Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayah
Ayah sumber gambar kompasiana.com

Ayah

Matahari baru saja terbenam, saat pesawat mendarat. Aku segera menuju rumah sakit. Baru saja membuka pintu kamar perawatan, kulihat sosok laki-laki yang sangat aku rindukan tergolek lemah di tempat tidur dengan aneka selang dan kateter terpasang pada tubuhnya.

Ayah sedang tidur. Pelan-pelan aku pegang tangan tuanya yang sudah keriput. Tangan ini yang dulu menghidupi kami sekeluarga. Diusia ayah yang sudah memasuki 8 dasawarsa, ayah terlihat masih gagah. Hanya penyakit yang dideritanya seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes yang menyebabkan dia sering berurusan dengan rumah sakit.

Dalam keheningan kamar perawatan ini, terbayang kembali masa kecilku di Ranah Minang bersama ayah bunda dan 5 saudara kandungku. Ayahku seorang guru SD. Karena prestasi Ayah, beliau mendapat kesempatan untuk tugas belajar mencapai sarjana muda bimbingan konseling. Selesai kuliah, ayah diangkat menjadi penilik sekolah. Selanjutkan karir ayah terus menanjak, menjadi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan dan akhirnya menjadi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten.

Ayahku sangat total dalam melakukan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tak jarang beliau pulang larut malam, setelah mengawasi pembangunan sekolah inpres yang letaknya di pelosok. Karena bekerja tak kenal waktu, menyebabkan kesehatan Ayah terganggu. Sehingga sering diopname akibat sakit kuning. Menurut dokter, penyebabnya karena Ayah bekerja terlalu letih. Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi dan partai politik. Bahkan Ayah menjadi ketua komisi dari partai yang digawanginya.

Beliau sejatinya seorang yang pendiam. Kami sangat sungkan kepada Ayah. Setiap ada yang kami inginkan, kami lebih memilih membicarakannya dengan bunda. Namun aku tahu. Di hati ayah, Hanya ada kami dan bagaimana bekerja keras untuk mebahagiakan serta memenuhi semua kebutuhan kami.

Semua biaya kehidupan rumah tangga dan pendidikan kami, hanya ayah yang mencari nafkah. Bunda menjadi ibu rumah tangga tulen. Meski begitu, Ayah selalu berpesan kepada kami untuk selalu rajin bersekolah.

“Hanya pendidikan itu yang akan ayah wariskan. Keluarga kita tidak punya sawah dan ladang. Bagi yang tidak mau sekolah, tidak akan mendapatkan apa-apa,” kata ayah, agar kami tidak menyia-nyiakan waktu dengan bermain.

Sekarang aku menyadari, betapa beratnya masa-masa perjuangan itu bagi ayah. Beliau bekerja keras mengupayakan biaya pendidikan kami di pulau jawa, yang cukup besar jumlahnya. Kala itu gaji PNS sangatlah minim.

Beruntung, Ayah punya banyak sahabat yang saling membantu bila ada teman sedang mengalami kesulitan. Mereka bisa meminjamkan uang untuk menalangi kebutuhan yang mendesak, begitu juga ayah pada mereka. Ayah dengan teman-temannya sudah seperti saudara. Aku sendiri merasakan bagaimana tulusnya rasa persaudaraan antara keluarga kami dengan keluarga sahabat-sahabat Ayah.

Suatu hari, aku bertanya kepada Ayah, bagaimana beliau bisa menjalin persahabatan sebaik itu dengan teman-temannya. Bahkan orang yang ditakuti di suatu daerah karena sering tidak mendukung kebijakan pemerintah di tempat Ayah baru bertugas, begitu mudah didekatinya.

“Setiap orang punya jalan raya menuju hatinya,” kata ayah.

Ayah yang seorang sarjana bimbingan konseling tentu memiliki ilmu untuk mendekati orang lain. Sehingga mereka bersahabat, saling mendukung satu sama lainnya.

Begitulah Ayah, sepanjang hidupnya dihabiskan berjuang untuk hidup kami keluarga besarnya. Tanpa pernah sekalipun aku mendengar keluh kesahnya. Kesehatannya sendiri, kadang tidak begitu beliau perhatikan. Ayah telah berbuat segalanya untuk kami, didikan dan keteladanan yang beliau berikan mengantarkan kami pada kemandirian kami saat ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post