Iis Nuraeni, M.Pd

Kepala SMPN 12 Kota Cirebon ...

Selengkapnya
Navigasi Web

GURU DI TENGAH HIMPITAN "GADGET" DAN INTERNET

Dalam dua dekade terakhir ini, arus teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat cepat. Kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi membuat banyak orang menikmati kemudahan dalam segala hal. Kemudahan mengases informasi secara global bisa dijangkau hanya melalui gadget dan internet. Hanya dengan satu kali “klik” tombol dalam genggaman, setiap orang mampu menjelajah ke “dunia” manapun yang diingikannya.

Tentu saja arus revolusi informasi ini menimbulkan efek mendua yaitu efek negatif dan positif atau efek hambatan serta peluang. Jika tidak disikapi dengan bijak dan kehati-hatian, efek negatif akan dapat mendominasi serta mengendalikan hal positif yang terdapat di dalamnya.

Kewaspadaan dan sikap bijak terhadap gempuran arus globalisasi komunikasi inilah yang sejatinya diwaspadai oleh dunia pendidikan. Kemajuan bidang komunikasi membutuhkan perhatian serius insan di dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan adalah sarana paling efektif yang dapat mencegah makin menguatnya efek negatif akibat tidak adanya filter terhadap arus informasi yang sangat terbuka.

Menyikapi hal tersebut, guru sebagai aktor utama dalam mendidik para murid tentu memiliki tantangan yang teramat berat. Guru ibarat berada di tengah himpitan gadget dan internet. Betapa tidak, para murid saat ini (bahkan mungkin juga orang dewasanya) sangat “kecanduan” terhadap gadget. Dunia ini terasa gelap gulita tanpa menggenggam gadget dan internet.

Dalam pandangan para murid, sangat mungkin kehadiran gadget lebih berarti ketimbang kehadiran guru di kelas. Hal ini bisa dibuktikan dengan masih banyaknya murid yang sembunyi-sembunyi memainkan gadget saat pembelajaran berlangsung. Bagi mereka mungkin lebih menarik on-line dan chatting dari pada mendengarkan ceramah para gurunya.

Belum lagi penggunaan media sosial oleh para murid yang kadang kala tidak diperlakukan dengan bijak. Mereka tidak menyadari kejahatan dunia maya (cyber crime) sedang mengintai keberadaan mereka. Kejahatan di dunia maya yang bisa kapan pun menjadikan mereka salah satu korbannya. Tentu sudah banyak contoh kasus pelajar yang menjadi korban kejahatan di dunia maya ini. Ada yang menjadi korban para kriminal, psikopat, maupun korban penipuan finansial. Mereka bahkan tak menyadarinya dan abai terhadap berbagai contoh kasus yang terjadi.

Munculnya media komunikasi yang tidak hanya berbasis pesan (audio) ini juga menjadi candu bagi para murid.. Terlebih lagi sebuah aplikasi komunikasi yang dilengkapi dengan media audio visual sangat memanjakan mereka dengan fitur-fiturnya. Tak sedikit para murid kita yang memperlihatkan gambar (amoral), yang menurut mereka merupakan sesuatu yang trendi. Video/gambar bulllying (perundungan), sejumlah foto tak pantas, maupun gambar/video perkelahian pelajar menjadi sebuah trend mengerikan yang terjadi saat ini.

Ironisnya, hal-hal tersebut bahkan bisa terjadi berulang meski sering kali juga para murid diingatkan dengan teguran bahkan sanksi yang cukup keras oleh pihak sekolah. Pelarangan menggunakan telepon genggam “canggih” pun bahkan kadang-kadang tak dihiraukan. Orang tua ada yang tetap memaksakan anak-anaknya membawa telepon “canggih” itu ke sekolah dengan berbagai alasan. Dan tentu saja si anak pun dengan senang hati membawanya.

Lewat salah satu aplikasi yang paling digandrungi, para pelajar hari ini berlomba-lomba mempertontonkan foto-foto mereka yang paling bergengsi. Sebuah aplikasi komunikasi tanpa batas akan membawa mereka pada dunia yang lebih bebas dan liar. Di sana, mereka akan berteman dengan para tokoh idolanya. Bahkan, mereka menjadikan sang tokoh idola yang entah ada di mana, sebagai kiblat dalam tindak-tanduknya.

