Sungguh sangat tidak menyenangkan berada pada posisi seperti ini, adakah pilihan? Jika aku hanya bisa terpinggirkan, terlupakan dari deretan nama yang ada dalam daftar sebuah catatan. Apalah aku, yang tidak perlu diperdebatkan, apalah aku yang tidak perlu ada dalam sengitnya obrolan,apalah kemampuanku yang tidak perlu diberi saran ataupun acungan jempol. Terkadang untuk sekedar meminta saranpun aku perlu menunggu sampai ada waktu tersisakan, dari banyaknya diskusi yang dilakukan. Sangat menjengkelkan menjadi aku yang hanya jadi ban serep di jok belakang, dilirik jika diperlukan, disapa jika dibutuhkan. Apalah aku yang namapun terlupakan, badanku teronggok di kursi belakang dijadikan pijakan. Apalah aku yang hanya bisa terdiam, menikmati obrolan, riuhnya percakapan, tentang keistimewaan, tentang pujian atas kebaikan yang diberikan sang pangeran pujaan. Apalah aku yang tidak pernah punya pilihan meski hatiku tersayat tak terperikan, menanti penuh kerinduan. Apalah aku yang hanya mampu menulis dalam kebingungan, jauh dari harapan, membaca tulisanku saja enggan apalagi mendapat lirikan dari yang memiliki pengalaman yang hasil tulisannya laku bak makanan made in artis kawakan. Apalah aku yang hanya memiliki satu keinginan untuk terus menulis meski tanpa tujuan.