Hening suasana kelas di pagi itu, anak- anak asyik dengan tugasnya, tidak terdengar celotehan Rani,Hasna dan Nisa, jeritan dan teriakan Reyno juga tidak terdengar, " hmm yess " pikirku, ada kesempatan istirahat sejenak dari rutinitasku untuk mengawasi anak- anak, kubuka laptopku, niatku menyelesaikan tugas menulis yang tertunda. Ada yang aneh terasa, tidak biasanya kelasku begini sepi, ada apa dengan anak- anakku hari ini, sambil tanganku menari di atas keyboard perasaan ini terus menghantui kepalaku, mataku melirik Irgie sang heroik yang selalu siap membantu teman- temannya terlihat anteng, Riki si suara merdupun diam seribu basa, kemana senandung lagu " asal kau bahagianya armada" tidak terdengar.

" Apa mereka sakit yah" pikirku, tetapi yah sudahlah mungkin ini hanya perasaanku saja, hari ini anak- anak sedang puasa bicara mungkin hahaha, akupun kembali asyik menyelesaikan tugas yang semakin hari semakin menumpuk, kuselesaikan saja tugasku sambil menunggu anak- anak mengerjakan tugasnya.

Belum lima menit aku bekerja, tiba- tiba terdengar suara, " meong....meong " aku mencari sumber suara dengan mataku, apa ada anak yang iseng menirukan suara kucing yah, sejenak kulihat anak- anak mulai gelisah, berbisik - bisik, saling melirik satu sama lain, terdengar kembali " meong...meong...meong ", akupun bertanya " ada suara kucing, ayo cari apa memang ada kucing yang masuk kelas kita" kebetulan sekolah terletak di lingkungan rumah warga, jadi rasanya wajar ada kucing kesasar masuk ke kelas. Anak- anak hanya diam tidak bereaksi, aku penasaran, aku berdiri dan mencari kucing di kolong meja " ayo bantu ibu dong" sambil mencari kucing yang suaranya terus terdengar, akhirnya mataku tertuju pada Reyno yang memegang erat tas sekolahnya, sekilas ada yang bergerak- gerak di dalam tas Reyno, aku bertanya" Rey, kucing ada di dalam tas yah, ayo keluarkan kucingnya, kasihan nanti kucing kehabisan napas loh" Reyno semakin erat memeluk tasnya, aku berusaha membujuk karena kulihat gerakan kucing di dalam tas semakin tidak terkendali, tas berhasil aku buka, kucingpun meloncat dari tas Reyno dengan cepatnya, kemudian berlari masuk ke kolong meja dengan gesitnya.

Melihat kucingnya kabur, Reyno menjerit, sepatunya dibuka kemudian dilempar tanpa arah, kelas kembali heboh, kami semua sibuk berusaha untuk menangkap kucing yang dengan gesitnya berlari kesana kemari, akhirnya kucingpun masuk ke kolong meja terpojok di sudut kelas. " Dani tolong tangkap kucingnya" aku menyuruh salah satu muridku, ' takut dicakar, ibu' Dani menjawab, bener juga pikirku kulihat bulu kucing berdiri tegak tandanya kucing marah dan merasa terganggu, daripada membahayakan anak- anak, akupun merangkak ke kolong meja dan heuuup kucingpun berhasil aku tangkap.

Reyno tersenyum senang, kuminta Reyno untuk memakai sepatunya kembali. " kucingnya ibu letakan di luar, nanti pulang sekolah Reyno bisa bermain sama kucing" aku berusaha membujuk Reyno, tetapi Reyno kembali menjerit, kuputuskan untuk bertanya kepada anak- anak yang lain, " boleh tidak hari ini kucing ada di kelas dan belajar bersama kita" ucapku. " boleh bu " serempak anak- anak menjawab.

Karena Reyno memintaku untuk menjaga kucingnya, jadilah hari itu aku mengajar sambil menggendong kucing, kujelaskan kepada anak-anak tentang hewan buas, hewan jinak, hewan yang bisa dipelihara manusia ataupun sebaliknya, pentingnya memelihara hewan peliharaan, dan tak lupa kujelaskan tentang pentingnya udara untuk pernapasan, betapa bahayanya jika kita mengurung mahluk hidup di tempat yang tidak ada lubang udara. Kelas yang tadinya begitu hening kembali ceria, gelak tawa, canda, celetukan spontan anak- anak yang bercerita tentang hewan peliharaan mereka kembali memenuhi ruangan kelas.

Hari itu kembali pembelajaran situasional yang aku laksanakan di kelas, begitulah jika mengajar di kelas inklusif kegiatan belajar mengajar bisa berubah sesuai kebutuhan.

Pada akhir pembelajaran aku berikan tugas kepada anak-anak untuk membuat gambar hewan kegemaran. Kututup pembelajaran dengan berdoa bersama. Satu hal yang dapat kupelajari dari kejadian hari ini, empati semakin melekat dan tumbuh subur di hati anak-anak. Mereka kompak tutup mulut tentang kucing yang ada di tas reyno. Ada rahasia di keheningan mereka.

# Selamat Hari Guru.