Melalui gadget dan internet, komunikasi antarmurid dapat terjalin dengan rahasia. Ketika obrolan dunia maya antarmurid tanpa ada campur orang tua dan guru, maka sangat riskan mereka akan bertindak sesuai dengan nafsu jiwa muda. Nafsu jiwa muda cenderung tanpa pertimbangan akal yang tentunya bisa mengakibatkan dampak negatif bagi diri mereka.

Semua contoh kasus yang dipaparkan di atas adalah problema yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini semua akan menjadi tantangan terbesar bagi para guru saat ini. Di tengah tuntutan keteladanan dari guru untuk menguatkan karakter para murid, ledakan yang ditimbulkan oleh serbuan revolusi dunia informasi dan komunikasi tentu saja harus diantisipasi.

Semuanya berpulang kepada guru sebagai ujung tombak pembangun insan cendekia. Di mana pun dan kapan pun seorang guru harus lebih pintar daripada muridnya, tidak hanya dalam konteks pedagogik akan tetapi juga harus update dalam segala bidang. Guru adalah tempat berpijak para murid, jika guru tidak ada ghirah untuk meningkatkan potensi dirinya, sudah pasti guru akan kalah dari tingkat keilmuan muridnya.

Sumber belajar yang saat ini sudah bertebaran di dunia maya setiap detik sudah seharusnya digali lebih mendalam oleh seorang guru. Guru yang gaptek (gagap teknologi) akan seringkali dianggap rendah kredibilitasnya di hadapan para murid. Pada guru seperti itu, murid cenderung bersikap underestimate, seolah-olah guru adalah orang dungu di tengah dunia canggih yang sedang berevolusi.

Lalu bagaimana guru akan mengetahui apa yang dilakukan anak didiknya jika ia pun tak mengerti aplikasi modern pada gadget atau pun mengoperasikan internet? Guru perlu belajar serius agar mampu menggunakan aplikasi pada gadget dan mengoperasikan perangkat teknologi informasi di hadapan para muridnya.

Tak ada salahnya ketika murid memiliki akun di media sosial, guru juga memilikinya, bahkan bisa juga saling berteman. Selain sebagai wadah untuk belajar, media komunikasi, dan penyebaran informasi, keberadaan guru dalam wadah tersebut akan berfungsi sebagai pengawas aktivitas siswa ketika berselancar di dunia maya. Cara tersebut adalah salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi kepungan kecanggihan teknologi.

Uraian di atas merupakan gambaran berbagai fenomena tantangan guru di tengah himpitan gadget dan internet saat ini. Oleh karena itu, sejatinya para guru senantiasa terus-menerus menjadi insan pembelajar. Guru boleh produk “jadul”, tapi kapasitas keilmuannya tidak boleh kalah dengan persaingan zaman di abad modern. Guru harus mampu menjadi teladan dalam penguatan karakter. Guru pun harus menjadi perisai terhadap arus informasi global yang akan terus menghimpit para murid di tengah agresifnya dinamika peradaban zaman.

SELAMAT HARI GURU NASIONAL, 25 NOVEMBER 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah bu...saya juga sampai kecanduan dengan fb...namun brapa kali fb saya disalahgunakan....akhirnya tuk saat ini sy tutup akan fb saya...beberapa hari seperti kehilangan belah jiwa...namun seiring waktu saya bisa tdk menggunakan fb.....kadang kita mrasa malu ketinggalan jauh tentang IT dg anak2...tp selama kita mau belajar..belajar dan belajar saya yakin bisa ya bu

24 Nov
Balas

Wah bu...saya juga sampai kecanduan dengan fb...namun brapa kali fb saya disalahgunakan....akhirnya tuk saat ini sy tutup akan fb saya...beberapa hari seperti kehilangan belah jiwa...namun seiring waktu saya bisa tdk menggunakan fb.....kadang kita mrasa malu ketinggalan jauh tentang IT dg anak2...tp selama kita mau belajar..belajar dan belajar saya yakin bisa ya bu

24 Nov
Balas



search

New Post