Mengetuk Arsy-Mu (25) Ziarah Mekah Menjadi Cek Lokasi sebelum Puncak Haji
#TantanganGurusiana Hari ke-132
Sebelum menunggu Hari Arafah kami secara berkelompok melakukan ziarah Mekah. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah Jabal Nur, Pasar Hewan Kaqiyah, Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina.
Jabbal Nur atau gunung cahaya dikenal juga dengan bukit pencerahan yang letaknya sekitar 5 km di sebelah utara Kota Mekah. Tinggi Jabal Nur kira-kira 200 meter dan dikelilingi gunung dan bukit batu. Para peziarah naik ke atas dengan berjalan kaki menapaki tangga.
Di sinilah terdapat sebuah gua kecil yang penting dalam sejarah penyebaran Islam yaitu Gua Hira, di tempat ini Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril. Gua Hira sangat kecil sehingga untuk meluruskan badan saja susah. Kami sampai di kaki bukit pada pagi hari tapi kami tidak naik ke gua Hira di atas bukit karena banyaknya tempat yang akan kami kunjungi. Selanjutnya kami mengunjungi pasar hewan Kaqiyah.
Pasar Hewan Kaqiyah yang juga berada di wilayah Jabbal Nur, Mekah. Kami menaiki bus ke Pasar Kaqiyah untuk menyaksikan pemotongan hewan kurban. Setiap jamaah berkurban berupa seekor kambing sebagai pembayar dam. Pasar Kaqiyah berdiri di sebuah tanah lapang dengan luas sekitar 5.000 meter persegi. Di sini kami melihat langsung kambing kurban kami karena di ucapkan ijab setiap pemotongan secara manual atas nama jamaah yang membayar dam. Pasca penyembelihan hewan kurban, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dan canggih untuk proses pengolahan dan pendistribusian dagingnya.
Selain kambing atau domba saya juga melihat hewan-hewan kurban yang lain seperti sapi dan unta. Namun dalam penyembelihannya tidak memperhatikan prikebinatangan menurut saya. Meski di sembelih secara islam tapi hewan-hewan yang akan disembelih seperti domba diikat semua kakinya kemudian ditumpuk untuk menunggu disembelih satu-persatu didepan hewan-hewan tersebut. Bahkan saya lihat ada unta sampai menangis mengeluarkan air mata dan bersuara merintih atau mengerang setiap ada unta lain yang disembelih. Selesai menyaksikan penyembelihan hewan kurban kami masing-masing, kami melanjutkan perjalanan menuju Padang Arafah.
Perjalanan selanjutnya kami menuju Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina. Wilayah Afarah adalah sebuah lahan padang pasir terbuka yang terletak sekitar 24 Km dari Makkah. Di sinilah ibadah puncak haji berlangsung. Pada hari biasa, tempat ini hanya merupakan wilayah kosong tak berpenghuni.
Sejauh mata memandang saya melihat padang pasir yang hanya di tumbuhi oleh pohon Sukarno yang tidak begitu rimbun. Pohon Sukarno ini adalah pohon Mindi (Melia Azedarah). Pohon ini disebut Pohon Sukarno karena pada tahun 1960-an Bapak Proklamator kita, Bung Karno memberikan bibit pohon Mindi kepada Raja Arab Saudi saat itu, Khalid bin Bin Abdul Aziz. Kala itu Bung Karno tengah melaksanakan ibadah haji di Padang Arafah. Ia mendapati hamparan tanah berpasir sangat gersang di tengah-tengah cuaca yang sangat panas. Pada siang hari suhu di Kota Mekah bisa mencapai 50 derajat celcius. Bung Karno memberikan saran agar ditanam pohon yang kuat dalam kondisi panas dan gersang. Maka Bung Karno kemudian memberikan bibit pohon Mindi yang dapat bertahan hidup dalam kondisi panas ekstrim.
Namun, pada waktu puncak haji jutaan orang berkemah di sini. Tanpa melakukan wukuf di Arafah maka seseorang tidak bisa dinyatakan telah menunaikan ibadah haji. Selesai melakukan wukuf pada malam harinya jamaah haji bergerak ke Muzdalifah untuk bermalam dan mengambil kerikil guna melempar jumrah di Mina besok harinya. Sama dengan Arafah, suasana di Muzdalifah dan Mina hanya ramai ketika musim puncak haji tiba. Selain musim haji maka wilayah itu hanyalah sebuah lahan padang pasir yang tak berpenghuni.
Di Padang Arafah terdapat Jabal Rahmah yaitu bukit batu yang terletak sekitar 25 km sebelah tenggara kota Mekah. Di puncak bukit tersebut terdapat tugu putih yang dibangun untuk mengenang peristiwa pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Kami naik ke atas untuk mencapai tugu. Di sana kami melihat suasana padang Arafah dan daerah sekitarnya. Di tugu dan batu-batu saya lihat banyak coretan-coretan dari spidol. Mungkin pengunjung ingin mengabadikan nama mereka di tugu yang menjadi penanda tempat bertemunya Siti Hawa dan Adam tersebut. Seharusnya perbuatan itu tidak terjadi karena dapat mengarah pada perbuatan kufur dan merusak lingkungan di Jabbal Rahmah.
Pulang dari Arafah kami hanya ditunjukkan dari atas bis lokasi mabit di Muzdalifah dan terowongan Mina serta kemah-kemah jamaah di Mina. Saya bersyukur juga dengan ziarah Mekah ini karena dapat memberi gambaran daerah yang akan kami datangi saat hari puncak ibadah haji nanti.
(Disarikan dari beberapa sumber dan pengalaman pribadi)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang keren Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Aamiin YRA. Alhamdulillah, Terimakasih suportnya, Bunda.
MashaaAllah. Penuh berkah ibu sukses selalu
Aamiin doa yg sama jg untuk ibu, trims atas apresiasinya bu
Luar biasa.... Salam Literasi
Alhamdulillah, Trims atas apresiasinya Pak. Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.