Anda Guru? Anda sudah kenal MediaGuru?. Beruntunglah Anda, bila kenal MediaGuru. Apalagi bila sudah bergabung. Menjadi bagian dari keluarga besar MediaGuru. Keluarga yang tidak mengikuti anjuran pemerintah. Lho kok bisa? Penulis bisa dapat sempriit CEO Gurusiana. Ini karena Pak CEO anaknya banyak. Anaknya adalah para guru yang mendadak jadi guru penulis semua. Pemerintah membatasi anak hanya dua orang dalam satu keluarga. Tetapi Pak CEO malah anaknya ribuan. Bisa lebih jutaan. MediaGuru kan bukan keluarga.

Memang media Guru bukan institusi keluarga.Tetapi para guru penulis di sini adalah anak-anak Pak CEO. Dan Pak CEO Mohammad Ihsan adalah Bapak di MediaGuru. Beliau bersama Pak Master Eko Prasetyo, Pemred Media Guru, membimbing dan menggembleng kami jadi guru penulis. Dari guru menangis tidak punya ide, sampai meringis di pojok bale. Membuat buku memang awalnya tidak mudah. Perlu khotom satu bacaan buku setiap hari, sebagai multivitamin menulis. Itu demi setiap guru bisa tuntas buat buku. Dan bukunya berkualitas. Satu guru satu buku, Sagusabu itulah nama programnya.

Selain buat buku. Para guru penulis juga dirancang Pak CEO, nulis di Gurusiana. Ini adalah blog keren para guru Indonesia. Walau telah bergabung di MediaGuru, bila belum nulis di Gurusiana maka status guru penulis diragukan. Kok bisa? Tidak usah jauh-jauh alasannya. Lihat saja penulis.. Semenjak gabung di MediaGuru, 20 Januari 2017 saat MWC Jakarta 1 hingga kini, baru 2 kali menulis yang penulis buat untuk Gurusiana. Termasuk tulisan ini. Foto pendukung tulisan ini penulis pilih dengan alasan, foto model berjaket Mediaguru.id tersebut adalah seorang guru penulis yang rajin nulis di Gurusiana. Selain itu foto model tersebut adalah Blogger nasional PP IGI dan 2nd Winner Innovation Award 2016. Jadi layak untuk memotivasi kita semua khususnya penulis agar rajin menulis di Gurusiana tercinta. Siapakah dia? Yes. Pak Danang Hidayatullah itulah orangnya.

Selamat membaca dan menulis Sahabat Gurusiana. Bersama MediaGuru dan Gurusiana kita bisa berkarya. Baca buku di Perpustakaan. Ditemani Marni yang rupawan. Tak bisa menulis bukan alasan. Di Gurusiana terasa mudah dan jadi kebiasaan.