Gelegar guntur seakan beradu dengan deru kendaraan yang berpacu. Saling berebut untuk paling cepat sampai ke tujuan. Guyuran hujan deras bagai tirai kelabu yang susah tersibak. Netraku sudah pedih, memindai jalanan yang berhias air lumpur. Hingga sekelabat bayangmu menyusup, memanggil pilu yang selama ini menepi direlung kalbu.

Geliat kenangan menyakitkan seakan meraja. Satu persatu bagai kaledioskop berputar dengan jelas menghadirkan jejak-jejak kelam masa lalu. Tentang mimpi yang berakhir, penghianatan dan kebodohan hati ini yang tadinya mengira dirimu adalah cinta sejati.

Purnama berganti, lembaran kehidupan baru terisi dengan kisah-kisah yang tak terduga. Perjalanan telah membawa kita dipersimpangan. Langkah kita tak lagi bersama, dan waktu akan terus berlari. Hembusan sang bayu yang menggelitik dengan wangi sedap malam membingkai imajinasi. Ada setangkup harapan baru akan masa depan. Tersenyum melirik seraut wajah tampan yang sedang terlelap tenang. Dialah cinta yang dihalalkan untuk menemani hari-hariku. Masa depanku indah tanpa hadirmu dan sirnalah bayanganmu yang seperti hantu masa lalu.