Butuh Bukti Bukan Janji

Judul ini mungkin sudah sering kita dengar, rasanya biasa biasa saja, tapi judul ini benar benar membuat saya mengurangi bicara, terus membaca, terus menulis tidak banyak tengok kanan kiri tujuannya hanya membuktikan apa yang pernah saya impikan.

Hari ini terbit buku perdana saya yang berjudul “De Liefde in Amsterdam”.

Lho kok jauh banget sampe Amsterdam?

Apa sudah pernah tinggal di Amsterdam?

Kita tidak perlu jauh-jauh pergi ke Amsterdam hanya untuk menulis novel berjudul “ De Liefde In Amsterdam”. Buku-buku Ensiklopedia dunia yang menumpuk di perpustakaan sekolah, Perpustakaan Daerah atau atau hanya berselancar pada ensiklopedia online itu sudah cukup memenuhi 50 persen dari isi novel.

Saya mendapatkan 2 kali kesempatan untuk mengikuti pelatihan Sagu Sabu. Yang pertama di PT Pos Jalan Banda, yang kedua di aula BPI, tapi naskah itu masih tersimpan rapih pada file laptop. Belum berubah menjadi sebuah buku, ditambah dengan pelatihan dari bang Tere Liye, pelatihan dari mas Golagong. Semua pematerinya menjawab pertanyaan saya dengan kalimat

“Menulislah, jangan dibaca dulu apalagi diedit, kalua tidak saya jamin kamu tidak jadi menulis”.

“Menulislah sekarang, jangan banyak tanya, meskipun kamu tahu banyak tips menulis, kalau tidak praktik tetap nol hasilnya”.

“praktik.. praktik.. praktik titik”.

dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang terus terngiang di telinga saya. Sampai akhirnya saya membereskan tulisan saya dan langsung memberanikan diri untuk menemui penerbit.

Setelah muncul buku perdana, keinginan menjadi kuat untuk mewujudkan buku kedua. Dan saya bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang selalu mendukung saya. Thanks God.

Semoga buku kedua bisa terwujud dan tidak banyak drama selama prosesnya. Aamiin.