ANALISIS NILAI RELIGI PADA PUISI SAJADAH PANJANG KARYA TAUFIK ISMAIL
ANALISIS NILAI RELIGI PADA PUISI “SAJADAH PANJANG” KARYA TAUFIK ISMAIL
Imas Susilawati
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana
Puisi merupakan salah satu genre sastra yang sarat akan makna nilai-nilai yang diciptakan penyair untuk pencerahan dan pembelajaran bagi pembacanya. Menurut H.B Yasin puisi merupakan karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.
Puisi dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan atau mengekspresikan isi hati, ide, gagasan, atau bahkan nasihat seseorang melalui kalimat-kalimat indah. Untuk mencapai efektivitas pengungkapan, bahasa sastra disiasati, dimanipulasi, dieksploitasi, dan diberdayakan seoptimal mungkin sehingga tampil dengan bentuk yang plastis, yang berbeda dengan bahasa nonsastra. Oleh karena itu, karya sastra di samping disebut dunia dalam imajinasi, juga disebut dunia dalam kata. Dunia yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, dan diabstraksikan dengan kata, dengan bahasa.
Selain dapat mengungkapkan nilai nilai kehidupan dan pembelajaran/didaktis puisi juga dapat mengungkapkan nilai religius. Istilah reigius membawa konotasi pada makna agama, religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya berbeda (Nurgiyantoro,2002: 326-327).
Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan dan biasanya terbatas pada ajaran-ajaran dan peraturan (Atmosuwito, 1998: 123). Sedangkan religius lebih melihat dari aspek yang di dalam lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya, 1982: 11-12)
Puisi-puisi karya Taufik Ismail dikenal sangat kental dengan nilai religius. Karya Taufik Ismail yang kental dengan unsur religius adalah kumpulan puisi yang berjudul Debu di atas debu: Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa. Kumpulan puisi ini bisa memberikan inspirasi yang kuat bagi peningkatan rohani menuju perbuatan yang lebih baik. Kumpulan puisi ini sangat berkarakter dan menggugah, serta memberikan inspirasi bagi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Puisi ini terbit dalam dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Unsur gaya bahasa dalam puisi Taufik Ismail yang terdapat pada karyanya menjadikan puisi tersebut menjadi puitis, indah, dan menarik. Pembinaan dan pengembangan sastra khususnya puisi sebagai bagian kebudayaan nasional perlu dilaksanakan karena di dalam puisi terkandung nilai-nilai yang penting bagi bangsa Indonesia. Pada era digital diketahui generasi bangsa Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan karena kemerosotan nilai pendidikan, khususnya nilai religi pada seseorang mengakibatkan rusaknya tatanan dan peradaban kehidupan bangsa, baik kehidupan orang dewasa, maupun generasi muda. Dengan demikian, niali-nilai religi pada puisi perlu digali dan dikaji kembali.
Di antara berbagai puisi karya Taufik Ismail yang terkenal dengan nilai-nilai religius dapat dilihat pada puisi berjudul Sajadah Panjang. Bahkan puisi ini dijadilan lirik lagu oleh grup musik legendaris Bimbo yang identik dengan lagu-lagunya yang religius. Pada Tahun 2016 grup band Noah juga merilis single terbaru bertajuk Sajadah Panjang. Mereka mengaransemen ulang untuk album Single Legends. Selain lagu ini cukup melegenda di tiap-tiap momen seperti saat Ramadhan dan idulfitri, ternyata lagu Sajadah Panjang ini juga memiliki daya tarik tersendiri bagi band Noah.
Pada puisi sajadah Panjang ini bermakna seseorang hamba yang sujud dan taat kepada Tuhannya. Sajadah merupakan benda yang terlihat dan untuk dijadikan alas salat untuk beribadah kepada Allah. Panjang berarti tidak ada kata putus atau tidak ada berujung.
Bait 1
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Pada larik pertama mengingatkan kita untuk senantiasa melaksanakan sholat. Kata terbentang yang diibaratkan dengan sesuatu yang panjang , atau bahkan tidak akan ada ujungnya. Maksud dari kata larik ke 2 dan ke 3 yang menjelaskan dari kalimat tersebut adalah dari kita lahir ke dunia sampai dikubur (meninggal). Jadi maksudnya, seumur hidup kita diperintahkan untuk beribadah kepada Tuhan kita, dengan mengerjakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya.
Bait ke 2
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Maksud dari makna larik 1 dan 2 merupakan dari berulang kalinya penyair menuliskan kalimat tersebut untuk menegaskan dan meyakinkan kepada kita kembali bahwa untuk benar-benar beribadah bersungguh-sungguh. selama hidup manusia tunduk bukan berarti sujud, tetapi manusia sujud sudah pasti tunduk. Sujud dilambangkan dengan kerendahan hati, sedangkan tunduk dilambangkan dengan penyerahan, kehormatan. Makna dari “Di atas sajadah” merupakan diibaratkan dengan aktivitas beribadah, sajadah panjang dapat diartikan dengan sesuatu yang jelas mungkin itu ujungnya tidak ada, karena disebut dengan kehidupan dalam proses manusia saat melakukan kegiatan dengan diniatkan ibadah, selalu ada interupsi.
Bait ke 3
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Maksud dari makna larik 1 yang berarti mencari reziki, mencari ilmu sebagian dari ibadah yang dilakukan terus-menerus dari sejak lahir sampai mati. Makna dari kata mengukur diartikan dengan perilaku selama hidup. Sedangkan makna dari seharian diartikan dengan seseorang yang banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaannya..Manusia yang melakukan aktivitas/pekerjaan akan mengalami lelah. Makna dari kalimat pada larik ke 3 dan ke 4 tersebut diartikan tentang saat suara adzan terdengar menandakan untuk cepatlah untuk melakukan salat atau ibadah dengan tepat waktu. manusia harus menghentikan aktivitas pekerjaan mereka untuk sementara.
Bait ke 4
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.
Maksud dari makna larik 1 dan 2 yaitu penyair menegaskan kembali untuk meyakinkan kita untuk benar-benar beribadah bersungguh-sungguh dan tunduk kepada Sang Pencipta. Makna pada larik 3 dan 4 tersebut diartikan dengan tatkala kita sujud kita harus mengingat Allah dengan sepenuh hati.
Dari analisis makna puisi Sajadah Panjang tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi Sajadah Panjang sarat dengan makna religi yang menggambarkan kehidupan seseorang yang selalu taat kepada Tuhannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar