IIS MAISAH

Mengajar di SMP Negeri 2 Katapang Kab Bandung...

Selengkapnya
Navigasi Web
Difabel: Jangan Istimewakan Aku

Difabel: Jangan Istimewakan Aku

Difabel : Jangan Istimewakan Aku

Difabel, mungkin kata itu masih terdengar kurang populer di telinga kita, tapi kalau kita mendengar kata penyandang cacat pasti tidak akan asing lagi. Difabel adalah bahasa halus dari kata penyandang cacat, yang berasal dari kata “Disability” yang berarti keterbatasan fisik/mental yang mengacu pada kererbatasan fisik maupun mental, semua orang tentu ingin terlahir sempurna tetapi kadang takdir harus berkata lain dan seseorang harus terlahir dengan keterbatasan fisik yang tidak sempurna. Terlahir sebagai seorang difabel tidaklah mudah karena selain harus menjalani hidup yang penuh keterbatasan, pandangan masyarakat pada umumnya bersifat skeptis, membuat orang difabel termasuk golongan ketiga dalam tatanan masyarakat. Namun ditengah semua itu ada beberapa orang difabel yang mampu membuktikan bahwa mereka mampu berprestasi sama dengan orang yang terlahir normal dan bahkan kadang melebihi orang normal.

Tresna nama panggilannya, dia baru masuk sekolah di SMP Negeri 2 Katapang tahun pelajaran 2018-2019. Tresna adalah satu-satunya siswi yang masuk ke sekolah tersebut yang kebetulan memiliki keterbatasan fisik sejak lahir, dia duduk di kelas 7 berbaur dengan siswa yang lain tanpa merasa canggung ataupun merasa rendah diri. Berangkat ke sekolah dengan menggunakan kursi roda diantar jemput oleh ibunya. Ketika belajar di kelas dia tidak mau memakai kursi roda, dia duduk paling depan di kursi seperti yang lainnya. Anaknya cantik, manis dan pemberani, dikelas aktif banyak bertanya tidak kalah dengan yang lainnya. Teman yang lain juga memperlakukan dengan baik tak seorangpun yang memperlihatkan rasa iba atau kasihan, mereka bermain, dan ngobrol seperti dengan teman yang lainnya. Tresna pun meminta pada teman-temannya jangan perlakukan saya seperti orang yang istimewa, sama saja seperti orang lain. Tresna merasa senang berada di kelasnya, dia mengatakan “Teman-temannya baik-baik terutama guru-guru memperlakukannya dengan baik tidak ada yang diistimewakan semua sama, saya justru tidak mau kalau teman dan guru saya mengistimewakan saya, sama saja dengan yang normal ya Bu.” Ucapan tersebut membuat hati saya tersentuh Subhanallah... Allah memberikan kekurangan fisik tetapi memberikan kelebihan yang jauh lebih besar dari orang normal.

Ketika saya mengajar bahasa Indonesia di kelas tersebut, saya mengulas tentang kegiatan pembiasaan yang dilakukan setiap pagi di lapangan yaitu menampilkan literasi buku yang telah dibaca kemudian di review di depan, dia dengan senangnya mengangkat tangan dan menanyakan “Bu boleh tidak kalau saya ke depan ingin mereview buku dongeng saya?” mendengar dia bertanya seperti itu, siapa guru yang akan menolak? Dengan senangnya saya menyemangati dia, walaupun teman yang lainnya merasa heran dan diam sejenak, kemudiaan saya beri dukungan kepada semua siswa yang ada di kelas, supaya berani seperti dia.

Kamis 09 Agustus 2018 Tresna tampil di tengah lapangan disaksikan oleh ratusan siswa kelas 7 dan kelas 9 mulai dari memperkenalkan diri, lalu menyanpaikan review bukunya sampai penutup, semua siswa tertuju padanya dengan penuh penasaran. Penampilan yang begitu tenang dan penuh percaya diri, sehingga tepuk tangan dari semua siswa yang mendengarkannya membuat dia merasa yakin bahwa walaupun memiliki keterbatasan dia mampu tampil dengan baik, tanggapan dan semangat dari temannya memotivasi dia harus terus berjuang buktikan bahwa dia pasti bisa. Ini merupakan hal yang pertama terjadi di sekolah kami. Tak salah jika pemerintah mewajibkan sekolah umum harus mempasilitasi siswa yang mempunyai keterbatasan baik fisik maupun mental, selain untuk menyetarakan persamaan hak dan derajat, juga terbinanya karakter manusia sejati yang saling menolong, dan menghargai antarsesama dan ciptakan dunia yang ramah bagi semua orang.

Hasil kegiatan pembiasaan tersebut, saya mencoba menanyakan perasaan dia bagaimana rasanya tampil di depan, dengan bangga dia berkata” Ibu saya senang sekali, tadinya saya merasa takut diketawain, takut di ejek, pokoknya perasaan tidak menentu. Tetapi sudah ke depan hati saya merasa lega, senang dan ingin lagi ke depan” dengan wajah polos dia tertawa dengan gerakan yang lucu membuat gemas yang melihatnya. Jangan takut untuk mencoba, hilangkan ketakutan yang ada pada diri kita, karena ketakutan akan membuat diri kita sulit untuk bergerak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Amiiin, bu dia perlu dikembangkan masukan ke literasi.

09 Aug
Balas

Siiiap ... sm2 kita bimbing ya.

09 Aug

Terima kasih ayo bu Ema aku jg termotivasi oleh bu diah.....sy coba2

09 Aug
Balas

Subhanallah ... pembelajaran utk kita yg terlahir tanpa kekurangan. Jgn lupa sll bersyukur pada-Nya.

09 Aug
Balas

Sangat menginspirasi...saya suka

28 Aug
Balas

Terima kasih pak!

03 Sep

Tulisannya bagus, sangat menginspirasi

09 Aug
Balas



search

New Post