Ikhlas Rizkiya

Saya Ikhlas Rizkiya, seorang guru PJOK yang ingin juga ikut dunia gemerlap tulis menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMANG ISTIMEWA (2)

Sayang sekali saya tidak bisa berlama-lama di Godean. Biarlah saya tahankan hasrat untuk makan kedua kali di Rumah Makan Chaniago untuk beberapa waktu yang tidak ditentukan. Kekecewaan Mak Ndi terlihat dari wajah beliau ketika saya mohon izin pamit.

"Ndee, baa kok sabanta sae. Mak Ndi nio, main-main wak gak sahari di Jogja ko lu. Lalok dirumah Mak Ndi gai lu." Keluh beliau.

"Itulah Mak Ndi, wakatu sampik bana. Iko kasinggah lo ka tampek adiak urang rumah di Tridadi." Kilah saya.

"A jadilah, bia Mak Ndi antaan kasinan. Lai ndak jauah gai dah tu." Beliau menawarkan untuk mengantar saya.

Tak mau beliau kecewa dua kali, saya bersedia diantar ke Tridadi. Semoga Allah membalas kebaikan beliau.

Malu rasanya jika sudah sampai di Jogja tapi tidak mengunjungi keluarga yang ada disini. Apalagi mereka mengetahui keberadaan kita. Saya pikir jarak Godean Tridadi seperti Padang Besi ke Bandar Buat, eh, ternyata jaaauh.

Ngapain ke Tridadi? adik ipar saya merantau disini. Lama tak bertemu setelah dia menikah. Dia adik pertama dari istri saya. Istilah di Minang dia adalah mak rumah bagi saya.

Saya salut dengan anak muda yang marantau dan mau berwirausaha. Saya meyakini mereka adalah orang-orang bermental bos. Salah satunya mak rumah saya ini. Dia membuka usaha kuliner minuman khas Jogja di jalan Radjimin, Paten, Tridadi, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman.

Sambutan hangat dari Har dan istri membuat suasana begitu akrab. Tak lama berselang kami disuguhi minuman olahan dari jambu biji. Cerita demi cerita, ternyata Mak Ndi sering kesini, karena di depan warungnya Har ada Rumah Makan Padang yang pemiliknya ada karik juga dengan Mak Ndi. Karena belum kenal makanya tidak pernah mampir ke kedainya Har.

Ada satu momen lucu yang sulit saya lupakan. Lagi asyik-asyiknya maota, datang seorang pria memarkir sepeda motornya tepat di depan kedai. Dilihat dari tampangnya, jawa bana, saya yakin dia adalah customernya Har. Makanya saya hanya menyapa dengan senyum dan anggukan saja ketika dia berada berdiri didepan kami.

"Lah lamo tibo?" Tanyanya dengan logat Padang fasih. Sungguh, saya kaget dan bingung.

"Apa semua pelanggan Har diajari bahasa Padang ya?" Gumam saya dalam hati.

Otak saya masih terpaku dengan keyakinan saya diawal, orang ini adalah costumer yang notabene adalah orang jawa yang akan minum di warung. Saya masih bingung sendiri. Har muncul dari dalam kedai dan menyapa orang ini dengan bahasa Padang. Saya makin bingung. Itu jugalah yang dicengangkan Mak Ndi.

Sesaat kemudian Har mengenalkan orang ini kepada saya dan Mak Ndi. Ternyata beliau adalah perantau asal Muaro Paneh Solok Sumatera Barat merantau juga disini. Suasanapun buncah seketika, diiringi gelak tawa kami semua,

"Urang awak kiroe!" Tukas saya dan Mak Ndi serentak.

Ternyata saya juga tidak bisa berlama-lama disini. Telpon genggam saya berdering.

"Yop Syukri." Saya menggakat panggilan dari teman satu kamar, pelatih silat kontingen O2SN SD Sumatera Barat.

"Awak harus pulang malam ko ka Padang bang, awak harus ikuik tes fisik agar lulus menjadi Polisi Pamong Praja. Wak titip anak-anak jo Abang yo!" Terang Syukri. Hari sudah menunjukkan pukul 01.05 dini hari.

Beberapa hari yang lalu Syukri sudah menceritakan hal ini. Tapi dia menunggu kepastian apakah dia diizinkan untuk tes susulan. Ternyata permohonannya tidak dikabulkan. Sehingga dia harus pulang malam itu juga. Beruntung cabang pencak silat sudah dipertandingkan, dengan begitu mengurangi kerisauan Syukri meninggalkan atletnya disini.

Saya harus segera pamit. Terlalu singkat waktu pertemuan saya dengan keluarga disini. Semoga Allah berikan kesempatan kepada saya untuk kembali lagi. Terimakasih mak rumah atas jamuaanya.

Seperti apa yang saya kemukakan di awal, saya tak merasa was-was untuk order taksi online. Sedangkan jarak antara Tridadi, Sleman dengan Hotel Sahid Jaya di jalan Babarsari cukup jauh. Kenyamanan itu terbukti, driver yang ramah, dan ternyata juga pelanggan kedai ipar saya, Har.

Dari kisah-kisah dan pengalaman selama disini, tak jauh berbeda dengan apa yang diceritakan Mak Ndi, mak rumah sayapun menyampaikan hal yang sama, kami telah Ijmak, daerah ini memang istimewa. Eits, ini hanya opini saya, dan bukan pula meniadakan segala kejahatan. Hehe

Bersambung...

IkhlasRizkiya Cerita terpendam tentang Kota Istimewa

Padang Besi, 13 Rabi'ul Akhir 1440 H/ 19 Januari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang seger ...bagus...akan lebih bagus bila setiap istilah berikan pengertian di dalam kurung...supaya pembaca luar sumbar tau dan bisamemahami. Maaf ya.

19 Jan
Balas

Alhamdulillah, siap buk.. akan saya tambahkan terjemahan.. insyaallah.. terimakasih buk

19 Jan



search

New Post