Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengunjungi beberapa Kota Besar di Indonesia. Tak seperti kota lain yang pernah saya kunjungi, hati saya merasakan kenyamanan yang beda di kota ini.

Kadang rezeki itu datang setelah keikhlasan. Kalau bukan rezeki dari Allah saya tidak akan menginjakkan kaki di tanah kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuwono. Harusnya bukan saya yang mendampingi atlet karate pada O2SN Nasional kali ini, tapi karena orang yang ditunjuk tidak bisa berangkat maka saya yang menggantikan. Secara, atlet karate putrinya adalah anak didik dan anak latih saya.

Waktu senggang kegiatan, saya menyempatkan berkunjung ketempat keluarga yang merantau kesini. Beliau adalah mamak (baca;paman) saya. Biasa saya panggil Mak Ndi. Beliau memiliki usaha rumah makan Padang di jalan raya Bantulan, Kramat, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman dengan merek Rumah Makan Chaniago. Rindu akan masakan rumah terobati sesampainya saya disini. Beberapa hari lidah saya disuguhi kecap dan saus membuat rasa kangen lado goreang begitu memuncak. Sehingga rasa malupun tak saya hiraukan ketika menyanduak samba ke piriang. Alhamdulillah salero lapeh, perut kenyang. Terimakasih Mak Ndi.

Rasa haru yang luar biasa ketika bertemu keluarga di perantauan. Kenangan-kenangan dimasa silam melintas di ingatan. Gelak tawa mengiringi cerita pada sore itu.

"Alah banyak daerah nan Mak Ndi kunjungi, ndak do nan sanyaman disiko dah," ungkap beliau disela-sela cerita kami.

Masyarakat disiko ramah, peduli, ndak kasasamo urang jawa se dah, ka pendatangpun takah tu juo. Jadi disiko raso iduik di kampuang wak se." Lanjut Mak Ndi menerangkan.

Apa yang diungkapkan Mak Ndi sejalan dengan apa yang saya rasakan. Kota ini memang istimewa.

Bersambung...

IkhlasRizkiya Cerita terpendam tentang Kota Istimewa

Padang Besi, 10 Rabi'ul Akhir 1440 H/ 16 Januari 2019