Ima Choerijah, S.Pd.

Mengajar di SDN.Cigugur tengah kota Cimahi, salah satu sekolah inklusif yg ada di Cimahi, menjadi guru pendamping bagi anak - anak berkebutuhan khusus di SDN Ci...

Selengkapnya
Navigasi Web

Nadila Kecilku

"Ibu, boleh saya piket hari ini?" itulah kalimat yang diucapkan salah satu muridku, "boleh, kamu jadwalnya hari ini ?" "bukan bu, tapi ingin piket aja" jawabnya polos. Kemudian aku membiarkannya untuk piket bersama teman-temannya.

Besoknya lagi, selalu itu yang diminta oleh nadila muridku yang mungil, cantik dan pemalu.

Awalnya aku menganggap biasa dengan permintaannya.

Tetapi karena hampir dua bulan aku mengajar di kelas, selalu itu yg dia ucapkan.

Penasaran juga akhirnya, iseng kutanya Nadila,"kenapa mau piket terus, gak mau cepet pulang ke rumah?" Nadila cuma tersenyum.

"Nanti mamahnya nyari, teman yang lain sudah pulang, kamu belum"

"Mamah nadila gak ada, di rumah gak ada siapa-siapa, cuma nenek aja" jawaban Nadila semakin menggelitik rasa penasaranku.

"Mamahnya kerja?" " mamah nadila nikah lagi, terus bapak kerjanya jauh, jadi mamah ikut sama bapak" ucapnya sambil menahan tangis.

Saat itu aku paham, selama ini Nadila merasa kesepian, merasa kehilangan, anak sekecil itu harus merasakan jauh dari ibunya.

Anak yang seharusnya berada dekat dengan ibu, anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang yang utuh. Harus menahan kerinduan yang teramat sangat.

Nadila hanya anak kecil, yang tidak bisa protes dengan apa yang terjadi.

Sejak hari itu, aku selalu mengajak nadila ngobrol, membiarkan nadila berada di sekolah lebih lama, membiarkan Nadila tiap hari piket dan bercanda dengan teman-temannya.

Memberikan kesempatan kepada Nadila untuk menikmati keceriaan hidupnya, dan sejenak melupakan kerinduannya, kesepiannya.

Nadila yang dulu begitu malu-malu, hampir tidak pernah terdengar suaranya, kini dia begitu percaya diri bercerita tentang apa saja terhadapku, terkadang nadila menawarkan jasanya, " ibu boleh Nadila pijitin ibu "ucapnya dengan mata berbinar.

Permintaan yang membuat aku terharu, semakin terlihat kerinduannya terhadap sosok seorang ibu.

Nadila kecilku hanya butuh teman untuk melupakan semua kesepiannya, sekolah menjadi rumah kedua yang paling nyaman buat Nadila.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Guru...peran ganda..siap menjadi orangtua pengganti saat ayah ibu tdk lg begitu peduli, guru hrs siap jadi sahabat dan teman curhat..dan bahkan kadang dlm posisi yg dianggap sbg musuh oleh siswa yg hanya asal sekolah..

30 Sep
Balas

Betul sekali...makasih komentarnya...

01 Oct



search

New Post