Belajar dari Mamang Ager (Tantangan Gurusiana 30 hari ke-27)
Belajar dari Mamang Ager
(Tantangan Gurusiana 30/ hari ke-27)
Oleh: Inayatul Muchlisin
Klining, klining, … terdengar bunyi lonceng es krim melewati depan rumah. Aku segera berteriak minta dia berhenti depan rumahku. Tanganku penuh sabun karena sedang mencuci piring. Dia memang kutunggu sejak tadi. Tak boleh terlewatkan kali ini, segera kubersihkan tanganku dan segera keluar menemuinya. Ia berdiri di depan rumahku dengan senyuman. Ia yang selalu setia mengantarkan beragam cabe hingga depan rumah.
“Cabe, Bu… seger-seger nih,” seperti biasa dia menawarkan dagangannya. Aku meminta cabe rawit merah dan hijau karena itu yang dibutuhkan. Ternyata hari itu dia bawa juga kunyit putih. Kuingat suamiku minta dibelikan kunyit putih untuk mencegah COVID katanya. Maka kuminta juga kunyit putih sebungkus. Ketika dia melayani permintaanku, maka ibu-ibu tetangga keluar dari rumah masing-masing menghampirinya. Memilih-milih dagangannya dan memutuskan membelinya. Ramai sekali suasana depan rumahku kalau si mamang ini lewat jalan rumah kami.
Sebetulnya banyak orang yang menjual cabe di sekitar rumahku. Karena ada 3-4 tetangga juga berjualan sayur di rumahnya. Hanya saja cabe yang dibawa mamang ager ini segar-segar. Ya, dulu beliau ini penjual agar-agar keliling. Bahkan beberapa bulan yang lalu, dia masih membawa agar-agar dalam container plastiknya dan sekelilingnya digantungi beragam cabe. Tidak hanya cabe, ada juga tomat, dan berbagai macam bawang.
Menurut ceritanya, dulu dia berjualan di depan SD Negeri dekat dengan tempat tinggalku. Namun sejak COVID melanda, sekolah diliburkan dan dia kekurangan pembeli. Maka dia jajakan dagangannya keliling kampung. Ternyata pembelinya juga kurang banyak. Masih menurutnya, cabe yang dia bawa bukan dia yang belanja sendiri melainkan titipan orang. Masih teringat beberapa bulan yang lalu, kami terheran-heran ada penjual agar-agar membawa bumbu dapur. Dulu sedikit bumbu dapur yang dia bawa karena container plastiknya masih berisi agar-agar. Sekarang, Ketika sudah banyak yang mengenalnya menjual bumbu dapur maka isi container sudah bukan agar-agar lagi tapi bumbu dapur seperti cabe, bawang, tomat, jahe, kencur, kunyit dan lain-lain. Hanya saja dia tidak menjual sayuran. Mungkin berisiko tidak tahan lama.
Ada hal menarik dari mamang ager ini. Ketika saya tanya mengapa alih profesi jadi penjual cabe, dia menjawab,”Situasi seperti sekarang ini membuat kita harus bisa mengalahkan keadaan, Bu. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan. Kita yang harus mengubahnya.”
Ma syaa Allah, dahsyat sekali filosofi seorang mamang ager. Aku yakin dia belum pernah menikmati bangku kuliah, tapi pengalaman hidupnya membuat dirinya menjadi bijaksana. Tidak semua orang bisa berprinsip seperti beliau. Aku malu, ternyata membuat diri bijaksana tidak melulu didapat dari bangku sekolah.
Tangerang, 27 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, Mang... Keren, Bu...
Terima kasih Bunda
Cerita yg menginspirasi. Betul kata orang bijak bahwa PENGALAMAN ADALAH GURU YANG HEBAT DALAM MENGASAH JEJAK KEHIDUPAN. Sukses, Bunda...
Terima kasih, Bunda.
Keren bunda, memang kita bjsa belajar dari siapa saja.Barokalloh
Alhamdulillah, izin memfollow bu..barakallah
Terima kasih, Pak. Salam sukses.
Pengalaman hidup penjual cabe yang menginspirasi..tapi cabe-cabean, bermakna negatif bu, he..he..
Iya, Pak. Terima kasih masukannya.
Kerenn bu..sukses selalu
Aamin, terima kasih, Bunda
Belajar hidup bisa dari mana aja ya Bu ...keren luar biasa. Salam sukses selalu.
Aamin. Salam sukses bersama!
Kita harus pandai beradaptasi dengan keadaan. Mantap si Manang. Sukses selalu bu
Aamin, terima kasih telah berkunjung.
Sangat menginspirasi bu ina..sukses dan semangat selalu
Terima kasih, Bu Yenti.
Alhamdulillah...semangat temanku..lanjutkan
Terima kasih Bu Hajjahkuu.