Iin Nuraini

SEORANG GURU KELAS DI KOTA SOLO...

Selengkapnya
Navigasi Web
ANAKKU SERUPA PUISI

ANAKKU SERUPA PUISI

Anakku serupa puisi. Puisi adalah kata-kata yang mahal makna. Aksara yang musti dirangkai betul sampai si pembaca paham maknanya. Puisi yang lepas dari hujatan, kecaman dan olokan. Bukan prosa. Sebab ribuan kata musti dibaca dan dicerna. Cukup puisi, singkat padat makna. Serupa anak-anak yang sederhana memainkan kata tanya pada ibunya. Yang lugas dengan cara berpikirnya. Yang rindu pada setiap teguran manis ibunya. Anak serupa puisi. Yang perlu dibaca dan dipahami maknanya. Bukan sebuah kamus yang berisi petunjuk arti kata.

Saya terpaksa jadi melankolis. Setelah tugas keluar kota yang membuat seorang ibu dilema akut. Bagaimana mungkin, saya meninggalkan anak kecil yang masih mempunyai ketergantungan pada ASI (Air Susu Ibu). Sekelebat saya langsung memutuskan untuk urungkan niat berangkat Diklat ke Malang. Duh Gusti, ini seperti persoalan negara rupanya. Untuk seorang ibu, saya yakin tidak semudah itu. Namun, dorongan dari teman-teman kerja membuat saya bangkit kembali untuk semangat belajar.

Saya susun strategi. Langkah-langkah birokrasi yang musti saya lampaui. Pertama, ijin Kepala Sekolah, karena saya baru saja mutasi ke sekolah yang baru di tahun ajaran ini. Kedua, suami selaku pemimpin keluarga, dan ketiga yaitu eyang putri yang selalu menemani anak saya di rumah. H-2 keberangkatan, saya baru mendapatkan ACC dari Kepala Sekolah dan suami. Dan yang paling mendebarkan adalah mendapatkan ijin dari eyang putri yang notabene pengasuh anak saya selama saya bekerja. Keputusan Tuhan tak pernah salah. Akhirnya sehari sebelum keberangkatan semua birokrasi sudah saya lalui dengan status “yes”.

Saya berangkat dengan membawa ribuan memori tingkah lucu dan kenakalannya. Dalam perjalanan di kereta, saya mendendangkan musikalisasi puisi ciptaan Penyair Solo Sosiawan Leak, “Anak....anakku seperti puisi. Dirangkai dari kata yang dikawin makna. Dirangkum dengan sebuah tembang kehidupan. Hingga menjelma irama kangen...irama kangen. Yang tak pernah rampung kudendangkan”. Sekalipun dalam lelapnya, rentetan aksara ubahnya jadi puisi.

( Malang, 14 Agustus 2017)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kerennn...

14 Aug
Balas

makasih bu dati....

14 Aug

Top bu. Tulisannya mengundang rindu

14 Aug
Balas

mksh pak yudha....anak2 memang mengundang rindu

14 Aug

sip....salam kenal bu dari bangkalan

14 Aug
Balas

makasih pak...slm hangat dari solo

14 Aug

Titip jejak di tulisan bagus.

14 Aug
Balas

siaap.....mksh bu Diana

14 Aug

mantap....jadi terharu...kata-katanya penuh makna...

14 Aug
Balas

Mksh bu hafni.....inspirasi dr anak ku soale heheh

14 Aug



search

New Post