Ilwati

Hj.Ilwati, S.Pd, M.MPd. Bertugas di MAN 2 Kota Payakumbuh-provinsi Sumatera Barat, sebagai guru kimia. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Air Mata Ungkapan Hati

Berjanji. Hal yang mudah di ucapkan, namun kadang sulit untuk ditepati.

Pagi itu, sebelum berangkat kerja, Bu Ani dan pak Budi janjian untuk pergi ke rumah keluarga dekat yang baru saja meninggal malamnya.

"Pukul berapa kita pergi nanti pak?," Kata bu Ani.

"Pagi. Aku selesaikan pekerjaanku pagi ini dulu."

"Aku juga ada pekerjaan pagi ini."

"Nanti kalau pekerjaannya sudah selesai, hubungi aku ya?"

"Ok."

Bu Ani menyelesaikan tugasnya di kantor. Selesai bekerja, langsung Bu Ani menghubungi pak Budi suaminya.

"Assalamualaikum pak. Pekerjaanku sudah selesai. Kita bisa berangkat sekarang?"

"Sebentar lagi. Aku masih ada pekerjaan."

"Ok. Aku tunggu."

Bu Ani langsung makan pagi dengan bekal yang sudah di siapkan dari rumah. Kemudian dilanjutkan dengan solat dhuha. Selesai solat, bu Ani kembali menghubungi suaminya setelah sejam kemudian.

"Pak. Bagaimana? Sudah selesai pekerjaannya?"

"Sedikit lagi Bu."

"Baiklah. Aku tunggu di kantor tempat aku bekerja. Jangan lama-lama pak. Malu kita datang terlambat. Kita tuan rumah."

"Ok."

Bu Ani siap-siap menunggu suaminya. Duduk di dalam kantor. Tak sabar, berjalan keluar, mana tahu suaminya sebentar lagi datang. Sudah hampir satu jam Bu Ani menunggu dengan perasaan yang sudah tak menentu. Bu Ani malu sekali kalau datang terlambat, nanti tentu tidak ikut menyelenggarakan. Sementara yang meninggal keluarga dekat.

Bu Ani dengan hati yang sudah tidak sabaran menghubungi lagi lewat telepon. Namun suaminya tidak mengangkat. Hati Bu Ani mulai kesal, sambil bicara sendiri. Akhirnya smartphone Bu Ani bergetar. Bu Ani langsung mengangkat.

"Bu. Aku menunggu di jalan saja. Tolong motornya dibawa. Nanti kita titip motor di tempat penitipan biasa."

"Tadi janjinya mau menjemput. Aku sudah menunggu di pinggir jalan dari tadi."

Bu Ani tak bisa menahan rasa kesalnya. Dia sudah menunggu dari tadi. Dia langsung mengambil motor, dan melaju dengan kencangnya. Tak lama kemudian, dia sudah sampai di tempat penitipan motor yang dimaksud. Namun suaminya belum tampak disana. Mungkin belum sampai.

Bu Ani melirik jam tangan. Jarum jam sudah mendekati pukul 11.00. Dia kembali menghubungi suaminya. Namun tak ada jawaban.

" Mungkin sedang dalam perjalanan, pikir Bu Ani."

Tiba-tiba smartphone Bu Ani bergetar. Bu Ani langsung mengangkatnya.

"Bu. Silakan lanjutkan jalan motornya sedikit lagi. Kita nitip motor di tempat yang satu lagi. Aku sudah disana," kata pak Budi.

Bu Ani tidak mendengarnya dengan jelas, sehingga rasa kesalnya menjadi-jadi. Bu Ani berusaha menahan marah. Dia takut, amalan yang setiap hari dia kerjakan, akan hilang percuma. Ini ujian kesabaran bagi Bu Ani.

Akhirnya Bu Ani menghubungi suaminya kembali. Ternyata suaminya tak jauh dari tempat Bu Ani berhenti.

Bu Ani diam tanpa bicara satu patahpun. Suaminya menyapa, namun tak diacuhkannya. Air mata tanpa disadari jatuh membasahi pipinya. Menahan amarahnya.

Kita berusaha untuk selalu sabar. Terkadang ujian datang tanpa diduga. Akhirnya Bu Ani dan pak Budi sampai di tempat tujuan. Ternyata didapati jenazah sedang dikubur.

Selesai solat Zuhur, Bu Ani merasakan rasa kesalnya berangsur hilang. Sebelum pulang, Bu Ani minta maaf pada suaminya sambil menebar senyuman. Baru mereka pulang bersama.

Tagur H.14#TantanganGurusiana

Payakumbuh, Jum'at 14 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post