“Aku tidak tahu kalau ia membawa motor !”, begitu jawaban seorang ibu yang anaknya jatuh dari motor tadi pagi yang kutemui di rumah sakit.

“Teman-temannya datang ke rumah dan mereka berbicara sebentar di teras dan setelah itu akau tidak mendengar mereka lagi”, ia meneruskan penjelasannya.

“Tiba-tiba aku mendapat telepon dari salah seorang orang tua teman anakku agar segera ke rumah sakit”, ia terus menjelaskan dan orang yang menelponnya terus bertanya yang aku sendiri tidak tahu siapakah yang sedang berbicara dengan ibu itu.

Dari bibi anak ini aku mendapat kabar bahwa, ia terjatuh sendiri dengan sepeda motor yang dibawanya bersama dengan temannya. Sangat disayangkan mereka baru berumur kira-kira 9 sampai dengan 10 tahun. Barangkali untuk membawa motor saja mungkin baru bisa dengan menginjitkan kakinya karena badannya yang masih kecil.

Sebelah wajahnya hancur, tiga buah giginya patah dan dan lengan dan kaki sebelah kanan juga patah. Aku hampir tidak bisa menggambarkan bentuk wajahnya sebelum kejadian. Temannya setengah sadar dan seringkali berkata,

“Aku masih sadar kan ?,” dengan mata yang terpejam.

Aku kasihan sekali melihat kondisi keduanya. Orang tuanya tidak henti-hentinya mengeluh menyalahkan diri sendiri. Anaknya membawa motor denga temannya. Jika ia tahu pasti sudah dilarang. Tapi karena anaknya tidak member tahu bahwa ia akan pergi bersama dengan temannya dengan membawa motor, ia tidak sempat mencegahnya.Anak-anak itu masih di bawah umur.

Terkadang anak-anak tidak menyadari jika dilarang membawa motor, ia beranggapan bahwa orang tua hanya memarahinya saja, ia tidak tahu penyebabnya. Mereka belum waktunya membawa motor. Apalagi anak-anak di bawah umur, mereka kurang perhitungan, seenaknya saja. Tidak mau tahu akibatnya dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jika sudah begini mereka baru sadar bahwa mereka dilarang membawa motor karena belum waktunya. Jika sudah waktunya dan paham dengan aturan lalu lintas tentu hal tersebut bisa dihindari. Semoga anak-anak menyadari aturan-aturan tersebut.