Inayah Tarmidzi

I am an English Teacher of SMP Muhammadiyah 8 Bandung...

Selengkapnya
Navigasi Web
PURA PURA MUDIK

PURA PURA MUDIK

PURA-PURA MUDIK

By Inayah Tarmidzi

Hari ke-12 Ramadhan, biasanya sudah mencium aroma khas eid al fithri. Pertengahan Ramadhan cafe-cafe mulai ramai pesanan untuk berbuka puasa bersama atau "bukber", pusat perbelanjaan mulai menempel tulisan "BIG SALE" di berbagai tempat, dan promosi kue kering bermunculan di status media sosial. Kegiatan bakti sosial seperti pembagian parcel untuk anak yatim, sembako untuk masyarakat kurang mampu dan pengumpulan zakat fitrah mulai menggeliat. Hmm, buat sebagian orang mungkin ini hal biasa, tapi buatku ini "sesuatu" banget. Saat menuliskan paragraf ini saja aku harus berhenti sejenak dan menarik nafas panjang, aku merasakan sesuatu yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, meskipun tetap optimis.

Covid 19, merubah seluruh aktifitas sosial yang bertahun-tahun dilakukan. Harapanku untuk pulang kampung saat lebaran juga sepertinya tidak akan terlaksana. Semoga ini adalah jalan terbaik untuk mengusir wabah dari muka bumi ini. Coba bayangkan jika kita pulang kampung saat situasi seperti ini, penyebaran covid 19 akan sangat pesat. Dari kota A disebar ke kota Z dan dari kota metropolitan menyebar dalam hitungan detik ke kampung-kampung, ditambah rutinitas bersalam-salaman atau "mushofahah" saat lebaran. Apa yang terjadi 14 hari setelah idul fitri? Naudzubillahi min dzalik. Sangat menyeramkan.

Hari ini aku hanya meminta saudaraku mengirim beberapa sudut desa tempat kelahiranku, tempat yang punya ikatan sangat kuat dengan perasaanku, tempat orang tua ku membesarkan 13 putra putrinya, tempat dimana bapak dan ibuku dimakamkan.😭. Inilah kampungku, tak ramai tapi sangat berkesan. Setiap menjelang idul fitri, jalanan ini ramai kendaraan. Halaman rumah tua itupun disinggahi banyak mobil, dari yang menginap ataupun hanya berkunjung untuk silaturahmi. Sekarang rumahnya sepi, halamannya penuh rumput😭. Aku masih mengingat kejadian-kejadian dimasa kecilku, bermain dengan teman-temanku, menyeret kedebok pisang ke sungai dan bersama-sama melompat dari jembatan ke sungai, mencari udang hingga membakarnya di bawah pohon besar. Sore hari kami harus siap-siap ke tajug untuk sholat magrib dan mengaji. Kamipun menunggu sholat isya dengan bermain petak umpet di pelataran tajug(mushola). Aku ingat betul teman-teman kecilku itu, beberapa bermunculan di facebook sudah bertampang "bapak-bapak dan ibu-ibu" tapi senyum mereka tetap sama, sapaan mereka terhadapku juga tetap sama. Really miss them all😍.

Lebaran tahun ini pasti akan berbeda. Sekarang kita tarawih di rumah, sholat ied d rmh, dan tanpa baju baru, tanpa berkeliling ke tetangga untuk saling bersalaman. Mari tersenyum dan teruslah berbaik sangka terhadap rencana Allah, dan jangan pernah kehilangan makna Eid sebenarnya.

Ujungberung, 6 Mei 2020.

#mapsschallenge

#tetapproduktifwalauwfh

#dirumahsaja

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post