Kuningan Jawa Barat tanggal 26 Juli, Ihah Parihah bercita cita menjadi penulis sejak kecil. Putri ke tiga dari ayah KH. Imam Nawawi dan Ibu Tit...

Selengkapnya
Navigasi Web

KEPADA PARA SUAMI YANG ISTRINYA DOYAN NULIS, BERBAHAGIALAH.

Tantangan hari Ke 3

#TantanganGurusiana

KEPADA PARA SUAMI YANG ISTRINYA DOYAN NULIS, BERBAHAGIALAH.

Tulisan ini dibuat di tengah hiruk pikuk tantangangan Gurusian untuk 30 hari menulis tanpa henti. Melatih konsistensi dan disiplin. Hari pertama dan ke dua lolos dengan feature perjalanan. Hari ke tiga sudah menyiapkan tema yang sama tapi idenya mentok. Jadi simpan dulu. Kemudian memutuskan untuk keluar tema sebentar, curhat dan menulis suka-suka.

Saya berada di kelas menulis online yang diasuh Master Eka Wardana. Segala ketentuan menulis dipatuhi tanpa protes. Seperti bagaimana membuat judul yang unik, tidak klise, tidak lewah, dan jangan lebih dari enam kata. Kali ini saya langgar, maaf ya Master. Dari semua pesan Master yang saya tangkap di kelas, yang paling diingat adalah “Menulislah dengan riang”. Jadi sekaranglah saatnya, menulis suka-suka apapun yang ada di kepala.

Mempunyai kegemaran menulis bukan perkara mudah bagi ibu rumah tangga dan pekerja seperti saya. Harus pintar membagi waktu antara tugas pokok dan waktu menulis. Ada saja gangguan datang saat ide menulis sudah di ubun-ubun dan datang tiba-tiba. Kadang sedang asik cuci piring, inspirasi muncul diantara busa sabun. Saat seperti ini dilemma, antara meneruskan cuci piring dulu, atau buka laptop langsung tulis. Keseringan menyelesaikan dulu mencuci, lalu ketika selesai, idenya terbang entah ke mana. Pernah juga satu ketika, ide menulis datang saat tengah mengendarai motor. Jadi harus menepi dulu di tempat teduh, buka ponsel dan tulis di note. Daripada nanti hilang lagi, susah mencarinya.

Kondisi lainnya ketika inspirasi datang berbondong-bondong tanpa bisa ditahan, maka pulang kerja bisa berjam-jam depan laptop. Belum lagi saat dikejar tenggat waktu mengirim tugas menulis, kadang sampai lupa makan, lupa minum, lupa mandi, tapi tidak sampai lupa bernapas. Sering mendapat protes suami karena seharian harus lihat istrinya dasteran, berkacamata tebal dan duduk di sudut ruangan depan laptop. Bahkan tidur malam bisa sambil peluk laptop, takut tiba-tiba kebangun tengah malam lalu dapat ide, kan tidak usah ribet nyari laptop lagi. Maafkan saja jika rumah jadi kurang terurus. Masakan sering gosong, perhatian berkurang karena lebih sering pegang ponsel daripada pegang tangannya.

Ketahuilah, dibalik semua kehebohan ibu-ibu doyan nulis, kelak karyanya akan bersinar menerangi jagat raya. Hal positif lainnya, perempuan yang doyan menulis keinginan belanjanya berkurang. Ini serius, terjadi pada saya. Jika sebelumnya setiap akhir pekan harus jalan-jalan refreshing, sekarang lebih betah di rumah. Seperti hilang bayangan jalan-jalan ke mall, belanja pakaian, tas, sepatu dan lainnya. Lebih bersemangat pergi ke acara seminar dan majlis ilmu lainnya. Pergi ke manapun tidak terfikir untuk beli oleh-oleh berlebih, sepanjang jalan merangkum semua kejadian untuk dijadikan tulisan. Bukankan itu membahagiakan? Jika uang jajannya dikumpulkan untuk biaya cetak buku, atau untuk daftar seminar. Itulah alasan mengapa para suami harus bahagia jika istrinya doyan nulis.

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget tulisannya Buk...

17 Jan
Balas

Wah, saya masih pemula dan sedang belajar. Terima kasih apresiasinya Bun.

17 Jan



search

New Post