DOA (Pentigraf 141)

Oleh Ketut Widiastawa

T634#H12

Ayu tak bisa melupakan kejadian semalam. Dari sudut-sudut bukit matanya meleleh deras butiran kristal bening. Entah apa yang kini menjadi beban dalam pikirannya. Yang jelas peristiwa malam kelabu itu tak bergeser dari ingatannya. Berapa lembar tisu sudah jadi korban untuk mengeringkan netranya. Tak sanggup rasanya dia menghadapi cobaan hidup sedemikian kejam. Tiada dapat juga dia menghindar dari kejaran gosip yang membelengu dirinya.

Semua peristiwa kelam itu hanya bisa dia adukan pada Sang Maha Tunggal. Kepercayaan dirinya jatuh terperosok ke jurang maha dalam. Tak mampu dia bangkit terlebih menatap masa depannya yang suram. Ayu hanya bisa pasrah. Pikirannya galau. Namun, kesepian tetap menggetarkan tubuhnya.

Malam ini, Ayu membawa perlengkapan persembahyangan. Tujuannya hanya satu yaitu menuju pura Taman Alit. Sebuah pura yang ada di tempat tinggalnya. Kesedihannya akan diadukan di tempat suci itu. Gerimis senja mengantarkannya menuju pelataran pura . Cahaya bulan purnama menyapu setiap tetes gerimis yang jatuh di wajahnya. Suara gemericik air di kolam yang mengelilingi areal pura seakan menyambut kehadirannya. Ikan warna-warni yang meliuk-liuk di tengah kolam seakan memberi isyarat bahwa kesedihan Ayu cukup hari ini saja. "Berikan aku kekuatan untuk hadapi penderitaan yang engkau ciptakan ini Ya, Tuhan!" Bisikku dalam doa.

TAMAT

Bangli, 1 Oktober 2022