Iis Nuraeni, M.Pd

Kepala SMPN 12 Kota Cirebon ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU JUGA PUNYA HATI

GURU JUGA PUNYA HATI

Guru juga manusia, punya rasa punya hati

Jangan samakan dengan pisau belati...

Tulisan di atas adalah adaptasi kutipan lirik lagu grup band rock tahun 90-an yang sangat terkenal. Menilik kalimat pada syairnya, ternyata masih sangat sesuai dengan kondisi kekinian yang dialami guru.

Apakah tulisan ini merupakan refleksi guru “baper”? jawabannya tentu saja iya, sebab fakta dan realita pendidikan saat ini masih belum berpihak kepada guru, ini artinya guru boleh terus menjadi “baper”.

Guru menjadi pribadi yang tak boleh salah. Guru jangan datang terlambat di sekolah atau di ruang kelas, guru jangan kikir apresiasi, guru jangan mudah memvonis anak yang melakukan kesalahan, guru jangan pilih kasih, guru jangan terlihat kurang pintar.Guru dituntut untuk menjadi pribadi terbaik dihadapan siswanya. Ia harus memenuhi semua harapan siswa tentang banyak hal, pengetahuan, kebijaksanaan, kedisiplinan, penampilan, keberanian, kreatifitas, sampai dengan kemampuan berpikir kritis harus terlahir dari guru.

Disamping mengajar, guru harus mengerjakan setumpuk tugas administrasi, guru harus berulang-ulang mengumpulkan berkas pencairan sertifikasi, guru harus “up-date” pengetahuan dengan berbagai diklat yang mengikat dan syarat-syarat yang menjadi tuntutan kenaikan pangkat. Guru harus siap selalu menjadi “superman” atau “super woman” yang dituntut dapat memenuhi semua tugas profesional, paedagogik, sosial, dan kepribadian yang dibebankan kepadanya.

Di sisi lain, tingginya tuntutan dan ekspektasi kepada para guru tidak dibarengi dengan apresiasi dan penghargaan yang baik. Penghargaan berupa sertifikasi yang konon sebagai salah satu realisasi penghargaan pemerintah kepada “pahlawan bertanda jasa” ini pun harus melewati berbagai tuntutan birokrasi dan administrasi yang cukup memeras keringat. Belum lagi proses pencairan tunjangan yang sering kali terlambat, membuat guru menanti dalam mimpi dan ketidakpastian.

Pada hakekatnya guru adalah manusia biasa, memiliki sisi kelemahan dan kelebihan. Guru tidak mungkin bisa memenuhi tuntutan dan ekspektasi terlalu tinggi, jika keberadaannya saja masih dalam “tanda tanya” kualitas dan profesi. Adalah benar guru merupakan tombak keberhasilan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi bukan berarti semua tuntutan dibebankan kepada guru. Guru juga mempunyai hati yang bisa “baper” jika terus tersakiti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren Cikgu. tulisan yang mantab dan reflektif.

23 Oct
Balas

makasih apresiasinya pa begawan

24 Oct

Mantap Teh Is! Guru setegar karang! Hii baper yg melambung? Tulisan keren!

23 Oct
Balas

makasih bu guru

24 Oct

Bedae apa guru baper sama guru lemper? Hehe

23 Oct
Balas

guru baper isinya hati, guru lemper isinya ayam

24 Oct



search

New Post